BAB 9

153 93 51
                                    

"Kamu mencurigai Bibi Sari? Lagipula untuk apa sengaja mengambil kunci cadangan?" Kata Agam keras, nada suaranya terdengar tidak setuju.

"Supaya nggak dicurigai, dong. Yang bawa kunci cuma dua orang, kalau ruangan itu dijadikan TKP, pasti yang dicurigai pertama kali adalah dua orang yang membawa kunci. Nah, kalau kunci cadangan hilang, dua orang tadi nggak akan dicurigai karena dianggap pelaku adalah orang yang nggak punya kunci tempat itu."

Agam melirik Nova tajam dan kesal, "Jangan curigai Ara hanya karena dia punya kunci tempat itu."

"Gam, aku nggak mencurigai siapapun. Aku cuma bilang kemungkinan yang terjadi saat itu. Kamu sendiri yang minta aku terbuka untuk masalah ini, tapi kamu selalu menuduh aku yang nggak-nggak!"

**********


Sejak kejadian malam itu, baik Agam maupun Nova belum saling bicara. Entah apa yang merasuki Agam hingga ia tidak mampu berkata apapun. Sama halnya dengan Nova yang memilih hiatus berbicara dengan Agam, meskipun sudah 2 hari berlalu. Nova merasa kesal dengan Agam yang selalu melayangkan berbagai macam tuduhan kepadanya.

Kini SMA Garuda sedang memasuki jam istirahat, para siswa berpencar ke tempat tujuan masing-masing. Ada yang bergegas mengisi perut di kantin, ada pula yang buru-buru mengumpulkan tugas ke ruang guru. Sedangkan Nova, ia memilih pergi ke toilet, hanya untuk bercermin dan cuci tangan. Kali ini Nova datang ke toilet sendirian, sebab Rena sudah menunggunya di kantin terlebih dahulu.

 Kali ini Nova datang ke toilet sendirian, sebab Rena sudah menunggunya di kantin terlebih dahulu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dirinya baru saja mematikan kran wastafel ketika sebuah suara nyaring menyapanya. "Novaaa!"

Nova terkesiap kaget dan menoleh ke sumber suara, dirinya mendapati seorang gadis yang merupakan murid baru di sini. "Ara, kamu ngagetin aja"

Ara terkekeh dan mengulas senyum maaf. "Kamu sendirian saja, Va?" Gadis itu bertanya seraya merapikan ikat rambutnya yang berantakan.

"Iya, aku lagi sendiri. Rena udah lebih dulu ke kantin." Jawab Nova dengan sedikit heran mendengar Ara memanggil namanya langsung tanpa embel-embel Kak. Mungkin dia begitu supaya lebih akrab saja, batinnya.

"Wah, beneran? Aku ikut ya." Pinta Ara dengan mata berbinar. Nova hanya membalas dengan anggukan samar. "Tapi traktir aku ya!" Lanjut Ara masih dengan suara nyaring yang ceria.

Nova tertawa kecil, "Kamu sukanya ditraktir ya, Ra?" ucapnya dengan langkah menuju kantin yang diiringi Ara. "Siapa yang nggak suka ditraktir? Semua orang seneng loh kalau ditraktir," kata Ara dengan nada bergurau.

Mereka membicarakan banyak hal hingga tak terasa sampai di kantin.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
THE PHENAKISM [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang