BAB 15

122 44 13
                                    

Baru saja mereka keluar dari ruangan, mereka bertemu dengan Eric yang terlihat segar dengan sweatshirt berwarna putih dominan, ditambah dengan aksesoris kalung yang membuat ia terlihat seperti badboy.

"Kalian mau pulang? Gua kan baru datang." Tanya Eric dengan suara memelas, padahal dia sudah mandi dengan sangat cepat dan segera ke Viarre, tapi sepertinya ia sudah terlambat.

Agam tertawa dan memukul pelan bahu sahabatnya itu, "Kami mau makan, makanya lain kali kalau mandi lakukan dengan benar. Masih ada shampo di rambutmu."

Raut muka Eric memerah, menahan malu akibat ucapan Agam. Tanpa basa-basi ia segera berbalik menuju salah satu Private Room tempat Eric dan Agam biasa menyantap hidangan Viarre atau sekadar mengobrol ringan.

Semuanya tampak normal dan menyenangkan, tapi tidak bagi Nova yang melihat Allard memainkan dengan gelisah sebuah benda kecil aneh berwarna hitam di tangannya.

Semuanya tampak normal dan menyenangkan, tapi tidak bagi Nova yang melihat Allard memainkan dengan gelisah sebuah benda kecil aneh berwarna hitam di tangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***********

Jam makan siang kali ini diselimuti langit yang agaknya sedikit tertutup awan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jam makan siang kali ini diselimuti langit yang agaknya sedikit tertutup awan. Namun sepertinya para siswa SMA Garuda tidak mempedulikan hal itu, mereka sibuk menikmati makan siang untuk mengisi perut. Ada pula yang hanya sekedar mengobrol di kantin karena bosan dengan suasana kelas. Nova menghela napas kesal, ia lapar sekali. Kenapa Rendi tidak kunjung datang dan membawa Siomay yang sudah dia idam-idamkan.

"Ih, Vino! Bisa diam nggak sih? Berisik tau!" Tandas Rena kesal karena Vino yang memukul meja layaknya memainkan gendang.

"Lagian laki lo lama banget, Ren. Lapar nih gua." Tukas Vino seraya mengedarkan pandangannya di kantin, ia sedang menunggu Rendi membawakan pesanan makanan mereka, namun lelaki itu tak kunjung kembali.

Nova lagi-lagi menghela napas cepat, "Kamu susulin Rendi sekarang juga, Vin! Aku udah lapar." Dengan begitu Vino segera beranjak pergi dan menyusul Rendi.

Di meja itu hanya ada empat orang kali ini, tidak ada Eric, Agam, maupun Ara. Nova sih tidak tahu kemana perginya mereka. Yang jelas dia harus mengisi perut sebelum cacing-cacing di perutnya demo untuk meminta asupan.

THE PHENAKISM [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang