Mataku terus terfokus pada sebuah rekaman CCTV yang kini sedang berputar dilayar handphoneku. Mendengus kasar saat sepercik amarah hinggap didadaku. Sialan sekali.
Dengan perasaan kesal aku segera mengantongi handphoneku ke dalam saku celana lalu keluar dari dalam kamar hotelku. Aku segera memasuki sebuah lift lalu naik ke empat lantai diatasku, setelah merapihkan setelan jas yang ku pakai aku segera melangkah keluar lalu mendatangi sebuah ruangan.
Knock knock.
Pintu terbuka, dan mataku langsung berkilat tak suka saat laki-laki bedebah yang ku hajar kemarin yang membukakan pintu. Aku berdecih, "aku tahu kau pasti disini, aku selalu mengawasimu" setelah mengatakan itu dengan nada mengintimidasi aku segera melangkah masuk, tak lupa untuk menabrakkan bahuku pada bahu laki-laki itu hingga membuat ia mundur beberapa langkah.
Aku segera mendudukan diri tepat dihadapan Jeon Jungkook yang kini sedang menatapku tak suka. Aku tersenyum maklum lalu memilih menyelami mata indah miliknya. Dadaku terasa hangat, Tuhan... betapa mengagumkannya makhluk ciptaan-Mu dihadapanku kini. Sungguh, aku semakin menginginkan untuk segera memiliki Jeon Jungkook kembali. Tapi... apakah bisa?
"Jungkook, aku meminta maaf atas insiden kemarin. Maaf telah mengacaukan rapatmu, sungguh.. tolong maafkan aku"
"Seharusnya kau meminta maaf padaku juga karena dengan idiotnya telah memukulku tanpa sebab"
Aku mendelik tajam saat laki-laki itu menghampiri kami lalu duduk di lengan kursi yang Jungkook duduki, dadaku bergemuruh kesal saat lengan laki-laki itu dengan lancangnya memeluk bahu Jungkook.
"Jauhkan tanganmu dari Jungkook"
"Siapa kau berani menyuruhku seperti itu?"
Aku terkekeh dalam sambil merotasikan mataku saat melihat tampang laki-laki itu yang terlihat begitu pongah.
"Kau tahu, aku adalah orang terpenting bagi hidup Jungkook"
Dan aku dibuat tak mengerti saat mendengar Jungkook terkekeh sarkas.
"Bermimpi saja kau menjadi hal penting bagi hidupku," bisa ku lihat mata Jungkook menyorot sebuah cemoohan padaku, "bahkan aku tidak tahu, siapa kau?" ucapnya dengan nada ejekan hingga membuat hatiku tercubit mendengarnya."Pffft... hahaha. Hei orang asing, sebaiknya kau angkat kaki dari sini karena tak ada seoarangpun yang menganggapmu. Pergilah, kau sungguh melanggar etika dengan masuk ke dalam teritori orang lain tanpa izin, ck... benar-benar menyedihkan"
Rahangku mengeras dengan sorot mata penuh amarah. "Aku tak menyuruhmu untuk berkomentar, jadi diamlah"
"Aku punya hak untuk mengekspresikan apapun yang ku rasakan dengan berkomentar, jadi dengarlah apapun yang ku bicarakan. Mengerti maksudku?" dia menyeringai "segera angkat kaki dari sini"
Cukup sudah, aku tak bisa menahan tanganku untuk menghajar laki-laki sialan itu. Aku segera berdiri lalu menarik kerah kemeja laki-laki itu untuk memberikan bogeman di wajah sialannya namun harus terhenti saat Jungkook malah mendorong dadaku dengan keras hingga membuat cengkramanku terlepas.
Jungkook mendesah gusar sambil menatapku kesal, setelah itu ia mengalihkan tatapannya pada laki-laki sialan itu.
"Jacob, keluarlah dari ruanganku"
"Tapi--"
"Kumohon.."
"Hhh... baiklah"
Aku tersenyum miring sambil menatap laki-laki sialan yang ternyata bernama Jacob itu dengan tatapan mengejek. Rasakan kau. "Ha! Di usir, sebenarnya siapa yang menyedihkan disini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband and His Girlfriend 2 [BXB]
FanficBerputar, lalu berkesinambungan menjadi satu. Inilah kisah cintaku. Warning! Boyslove Story!