BAB 7

181 109 85
                                    

Tubuh gadis ini bergetar kecil, Nova tidak ingin mendengar lagi tuduhan yang Agam lancarkan dengan suara tinggi dan tajam. "Cukup Agam! Aku nggak seperti yang kamu kira! Aku cuma ingin membantu menyelesaikan kasus--"

Belum selesai ia berbicara, Agam dengan keras menggebrak meja. Membuat Nova terhentak ketakutan, badannya semakin bergetar, matanya mulai memanas. "Kasus orangtuaku, maksudmu?! Memangnya kamu siapa? Gadis yang baru mengenalku pagi ini. Aku kira kamu adalah gadis ceria yang lugu. Tapi aku salah besar, diam-diam kamu mencuri informasi tentang keluargaku. Kamu mengamatiku seharian, dan membuntuti aku ke Viarre. Sekarang aku tahu betapa liciknya kamu, Nova. Aku nggak akan tinggal diam membiarkan perbuatan busukmu!" Agam menyeringai, memajukan badannya ke arah Nova yang ketakutan.

********

Plakk.

Nova menampar pipi Agam sekuat tenaga, merasa sangat direndahkan oleh perkataan Agam. Ia berlari keluar dari ruangan itu. Tidak memperdulikan Agam yang masih terdiam di tempatnya, atau tangannya yang memerah setelah menampar Agam dengan keras. Sesekali dirinya tidak sengaja menabrak beberapa pelanggan Viarre, namun ia tidak peduli. Perasaanya begitu campur aduk, Nova sangat sakit hati. Ia tidak selicik itu, dia hanya ingin membantu. Jikapun Agam merasa keberatan, ia tidak perlu sampai menghinanya seperti itu.

Setelah berlari beberapa meter dari Viarre, dia berhenti di depan sebuah minimarket. Gadis itu merogoh tasnya untuk mengambil ponsel. Beruntung dia membawa tasnya saat melihat-lihat Viarre tadi. Memikirkan hal itu saja membuat perutnya mual. Ia menepis pikirannya dan memutuskan untuk memesan taksi online. Biasanya dia memilih ojek online karena lebih terjangkau, namun kali ini ia membutuhkan sandaran untuk beristirahat. Sekarang, Nova hanya ingin berada di rumahnya.

"Aku pulang, Mi." Ujarnya lirih sembari melangkah perlahan memasuki rumah. Berharap Maminya sedang tak berada di rumah dan melihat putri tunggalnya yang berantakan. Namun harapannya pupus ketika mendengar suara Mami dari arah dapur.

"Baru pulang, Va?" tanya Mami Della sibuk dengan masakannya.

"Iya, Mi. Tadi aku mampir makan dulu sama Rena di Viarre."

"Ya sudah, kamu mau makan malam lagi?" Mami Della masih saja sibuk dengan bumbu-bumbu dapur. Menguntungkan Nova sehingga muka kusutnya tidak terlihat.

"Nggak perlu, Mi. Aku masih kenyang, aku ke kamar dulu ya, Mi." Nova berusaha mempertahankan intonasi suaranya. Ia sangat lelah, ingin sekali menumpahkan semua air matanya. Gadis itu bergegas menaiki tangga dan memasuki kamarnya. Setelah berganti baju dengan cepat, Nova merebahkan diri di atas kasur. Tidak perlu mandi, ia tidak tahan untuk menangis keras.

Tak lama kemudian terdengar suara isakan yang berubah menjadi tangisan keras

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tak lama kemudian terdengar suara isakan yang berubah menjadi tangisan keras. Nova memeluk bantal rapat-rapat, berharap tangisannya dapat tersamarkan. Ia masih tidak menyangka Agam akan sejahat itu padanya. Malam ini, Nova hanya dapat memikirkan perkataan Agam yang terus terngiang di benaknya. Dan entah berapa jam kemudian, ia tertidur kelelahan.

THE PHENAKISM [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang