Chapter 04 : Tebakan

3.9K 465 44
                                    

"Aku akan menganggap ini hanya acara mengakrabkan diri dengan murid, bukan acara kencan"

"Tidak boleh. Ini adalah kencan"

"Mana bisa seperti itu"

"Kau juga. Mana bisa seperti itu"

"Terserah, yang penting aku tak menganggap ini adalah kencan. Konyol sekali rasanya jika seorang kepala sekolah sepertiku kencan dengan seorang murid yang bahkan umurnya baru sebiji jagung"

"Aku tersinggung"

"Sorry, but i'm not sorry" aku terkekeh jenaka namun setelah itu tersentak kaget saat Younghoon menghentikan langkahku lalu ia menarik tubuhku hingga kini berdekatan dengannya.

"Dengar ini, ssaem. Jangan pernah remehkan aku"

Alisku terangkat lalu memiringkan kepala. Menatapnya dengan mata bingung. "Kau kan... memang anak kecil. Tahu apa tentang cinta-cintaan?"

"Aku delapan belas tahun"

"Iya.. itu anak kecil"

"Ck. Terserah"

Younghoon menyisir rambutnya dengan jari tangan lalu memasukkan kedua lengannya ke dalam saku jaket yang ia pakai. Ia memunggungiku lalu atensinya terfokus pada pemandangan taman hijau kota Seoul.

Aku menghela napas. "Lagipula aku sudah bertunangan"

Younghoon tampak kaget dan kini ia menatapku dengan wajah terkejutnya. Ia memperhatikanku dari atas ke bawah lalu matanya memandangku dengan wajah pongah. "Mana buktinya?"

Aku mengangkat sebelah tanganku. "Lihat cincin di jariku. Aku sudah ditandai"

Younghoon terdiam seolah-olah ia sedang berpikir, tak lama ia berdecih lalu memalingkan wajahnya. "Hanya tunangan, masih bisa ku rusak"

Mataku mengerjap. "Apa maksudmu?"

"Hubungan kalian. Masih bisa ku rusak"

Aku terkejut. Hei... pemikiran anak ini sungguh berbahaya. "Lagipula aku lebih tua tujuh tahun darimu, dan aku tak pernah mempunyai niat untuk memiliki hubungan dengan orang yang lebih muda dariku"

"Cinta tak pandang umur. Sesederhana itu yang ku tahu. Lagipula aku tidak mencintaimu"

"Bag--"

"Tapi tak tahu kalau esok nanti. Mungkin aku akan menjadi suami mudamu?" Younghoon menatapku dengan wajah datar andalannya. "Yang jelas, sekarang aku tertarik padamu, hanya itu"

A-ah? Ya Tuhan... kenapa aku  harus terlibat dalam hubungan kasmaran anak kecil?

Sungguh konyol sekali rasanya.

.

.

Aku menghela napas lega lalu merapihkan proposal-proposal yang sudah selesai ku baca dan tanda tangani. Aku beranjak dari meja kerjaku lalu melangkah menuju kamar.

Namun, baru saja tanganku akan menarik knop pintu kamar tiba-tiba saja bel pintu depan berbunyi. Aku segera melangkah menuju sana lalu menekan tombol sandi dan pintupun terbuka.

"Selamat malam, kesayangan"

Aku tersenyum senang lalu menerima sekuntum mawar putih yang Changmim sodorkan padaku. "Terima kasih, silahkan masuk"

Kami melangkah menuju ruang tamu lalu Changmin duduk disana.

"Mau minum apa?"

"Air putih hangat"

"Hanya itu?"

"Iya"

"Yakin?"

"Tentu"

My Husband and His Girlfriend 2 [BXB]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang