BAB 5

211 131 149
                                    

Nova terus memperhatikan Agam, dari atas ke bawah. Potongan rambut yang pas. Pakaian dan dasi rapi. Wanginya menenangkan, tapi Nova tidak tahu jenis parfum apa itu. Mungkin ia harus segera mencari tahu dan membeli parfum itu.
Jam tangan Rolex. Sepatu Adidas. Semunya bermerk, menunjukkan status sosial keluarganya.

Rena melihat apa yang sedang Nova lakukan, kemudian berdecak.
"Jangan sekarang, Va."

Tapi Nova tidak mengindahkan perkataan Rena. Ia terus menatap Agam, hingga Agam ikut menatap balik Nova. Agam memandang Nova penuh tanya. Namun hanya dibalas pandangan penuh arti oleh Nova.

Seakan tersadar, Nova mengalihkan matanya dari Agam. Ia beranjak dari kursi, lalu memegang lengan Agam dan menariknya keluar kelas.
Karena tidak merasakan ancaman, Agam hanya mengikuti Nova.
Mereka berjalan keluar dari keramaian kelas dan koridor, hingga sampai di taman sekolah.

Mereka berjalan keluar dari keramaian kelas dan koridor, hingga sampai di taman sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**********


Agam menaikkan sebelah alisnya ke arah Nova, "Kenapa narik-narik? Tinggal bilang kan bisa." Suaranya terdengar datar. Seperti tidak terganggu dengan kehadiran tangan Nova yang masih memegang lengannya.

Berbeda dengan Agam yang tampak biasa saja, Nova lebih terlihat serius. Raut mukanya meneliti Agam dengan tajam. Kemudian ia menjauhkan tangannya dari Agam dan bersedekap.

"Agam." Panggil Nova dengan tegas.

Agam memberi lebih jarak antara dirinya dan Nova. "Ada perlu apa sampai kamu tarik-tarik aku?"

Nova bersiap membuka suara. Sejujurnya, ia tidak yakin akan menanyakan hal ini. Tapi bahkan sejak belum mengenal Agam, ia sudah tertarik dengan kasus Brian William.
Ia selalu berandai-andai, menanyakan pada dirinya sendiri, mengapa dia begitu peduli. Mengapa dia harus terus memikirkan kondisi kedua anak William? Mengapa dia merasa begitu kasihan? Mengapa dia ingin membantu kasus ini?
Dan kali ini ada nama belakang William hadir di hadapannya. Tentunya ia harus memastikan, apakah pria ini adalah anak William atau bukan.

"Agam William. Apa kamu anak dari Brian William?" tanya Nova langsung secara jelas membuat Agam terhenyak, apakah ayahnya sebegitu terkenal pada masa hidupnya?

"Apa kamu kenal dengan ayahku?"

"Pastinya, dong. Siapa yang nggak tahu Viarre Restaurant? Siapa yang nggak kenal pemiliknya?"

"Ah, iya. Pastinya karena Viarre."

"Jadi bener ya kamu anaknya Brian William?" Nova bertanya pada dirinya sendiri. Puas dengan jawaban Agam. Kini ia telah memastikan bahwa dugaannya benar. Agam William adalah putra dari Brian William. Harusnya masih ada satu saudara Agam. Ah iya, bukankah tadi mereka sempat membicarakan adik perempuan Agam. Siapa namanya? Tara? Rara?

"Jadi, gimana kabar Rara?"

"Rara? Maksudmu adikku Ara?"

"Iya, maksudku Ara." Ujar Nova seraya meringis minta maaf.

THE PHENAKISM [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang