KEBOHONGAN PERTAMA

162 79 63
                                    

Allard beranjak dari sofa dan melangkah pelan menuju pintu, saat ia memegang gagang pintu, pria itu menoleh ke belakang dan menatap Agam. "Aku dengar kamu membawa gadis ke mansion, besok ajak dia menemuiku." Ujar Allard dengan nada memerintah dan kemudian pergi dari ruangan itu.

Agam terkesiap dan membelalakkan matanya, bagaimana bisa Uncle tahu?

"Lo bawa cewe ke mansion? Gila! Siapa cewe itu?!" Teriak Eric kaget setelah mendengar pernyataan Allard. Beruntung ruang game ini dibuat kedap suara, jadi Ara tidak bisa mendengarnya. Benar, Ara tidak mengetahui hal ini. Agam tidak pernah menyinggung kedekatannya dengan Nova kepada Ara, lagipula sekarang ia sedang dalam mode diam dengan Nova.

Namun masalah belum selesai, ia masih harus menjelaskan kepada Eric dan Allard. Sial, seharusnya Agam tidak membawa Nova ke mansion malam itu. Nova bahkan tidak menemukan bukti apapun dan malah mencurigai Ara dan Bibi Sari.

Agam menoleh menatap Eric memelas, ia mulai menjelaskan semuanya kepada Eric.

Sepertinya Agam harus mulai memikirkan cara untuk mengajak Nova menemui Allard.

********


Suasana kelas XII MIPA 2 tetap ramai seperti biasanya, apalagi bel istirahat baru saja berbunyi beberapa menit yang lalu. Para murid dibuk dengan urusannya masing-masing. Ada yang memilih memakan bekalnya di dalam kelas, ada juga yang segera berlari ke kantin. Segerombol murid laki-laki tampak duduk berjejer di lantai, asyik bermain ponsel mereka. Sepertinya mereka sedang memainkan game yang sama, entah apa namanya.

Nova memilih duduk di lantai tepat di bawah papan tulis. Ia sedang merapikan tali sepatunya yang sempat terlepas karena diinjak dengan tragis oleh Vino.

 Ia sedang merapikan tali sepatunya yang sempat terlepas karena diinjak dengan tragis oleh Vino

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Va," panggil Agam dengan ragu-ragu. Ini adalah kali pertama ia berbicara dengan Nova setelah mode diam mereka. Sebenarnya ia juga malas berbicara kembali dengan Nova, tapi bagaimanapun juga dia harus membawa gadis itu ke mansion malam ini.

Gadis pemilik nama Nova itu hanya menoleh, mengernyitkan keningnya heran. Kenapa Agam tiba-tiba ingin berbicara kepadanya? Bukankah selama ini pria egois itu yang menjauhi dirinya? Ck, tapi sekarang Agam malah jongkok di hadapannya dengan wajah memelas.

"Nova," bisik Agam pelan, pandangannya tajam mengarah pada netra coklat gadis itu. Tapi Nova justru menikmatinya, jarang-jarang dia bisa menatap mata berwarna biru sedekat ini.

"Nova!" Gadis itu terhentak kaget dan spontan badannya mundur ke belakang. Naas, kepalanya justru membentur papan tulis di atasnya.
"Aduh, Agam. Jangan teriak, dong." Gerutu Nova seraya mengelus kepalanya.

"Salah kamu sendiri, aku sudah manggil kamu berkali-kali." Nova memutar matanya dan berjalan menuju tempat duduknya, kemudian mengambil botol minum. Berharap sakit di kepalanya bisa hilang dengan meminum air putih.

"Va, aku mau bicara sama kamu." Agam menarik salah satu kursi di dekatnya untuk diduduki. Sedangkan Nova hanya mengangkat bahunya acuh. "Daritadi kamu juga sudah bicara, tuh."

THE PHENAKISM [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang