Dilona menghempaskan tubuhnya di atas ranjangnya yang besar. Matanya bergulir memandang langit-langit kamarnya. Sepertinya dia perlu mengubah semua hal di dalam kamarnya, beberapa fotonya dan Geran masih menggantung di dinding tepat di sebelah cermin.
'Fey dan Ogra, minta gue buat maafin lo. Tapi rasanya gue males mikir buat maafin lo Ger'
Batinnya ketika tangannya mulai menarik lepas foto-foto itu dan memasukkannya ke dalam kotak barang-barangnya bersama Geran.
Jempolnya kembali menari di layar ponselnya, meski ada keraguan ia membuka room chat-nya dengan Ferandi Gerandra Sanjaya. Semua isinya tak lain adalah permintaan maaf dari Geran, pria itu tidak sekali pun mengirimkan kalimat yang memintanya untuk balikan.
Ketukan pada pintu kamarnya yang berwarna putih memaksanya untuk menoleh, Dion berdiri di depan sana dengan kotak hadiah di tangannya.
"Boleh gue masuk?"
Dilona berdehem diikuti anggukan. Dion masuk dan menaruh kotak itu di atas tempat tidurnya yang bermotif bunga-bunga dengan dominan warna putih.
Dilona menaikkan satu alisnya dan duduk di samping kotak itu penasaran.
"Apa ini?"
"Hadiah."
"Hadiah? Emang ada apa sampe ngasih gue hadiah?"
"Seberat itu masalah lo sampe lo lupa besok adalah hari ulang tahun lo sama Dean?"
Dilona memukul jidatnya sendiri. Dia dan Dean memang memiliki tanggal lahir di bulan yang sama. Ia terperangah mengangkat kotak itu ke pangkuannya.
"Kenapa ngasihnya sekarang? Kan ulang tahunnya besok"
"Itu hadiah kecilnya, besok hadiah sesungguhnya" jelasnya.
Dion pergi dari sana. Sebelumnya ia juga memberikan kotak yang sama kepada Dean. Mereka berdua memang tidak pernah mengingat hari kelahirannya. Dean telah membuka kotak tersebut dan melihat isinya, begitu juga yang sedang dilakukan Dilona.
Matanya menyipit seperti bulan sabit dan senyumnya merekah dengan lebar melihat isinya.
***
Pagi-pagi sekali Dilona mengecek hp-nya dan notifikasi berbondong-bondong menyapanya. Ucapan dan do'a ia dapatkan dari banyak orang. Yang pertama ia cari adalah pesan dari mama dan papanya namun, nihil.
"Mbak Anaaa! Gimana Dilona udah cantik belum?"
Kebiasaan paginya menyapa orang-orang dengan suaranya yang melengking. Ada berbeda darinya, rambut lurusnya dibuatnya menjadi bergelombang dengan warna kecoklatan dan ujung rambutnya yang berwarna biru mtealic telah musnah.
"Cantik, selamat ulang tahun Nona Ona. Ini mbak masakin makanan spesial buat Nona Ona."
"Makasih mbak" ia langsung mengambil posisi di meja makan. Tak lama Dean bergabung dengannya dan juga Dion yang sedari tadi memang sudah berada di sana.
"Jangan lupa pukul 8 malam," kembali Dion mengingatka mereka setelah kemarin memberitahu mereka lewat kartu yang ada di dalam kotak hadiahnya.
'Pakai ini untuk pesta ulang tahun kalian'
Hadiahnya tak lain pakaian yang harus mereka pakai untuk menghadiri pestanya sendiri. Dean berdecih, dia memang tidak suka pakaiannya di atur-atur. Kalau tidak di atur dia mungkin hanya akan memakai kaos oblong dan boxer saja, dia lebih suka melakukan hal-hal yang nyeleneh di acara penting seperti itu. Yah, seperti yang sudah-sudah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dilona (Bukan Persinggahan)
Teen FictionHidup ini sama seperti terminal. Tempat persinggahan bagi orang yang ingin datang dan pergi, Dilona Sandrachia Ananda yang bertutur. Namanya secantik wajahnya namun, apakah kisahnya seberuntung anugrah kecantikannya?