Sudah sebulan Fey dan Dilona tidak saling bicara. Mungkin, Fey masih marah dengan sahabat dari kecilnya itu. Bagaimana tidak, tangannya sangat ringan menampar pipi chubby Fey. Memang tidak berbekas secara fisik, namun mentalnya benar-benar telah hancur.
Kejadiannya bermula saat Fey manarik kerah baju Sharin dan mendorongnya hingga punggungnya menyentuh dinding sampai Sharin tidak bisa pergi kemana-mana. Suasana sangat sepi, di parkiran belakang sekolah beberapa jam setelah bel pulang sekolah berbunyi. Di hari itu Sharin piket sepulang sekolah, namun tidak di sangka-sangka Fey menunggunya untuk ini.
Semua orang mengenal Feylin Maylin sebagai sahabat dekat Dilona, terutama juga karena kecantikannya, dan dia tidak kalah pintar dari Dilona. Sedangkan Sharin, ia sangat terkenal, sebagai orang yang sering di bully. Wajahnya biasa saja, namun entah apa yang membuat dia disenangi untuk di bully. Perlu di ketahui bahwa senakal-nakalnya Fey dan Dilona mereka tidak akan membully orang lemah.
"Bangsat lo! Menjijikkan" suara Fey terdengar benar-benar membenci Sharin. Bahkan ia menggertakkan giginya beberapa kali menahan amarahnya dengan tidak melepaskan kerah baju Sharin yang sudah mulai mencekik leher gadis itu.
"Lepasin gue.." lirihnya. Matanya beberapa kali memejam menahan punggungnya yang sakit saat terus terdorong dan bergesekan dengan tembok.
"Sampah! Busuk lo anjing! Kalo lo gak ngaku sekarang gue hancurin idup lo!"
"Gue punya salah apa sama lo?"
Fey tertawa mendengar pertanyaan gadis yang menurutnya sok polos itu. Ia mengambil jus basi yang ada di dekat parkiran dan menyiramkannya dari atas kepala Sharin. Gadis itu tidak berani melawan, ia menatap nanar Fey.
"Lo lebih busuk dari ini! Cepat lo akuin kesalahan lo!" Fey semakin menjadi, dia mendorong bahu gadis itu berkali-kali.
"Fey!!" Teriak suara yang ia kenal sebagai suara Dilona. Benar saja, gadis itu menghampiri mereka.
"Lo apa-apaan ngelakuin kaya gini sama dia?!""Dia pantes dapetin ini"
"Gue salah apa?" Sharin menangis dihadapan mereka. Tentu Dilona tidak tega melihat kondisi gadis itu sekarang.
"Kenapa semua orang benci sama gue, gue gak ngelakuin hal yang salah""Diam lo bangsat! Sok polos lo anjing" benci melihat drama gadis itu, Fey malah langsung menyerangnya kembali.
"Fey udah!!" Dilona berusaha untuk memisahkan Fey yang kini seperti ingin mencakar wajah Sharin. Sharin beberapa kali berteriak sebab kuku-kuku panjang Fey benar-benar telah melukai wajahnya dan menarik rambut pendeknya.
"Jangan halangin gue! Lo gak pantes belain dia!" gadis itu terus meracau, dia benar benar marah tentang masalah yang jujur tidak diketahui oleh Dilona.
"Udah! Fey! Udah! Gue bilang udah hentikaaaaan!!" Dilona mendorong Fey beberapa kali sampai ia mundur dan kini menatap Dilona tidak percaya bahwa ia akan berteriak padanya.
"Tapi sampah itu-"
Belum selesai dengan ucapannya, ia mendapat tamparan yang cukup keras dari tangan Dilona. Tangan yang dulu ia genggam untuk bangkit dari lembah ketakutan. Tangan itu yang kini menakutkan baginya. Ia menatap Dilona tak percaya.
"Apa yang lo mau? Lo liat perbuatan lo ke dia?! Gue malu punya temen yang ngelukain orang kaya gitu!!"
"Na..."
"Gue selalu bilang ke elo buat jangan nyakitin orang tanpa sebab kaya gini!" Dilona mendorong bahu Fey beberapa kali dengan keras hingga dia terus mundur semakin jauh. Tidak terasa air mata jatuh meluncur di pipi Fey mendengar kalimat yang keluar dari mulut sahabatnya itu. Dengan cepat ia menangkap tangan Dilona dan mencengkramnya kuat.
"Gue tau.. siapa yang harus gue lukai. Dan gue tau siapa yang harus gue lindungi!" Ia menghempaskan tangan Dilona yang ada pada genggamannya. Ia melangkahkan kakinya pergi dari sana. Terlihat beberapa kali ia menyeka air matanya dengan kasar.
Dilona terdiam menatap punggung Fey yang semakin lama semakin tidak terlihat. Hati kecilnya mengatakan bahwa dia harus mengejar Fey, namun, dia juga harus mengurus Sharin yang masih menangis dengan keadaan yang terbilang menyedihkan.
"Gue minta maaf, atas sikap temen gue."
"Gue juga minta maaf, mungkin gue ngelakuin kesalahan yang gak gue sadarin ke dia."
"Kita harus ke UKS buat obatin luka di muka lo. Tapi gue rasa ada baiknya lo mandi dulu di kamar mandi sekolah."
"Gue gak punya baju ganti."
"Udah aman. Lo bisa pake baju olah raga gue."
Dilona menunggu Sharin di UKS. Dia benar-benar tidak tega melihat keadaan gadis itu, ia masih berpikir apa yang membuat Fey sampai semarah itu padanya. Sepengetahuannya, Fey dan Sharin sama sekali tidak memiliki hubungan bahkan sebagai teman sekalipun.
Perlakuan Fey terhadap Sharin membuat Dilona merasa marah namun, ia tidak bisa mengabaikan rasa menyesalnya setelah menampar gadis itu. Sambil menunggu ia berusaha menghubungi Fey untuk minta maaf.
Fey sudah sangat marah padanya hingga panggilannya beberapa kali di tolak sampai akhirnya ia di blokir.
"Sebaiknya lo pulang" kedatangan Sharin membuat Dilona mengalihkan pandangannya dari ponsel yang sedari tadi ia pegang.
"Gue lagi nunggu Geran. Lo kenal Geran kan?"
"Anak basket itu kan? Lo pacarnya, siapa yang gak tau itu."
"Hmm. Nama lu Sharin kan?" Tanya Dilona, ia mulai mengoleskan saleb pereda rasa sakit di bagian wajah Sharin.
"Lo pasti kenal gue karena gue sering di bully kan?"
"Begitulah. Harusnya lo ngelawan, dan lebih berani supaya lo gak terus terusan di tindas..."
"Udah nasib gue kali."
"Nasib tuh bisa di ubah. Kalau kita mau. Lo kurang banyak bergaul deh."
"Lo baik. Makasih. Gue kira lo bakal ikutan mukul gue tadi."
"Sebenarnya, gue penasaran. Kenapa Fey bisa semarah itu sama lu?"
"Gue juga gak tau. Gue sama sekali belum pernah bicara ke dia. Dan dia tiba tiba nyerang gue."
"Gue kenal Fey. Dia gak mungkin ngelukain orang tanpa sebab."
"Lo gak percaya sama ucapan gue?"
"Bukan itu maksud gue. Mungkin ada kesalah pahaman di antara kalian. Nah udah selesai" Dilona menyusun kembali kotak obat itu di tempatnya.
"Makasih banyak."
"Mulai sekarang lo gak usah segan sama gue. Kayanya lo harus banyak jalan di samping gue deh. Supaya lo gak diganggu lagi" Dilona melirik arlojinya sekilas.
"Gue mau pulang. Kayanya Geran udah selesai piketnya, sampai ketemu besok"Gadis berambut panjang itu pergi dari sana dengan sedikit berlari. Sharin menyeringai menatap kepergian Dilona yang hari ini sudah menjadi temannya akibat serangan dari Fey.
TBC
Berikan saya saran 🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Dilona (Bukan Persinggahan)
Teen FictionHidup ini sama seperti terminal. Tempat persinggahan bagi orang yang ingin datang dan pergi, Dilona Sandrachia Ananda yang bertutur. Namanya secantik wajahnya namun, apakah kisahnya seberuntung anugrah kecantikannya?