BAB 2

348 188 222
                                    

Nova menghentikan bacaannya, ia berlari ke halaman rumah sambil mencengkram majalah itu.

"Papi! Papi ada orang meninggal!" Katanya sambil mengatur nafas.

Harris langsung menghentikan kegiatan mencuci mobilnya.

"Hah? Siapa yang meninggal?" tanyanya kaget.

"Dibunuh, Pi!" Nova masih tersengal-sengal.

"Siapa yang dibunuh? Kamu yang jelas kalau ngomong!"

"Pemilik Viarre, Pi! Itu kan restoran terkenal!" Ujar Nova berapi-api.

"Papi sudah tau, itu majalah sebulan yang lalu. Kamu ketinggalan berita."

"Ih aku kan nggak tau, Pi. Tapi kasihan banget, pelakunya juga belum ketangkap." Ucap Nova lesu.

Harris melanjutkan mencuci mobil miliknya, "Iya, mereka meninggalkan dua anak yang kayaknya seumuran kamu. Pasti terpuruk karena kejadian ini."

"Papi kenal sama Brian William ini?"

"Tentu saja kenal. Furniture yang dipakai Viarre itu dari perusahaan kita. Papi cukup dekat dengan Brian, berita kematiannya juga berita buruk buat Papi."

Nova menghela nafas, tidak bisa membayangkan rasanya kehilangan kedua orang tua sekaligus. Dengan cara yang tidak terduga pula.
Bagaimana perasaan kedua anak keluarga William? Masih seumuran dengannya, berarti mereka masih sangat muda. Terlalu muda untuk kehilangan orang tua. Apalagi pelaku belum tertangkap.

Nova berjalan lesu ke dalam rumah. Pikirannya terus menerawang, membayangkan perasaan kedua anak Brian William yang tak bisa ia bayangkan.

**********

Agam meraih ponselnya yang terletak di nakas yang terletak di samping tempat tidurnya, ia berjalan menuju kaca besar untuk melihat pemandangan kota.

Agam meraih ponselnya yang terletak di nakas yang terletak di samping tempat tidurnya, ia berjalan menuju kaca besar untuk melihat pemandangan kota

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sejenak kemudian, Agam menghubungi seseorang. Terdengar suara dering. Saat dering ketiga, barulah suara seorang pria yang ia kenal sejak kecil memenuhi kamarnya yang sunyi.

"Evening, Agam. Something's happen?"

Agam terkekeh kecil, "Jangan selalu berpikir setiap telepon dariku adalah kabar buruk, Uncle."

"Maafkan aku, aku hanya khawatir pada kalian."

"Nggak masalah, Uncle. Aku hanya ingin mengatakan sesuatu."

"Baiklah, katakan saja." Allard bersiap mendengarkan Agam dengan seksama.

"Aku dan Ara berpikir untuk pindah sekolah. Kami butuh suasana baru yang nggak kaku seperti di Private School. Bagaimana menurutmu, Uncle?"

"Kamu yakin akan keputusan ini? Kalian akan lebih aman di Private School." Suara Allard terdengar ragu.

"Tenang saja, Uncle. Aku dan Ara sudah sepakat. Lagipula tidak akan terjadi apapun, aku akan menjaga Ara."

THE PHENAKISM [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang