-14-

16 6 2
                                    

Inilah yang disukai Dilona dari Dion Denaro Ananda, karena ia tidak pernah main-main dengan ucapannya. Jaksa tampan ini selalu mengenakan setelan rapi, sedang Dean suka memakai hoodie ataupun jaket kulit untuk pergi keluar. Beruntung, Dilona sangat suka berdandan layaknya wanita, dengan dress brukat putih dan jaket jeans berwarna abu ia gantungkan saja di bahunya. Kalau mereka bertiga berjalan benar benar menarik tatapan semua orang.

Dilona masuk sendiri kedalam sebuah toko kecantikan. Dean dan Dion seperti biasa menunggu, mereka tau ini akan memakan waktu yang lama. Dilona memang senang menyiksa mereka dengan cara menunggu. Tidak buruk bagi Dean karena dia bisa bermain game selagi menunggu tuan putri itu berbelanja keperluan make up nya. Namun, bagi Dion membuang-buang waktu seperti ini akan merugikannya,ditambah ia sibuk seharian.

Beberapa kali Dion menyudut untuk mengangkat telepon yang entah dari siapa. Waktu malamnya pun masih saja diganggu oleh pekerjaan.

"Dean. Gue ada urusan penting, mendadak jadi gue harus pergi sekarang. Nih, suruh Ona yang bawa, bilang jangan ngebut-ngebut" Dion melempar kunci mobil kepada Dean. Adiknya itu hanya mengangguk saja seperti tidak peduli.
"Jangan boros" tak lupa juga ia menyodorkan kartu ATM-nya.

"Kaga usah lah bang. Gue juga bawa ATM, ka Ona juga pasti bawa, uang tabungannya kan banyak, ngapain dibayarin?"

"Udah pakai ini aja,kan tadi janjinya gue yang beliin."

"Siip" Dean menerima kartu ATM milik abangnya itu. Awalnya Dean menolak karena tau Dilona akan merajalela jika memakai ATM Dion dari pada ATM nya sendiri. Dia selalu merasa sayang untuk menggesek kartunya itu.

Dion meninggalkan mereka. Dia pasti dijemput oleh rekan kerjanya ataupun klien nya. Atau bisa juga dia akan menemui seseorang di Mall ini. Dimana pun itu dia tidak pernah meminta adik adiknya pulang naik taxi ataupun angkutan umum lainnya.

"Dean! Gue lama yak?" Dilona sedikit melompat ketika sampai di depan Dean.

"Kaga. Gue baru main 5 kali!"

"Bilang aja lamaaa"

"Kalau tau ngapain nanya ih ga guna!"

"Sshh. Bang Dion mana?"

"Lo yang nyetir, dia ada urusan mendadak" Dean melemparkan kuncinya asal kearah Dilona. Tentu ia berhasil menangkapnya.

"Lah, terus gimana bayar skincare-nya? Tadi gue beli beberapa aksesoris yang di dalam."

"Bayar gih, biar pulang" ucap dean sembari memberikan kartu ATM dion kepada Dilona.

"Baik banget lo dek ah! Gue berasa lo lebih tua dari gue!"

"Udah sana, punya bang Dion tuh."

"Iya sebentar ya sayang."

Sebentar bagi Dilona, 7 kali nge-game bagi Dean. Apalagi ATM udah di tangannya, dia tidak segan memilih ini dan itu juga mencoba ini dan itu. Pemilik ATM tidak akan protes.

"Udah jam 9" gumam Dean kelelahan setelah bermain game beberapa jam di depan toko itu. Ia memilih menyimpan hp-nya di kantung bagian depan hoodie abu-abunya itu dan melihat orang orang yang berlalu lalang di Mall tersebut.
"Ya Allah kakak gue di lahirin dimana sampe segininya kalo belanja" gerutunya kembali sambil memegangi jam tangannya.

"Dean?" Suara yang ia kenal. Yesayha dan Alka berdiri dihadapannya. Sebuah kebetulan mereka bertemu lagi disini.
"Sedang apa?"

"Lagi nunggu ka Ona."

"Ka Ona di dalam ya? Sering beli alat make up di sini?"

"Iya dia suka kesini" jawab Dean.

"Waah bagus dong, Ayha jadi bisa nanya nanya, bentar ya ka!" Seru Ayha dengan semangat dan berlari masuk ke dalam.

"E eeh yha! Ja-ngan ma-suk" Ucap Alka terbata bata tak senang adiknya masuk ke dalam. Mau bagaimana lagi, Ayha lebih dulu kabur ke dalam.
"Dean, kalau mau tidur, tidur aja dari pada mati bosan nunggu mereka" tutur Alka. Dean langsung bisa mengerti bahwa ini akan menjadi penantian panjang.

Mereka menunggu selama setengah jam, terbilang cepat namun mereka berdua beberapa kali telah menguap. Tega sekali para gadis itu membuat kedua pangeran tampan ini menunggu.

"Kak makasih ya udah ngasih tau yang mana yang bagus" ucap Ayha ketika mereka keluar dari toko kecantikan.

"Ahahaha iya sama-sama. Lain kali kita belanja berdua deh!"

Alka sedikit berpikir aneh memandang adiknya yang cepat akrab dengan Dilona. Karena sepengetahuannya, Ayha tidak suka berteman bahkan bicara dengan cewe yang satu sekolah dengannya, karena dia hanya selalu di manfaatkan untuk mereka semakin dekat dengan Alka. Namun, yang ia lihat di sini berbeda.

"Gue nunggu berjam-jam belanjanya cuma itu tuh?" Ketus Dean melirik kantung kecil berwarna pink di tangan Dilona.

"Tadi banyak yang mau dibeli, tiba-tiba jadi ga pengen boros."

"Ga pengen boros katanya, padahal udah jelas dari tadi boros sama waktu" sindir Alka.

Tatapan elang dari Dilona langsung tertuju padanya. Tadi di dalam, Ayha udah bilang kalau dia pergi bersama abangnya jadi Dilona sudah tau bahwa Alka Franzee ada di sini.

"Maaf ya kak? Ka Alka emang kadang begitu, kurang waras" Ayha sedikit tertawa menyampaikan maafnya karena Alka yang terlihat kesal setelah mendengarnya.

"Sama dong kaya ka Ona. Jangan jangan jodoh!" Sahut dean.

"Jodoh kepala lu!" Dengus Dilona ingin menjitak kepala adiknya namun Dean berhasil mengelak.
"Kita pergi dulu ya Ayha daaah!" Lanjutnya menarik Dean pergi dari sana.

"Apaan ngatain kaka sendiri ga waras hm?" Kini Alka tengah mengintograsi Ayha yang masih tertawa karena berhasil ngatain kakaknya sendiri.

"Bubble tea kakak! Mana janjinya?"

"Iya, ayo kita beli" dia merangkul gadis cilik itu kemudian menjitak kepalanya meski tidak kuat.

"A-ampun kaa" Ayha tertawa geli saat Alka melakukan hal itu padanya.








TBC











AYO DONG DI VOTE :"





Dilona (Bukan Persinggahan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang