-7-

32 9 6
                                    

Dilona menarik nafasnya panjang. Jujur, ia merasa sedih dengan sikap Fey kepadanya. Kehilangan teman dekat tidaklah mudah, apalagi membiasakan diri tanpanya. Biasanya di jam istirahat ke dua mereka akan menjelajahi seisi sekolah dan menceritakan banyak hal. Kehidupannya di sekolah benar-benar membosankan tanpa Fey.

Ia menyepak beberapa batu kecil di pekarangan kelasnya. Hidupnya dilanda kebosanan, Sharin dan Geran tak terlihat sedari tadi. Akhirnya ia putuskan untuk mencari mereka.

Dilona dengan setelan rapi tanpa dasi dengan pakaian sekolahnya berjalan di koridor sambil mengikat rambutnya yang tadi terurai. Ia sedikit menundukkan pandangannya saat berpapasan dengan cowok yang mengatainya bodoh kemaren. Menurutnya pria itu hanya tidak tahu apa-apa, dia murid baru dan tidak mungkin untuk Dilona menyombongkan diri dihadapannya.

Saat ia hampir melewatinya, Alka menahan bahu Dilona dengan lengannya yang panjang.

"Lo dipanggil ke ruangan Buk Fahira."

"Lah buat apaan?"

"Mana gue tau."

"Yaudah makasih."

Dilona hendak melanjutkan langkahnya namun dihentikan lagi oleh Alka.

"Tunggu. Lo percaya sama gue?"

"Jadi lo mau main-main sama gue?! Waaah"

"Jawaban lo kaga sesuai sama pertanyaan" Alka meninggalkannya begitu saja. Dilona berkacak pinggang dan menggertakkan giginya menatap cowok bertubuh tinggi itu. Ia menghembuskan nafasnya kasar lalu pergi dari sana.

Tidak menganggap serius ucapan Alka, Dilona meneruskan langkahnya mencari teman-temannya. Dia menemukan mereka, di perpustakaan, terlihat dari luar jendela Geran dan Sharin di sudut salah satu rak buku.

"Lon, lo mau ke perpus?" Ucapan Revan Anggara membuatnya terpaksa berhenti. Iya sama sekali tidak suka dengan panggilan dari Revan, ia tau itu bagian dari namanya namun, itu tidak terdengar bagus di telinga.

"Ona! Ona! Ona! Anjir lo jangan manggil gue Lon!" Gerutunya, bibirnya semakin mengerucut dibuatnya.
"Iya gue mau ke perpus."

"Mau ngadem?"

"Mau nemuin Geran."

"Yakin lo Geran di dalam? Sandi sama Ogra aja lagi di hukum di ruang BK noh karena ngerjain si Wina. Biasanya kan mereka bertiga, kena hukum bareng, ngejahatin orang bareng."

"Serius? Tapi gue kaya liat Geran deh. By the way makasih info lu ketua" Dilona sengaja hormat dengan Revan yang merupakan ketua OSIS Sekolah Punana.

Hatinya mengatakan harus masuk ke perpus untuk membuktikan bahwa penglihatannya benar.

Ia melangkah seperti tak ada beban dengan pikiran yang macam-macam. Dia tau Geran tidak sejahat yang orang lain pikirkan.

'Lo kaga tau kalo Geran sama Sharin itu selingkuh, Na!'

'Apaan sih Fey, dari mana juga Geran kenal Sharin?'

'Ya gak tau. Tapi lo coba percaya deh sama gue'

'Udahlah Fey. Mereka juga gak saling kenal gimana mereka selingkuh. Udah ya. Gak usah ngomong yang aneh-aneh lagi kaya gitu'

Percakapan ini masih jelas dalam ingatan Dilona. Beberapa hari sebelum ia dan Fey bermusuhan, sebelum tangannya menampar gadis berambut panjang itu. Menurutnya Fey hanya salah paham, buat apa Geran pacaran dengan Sharin bahkan mereka baru saling kenal semenjak Dilona merangkulnya, selain itu hubungannya dengan Geran juga sudah hampir menginjak 2 tahun lamanya. Semua yang pernah dikatakan Fey tidak mungkin dalam pikirannya.

"Aku gak mau kaya gini terus! Aku cape Ger! Lo bisa kaga ngertiin posisi gue?" Suara Sharin jelas terdengar oleh Dilona. Ia semakin mendekat, dari balik lemari tempat mereka berdua berbincang. Suaranya sedikit berbisik sadar akan tempat mereka berada namun Dilona bisa mendengar percakapan mereka.

"Iya iya lo tenang dikit. Masa baru dikatain begitu sama Fey aja lo udah goyah."

"Gue kaga tahan, sialan"

"Lo harusnya berterimakasih sama anak bego itu. Karena dia sekarang lo bisa terus-terusan deket sama gue!"

Dapat dilihat Dilona dari celah-celah antara buku tangan Geran mendorong Sharin menyudut hingga menyentuh rak lainnya lalu tangan kanannya membelai surai gadis itu yang berwarna kecoklatan. Ia mengunci Sharin di dalam sana.

Tangan Dilona bergetar melihat Geran dan Sharin melakukan hal yang tidak pernah ia bayangkan. Selama dua tahun ia bersama Geran, tidak pernah ia melakukan hal lebih dari mencium kening. Ia kalap tak tahu harus apa dan dia memilih kabur dari sana. Langkahnya sedikit bersuara hingga membuat kedua orang itu sedikit tersentak namun masih melanjutkan aktivitasnya.

Pikirannya sedikit kacau antara percaya atau tidak dengan apa yang ia saksikan beberapa detik yang lalu. Ia keluar dari perpustakan dengan langkah tergesa-gesa, sedikit berlari meskipun dia sendiri tidak tahu ingin kemana.

Alka yang baru saja keluar dari ruang guru melihat Dilona dengan langkah yang tidak biasa kecepatannya itu. Ia mengejar dan menarik tangan kecilnya untuk menghentikannya.

"Gue udah bilang buat lo nemuin Buk Fahira."

"Omong kosong" Dilona tak mendengar. Bahkan ia tidak memandang lawan bicaranya itu. Alka yang tidak mau melepas genggamannya pada gadis itu menatapnya aneh.

"Lo kaga percaya sama gue?"

"GUE GAK PERCAYA! GUE UDAH BILANG DIA KAGA SELINGKUHIN GUE!!!" Dilona berteriak dengan sangat kuat. Suaranya menarik perhatian sekitar yang tertuju pada mereka. Alka menghela nafasnya, dilihatnya Dilona terdiam dan mungkin dia juga tidak sadar bahwa saat ini dia menjadi pusat perhatian. Tatapannya kosong.

Alka memutuskan membawanya pergi dari sana. Dia membawanya ke UKS.

"Oh? Kak Ona lagi sakit, apanya yang sakit kak?" Tanya Rita yang merupakan anak kelas XI, ia anggota PMR.

Seakan Dilona tak mendengar pertanyaan dari Rita, ia masih diam. Rita menatap Alka yang berisi pertanyaan, Alka juga diam dan memilih untuk memandu Dilona untuk duduk.

"Saya ambilkan air hangat ya" tawar Rita dan Alka yang menjawabnya dengan anggukan.

"Gue kena marah sama buk Fahira. Dari tadi dia nunggu lo di kantor. Harusnya lo datang kesana bukannya ke perpustakaan"  mendengar ucapan Alka membuat Dilona mengalihkan pandangannya.

"Lo tau?"

Alka mengangguk, "Lo kaga bakal percaya."

"Lo benar. Gue gak percaya. Apapun yang lo tau hari ini, anggap aja itu semua gak pernah terjadi"

"Gue kaga bakal hidup semenyedihkan itu."

"Dia cuma khilaf. Lo tau kan?"

"Kaga. Khilaf itu gak mungkin berkali-kali."







LANJUT??













KASIH SEMANGAT DONG :" Kaya Vote atau Comment, di share juga boleh.














Btw, MAKASIH BANYAK YANG UDAH BACA ^^ LUV YOUUUU GUYS❤





Dilona (Bukan Persinggahan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang