"Tentu, jadi?"
Ya, hotel yang kau tempati adalah salah satu hotel kebanggaan milik direktur Choi Arnold, laki-laki keturunan Korea-Amerika. Dia juga menaungi sebuah perusahaan furniture di Jerman. Dan poin utamanya adalah dia juga memiliki sebuah restauran terkenal di Busan dan di Seoul"
Aku tersenyum kecil mendengar kalimat terakhir yang diucapkan Jimin. "Kerja bagus"
"Ya, seperti biasa"
"Jangan berbangga dulu, aku akan memberimu tugas tambahan. Jika kau berhasil melakukannya aku akan menaikan gajimu dua kali lipat di bulan ini"
"Tugas apa?"
"Buat kerja sama dengan direktur Arnold, pasang saham sebesar mungkin di perusahaan furniturenya. Setelah itu bujuk dia untuk memindahkan Jungkook ke restauran miliknya yang ada di Seoul"
Jimin terdiam. "Terdengar sulit, tapi aku akan berusaha"
"Ya, aku percaya kau pasti bisa. Sore ini aku akan langsung ke bandara, aku harus kembali ke Korea untuk menemui anak-anakku. Jadi aku serahkan semuanya padamu, bekerja keraslah agar aku bisa hidup berdampingan dengan Jungkook kembali di Seoul"
"Ya, aku akan bekerja keras, Tae. Tenang saja..."
Aku berdiri dari dudukku lalu menepuk bahu Jimin, "aku mengandalkanmu, Jim. Jangan mengecewakanku.." setelahnya aku segera melangkah menuju suatu tempat. Jujur, sekarang aku merasa kacau atas kejadian kemarin. Dengan brengseknya aku telah merendahkan Jungkook lewat kata-kata kotor hingga membuatnya menangis. Tanganku mengepal, aku memamg bodoh, tapi sekarang... sepertinya aku tidak punya muka karena kini aku malah ingin menemuinya.
Aku tersentak saat mataku menemukan entitas Jungkook di ujung lorong, ia menyadari keberadaanku hingga kini ia berbalik arah. Melihat itu aku segera berlari untuk mengejarnya lalu segera menahan tangannya.
"Tunggu.."
Jungkook menepis tanganku dan ia akan melangkah kembali namun aku segera menahan kedua bahunya.
"Sayang... aku--"
"Lepas"
Jungkook berontak dan menepis kedua tanganku yang ada di bahunya namun aku tak mau menyerah, aku segera menggenggam kedua tangannya dengan erat.
Aku berucap lirih dengan nada penuh sesal. "Jung.. dengar, aku minta maaf oke? Aku benar-benar menyesal..." mataku menatap Jungkook penuh harap, aku benar-benar mengharapkan pengampunan darinya, namum yang ku lihat Jungkook hanya menampilkan wajah datar dengan sorot mata tajam. Sepertinya ia masih begitu marah padaku.
"Maafkan aku... kau boleh menamparku jika mau, atau mungkin memukul bibirku. Mulutku memang sangat keterlaluan kemarin, aku benar-benar minta maaf..."
Jungkook berusaha melepaskan genggamanku, namun sedikitpun aku tak mau melepaskannya sebelum Jungkook mau mengampuniku.
"Kau memang brengsek, selalu seperti itu, sejak dulu, tak pernah berubah" Jungkook berkata dengan nada dingin, terdengar menahan amarah hingga membuat bahuku merosot.
"Aku tahu" lirihku.
Jungkook menunduk, raut wajahnya terlihat sedih hingga membuatku menukik alis. Aku tak suka melihat Jungkook seperti itu, cukup kemarin saja aku membuatnya menangis.
"Aku lelah, pergilah.. jangan pernah menemuiku lagi, karena aku sungguh muak setiap kali harus melihat wajahmu" "Pergi Tae... jangan masuk ke dalam hidupku lagi"
"Jungkook... ku mohon--"
"Lepaskan tanganmu dariku"
"Tapi--"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband and His Girlfriend 2 [BXB]
FanfictionBerputar, lalu berkesinambungan menjadi satu. Inilah kisah cintaku. Warning! Boyslove Story!