BAB 6

198 117 125
                                    

Petugas kebersihan itu adalah karyawan baru, Nova yakin. Ia telah mengenal semua karyawan di sekolah ini. Petugas kebersihan itu ialah seorang lelaki yang mempunyai perawakan tegap, dan kulitnya gelap. Posisi pria itu memudahkan Nova melihat bekas lukanya yang memanjang dari belakang daun telinga sebelah kiri, hingga ke leher. Itu adalah luka sayatan yang biasa didapat oleh prajurit militer.

Apa pria petugas kebersihan itu mantan anggota militer?

Tapi yang menarik perhatian Nova adalah, pria itu sedari tadi terus mengawasinya-- atau orang-orang di mejanya, entahlah, ia tidak yakin. Yang jelas, pria aneh itu selalu memperhatikan dan melihat ke arah mejanya. Nova memperhatikan sekitar, tidak ada yang aneh. Lelaki itu memang mengamati orang-orang atau seseorang di mejanya.

Tapi, siapa yang sedang ia awasi? Mengapa pria itu terus memandang dengan tatapan mencurigakan ke arahnya? Siapa sebenarnya pria itu?

*********

B

el pulang sudah menggema di seluruh sekolah beberapa menit yang lalu. Para siswa sudah pulang ke rumah, termasuk para regu piket. Berbeda dengan Agam yang tampak sibuk dengan dirinya sendiri sejak tadi. Sesekali ia mengecek ponselnya, dan kemudian kembali sibuk. Eric memasuki ruang kelas dan memperhatikan Agam yang kebingungan. Hal itu membuat Eric jengah. "Kenapa belum pulang, Gam?"

Agam menghembuskan nafas kesal dan menengok ke arah Eric. "Gimana mau pulang kalau nggak ada kunci mobil. Padahal tadi ada di kantong."

Eric mengernyitkan keningnya dan membantu Agam mencari kunci mobil. "Yakin ada di kantong? Coba cari di dalam tas."

"Nggak ada. Aku udah nyari di mana-mana, tetap aja nggak ketemu." Jelas Agam sambil mengedarkan pandangannya lelah. Keheningan menyapa mereka berdua, hingga suara deringan ponsel terdengar. Agam meraih ponselnya dan mengangkat telepon.

"Halo, Ra. Ada apa?"

"Kakak lama banget, sih? Aku udah nunggu daritadi di parkiran." Suara Ara terdengar kesal dan sedikit berteriak.

"Kamu tunggu di sana sebentar atau ke kelas kakak aja. Kakak lagi cari kunci mobil yang hilang."

"Kunci mobil siapa yang hilang?"

"Kunci mobil kakak. Cuma lupa aja, sebentar lagi juga ketemu." Ujar Agam dengan harapan ia segera menemukan kunci mobilnya.

"Hilang gimana maksud, Kakak? Kan aku yang bawa kunci mobil."

Mendengar hal itu Agam langsung sumringah namun sedikit sebal, "Kenapa nggak bilang daritadi? Capek tahu nyariin kunci, ternyata ada di kamu."

"Kakak sendiri yang ngasih kunci mobil tadi pagi. Udah, Kak, buruan ke parkiran! Aku udah laper."

"Iya, tunggu sebentar." Agam menutup ponsel dan mengambil tasnya, bergegas pergi keluar kelas.  Namun sebuah tangan menghentikannya.

"Mau kemana?"

Agam menengok ke arah Eric dengan sedikit terkejut, "Aku lupa kalau masih ada kamu, Ric. Aku mau pulang sekarang, Ara udah nunggu daritadi."

Eric mengikuti Agam berjalan keluar kelas, "Bukannya kunci mobil lo hilang? Mau pulang naik apa? Biar gua antar aja."

"Nggak perlu, ternyata kunci mobil dibawa Ara. Aku lupa udah ngasih ke dia tadi pagi," ucap Agam cengengesan.

Eric meninju pelan lengan Agam dan berkata, "Bikin orang lain panik aja."

"Sorry, bro. Ara juga nggak bilang kalau dia bawa kunci."

Mereka berjalan dengan diisi obrolan. Tentang keadaan Ara pasca orangtua mereka meninggal, dan rencana Eric untuk mengunjungi apartment Agam.

THE PHENAKISM [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang