BAB 12

212 62 27
                                    

Agam dengan cepat mengambil ponselnya dari kantong celana, ia menekan layar beberapa kali, kemudian menunjukkannya pada Nova. Screen ponsel Agam sedang menunjukkan sebuah foto, ada Agam yang tersenyum lebar sembari merangkul bahu seorang wanita di sampingnya. Jelas sekali itu adalah ibu dari Agam.

Jantung Nova berpacu melihat Agam yang sangat tegang, ia melihat foto itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jantung Nova berpacu melihat Agam yang sangat tegang, ia melihat foto itu. Sekilas memang mirip Ara, tapi, sial! "Aku nggak bisa berpikir jernih, kamu bikin aku takut." Keluhnya pelan.

Agam menghembuskan nafas kasar, pemuda itu menyandarkan punggungnya pada kursi. "Maaf bikin kamu takut, mungkin kita coba lain kali saja."

********

"Mi, aku berangkat dulu, ya." Pamit Nova seraya mencium tangan Maminya. "Loh Papi kamu dimana?" Della kebingungan melihat Harris yang tidak nampak batang hidungnya.

"PAPII, LAMA BANGET. AKU KEBURU TELAT NIH." Suara Nova menggema di seluruh ruangan, hingga membuat Harris terbirit-birit menuju pintu dengan tangan sibuk merapikan dasinya.

"Masih pagi udah teriak-teriak saja. Papi sakit perut, karena tadi malam makan ayam bakar pedas sama Mami kamu." Sontak keluarga kecil itu tertawa mendengar keluhan Harris. "Nanti siang Papi pulang saja, biar bisa istirahat." Saran Della dengan tersenyum lembut.

Setelah berpamitan, Harris dan Nova memasuki sebuah mobil berwarna hitam. "Kita berangkat dulu, ya, Mi." Nova melambaikan tangannya, kemudian Harris segera menancap gas menuju SMA Garuda.

"Sepertinya kamu sering main sama anaknya Brian, ya?" Tanya Harris tiba-tiba membuat Nova terkesiap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sepertinya kamu sering main sama anaknya Brian, ya?" Tanya Harris tiba-tiba membuat Nova terkesiap. "Iya, Pi. Dia seru orangnya, dan aku juga bantu dia untuk--"

Harris mengerutkan kening curiga ketika Nova tidak menyelesaikan kalimatnya. Ia menoleh ke arah anak gadisnya itu, "Untuk apa? Kamu nggak bantu dia untuk hal aneh-aneh, kan? Kamu sudah dewasa, pasti sudah bisa membedakan mana yang baik dan--"

"Enggak ada yang aneh, Pi. Aku cuma bantu dia beradaptasi sama lingkungan baru, beneran deh." Jelas Nova sungguh-sungguh untuk meyakinkan Ayahnya. Ia lupa bahwa orangtuanya tidak tahu kalau dirinya terlibat membantu Agam menyelesaikan kasus pembunuhan Brian William.

THE PHENAKISM [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang