"Kau tahu? Lebih baik aku dibuat hancur daripada tak melakukan usaha apapun. Aku tak akan pernah menyerah sebelum mendapatkan apapun yang ku mau, dan ku pastikan aku akan selalu mendapatkannya. Terutama kau... Jeon Jungkook. Aku akan mendapatkanmu kembali, tunggu saja"
Tentu saja. Aku tahu kau memang keras kepala, Tae.
Wajahku segera menormal lalu menghilangkan raut dinginku yang selalu menjadi topeng ketika Taehyung ada di hadapanku, mataku menyorot sendu lalu memijit pelipis ketika ku rasakan kepalaku berdenyut pusing. "Kapan dia akan berhenti mendatangiku?"
Aku menghela napas berat lalu menidurkan kepalaku diantara lipatan tangan, sebenernya bagaimana jalan pikiran laki-laki itu? Kenapa dia begitu keras kepala untuk memiliku kembali? Demi Tuhan aku sungguh sakit hati ketika Taehyung berbicara jika ia tak akan menyerah untuk mendapatkan cintaku kembali. Tidakkah ia berpikir dua kali ketika mengatakan itu? Dia sudah mempunyai dua anak dan seorang istri tapi kenapa ia malah mengejar-ngejar cintaku?
Aku sungguh tak habis pikir, aku kehilangan kata-kata. Mungkin Taehyung sudah kehilangan setengah otaknya hingga ia bertingkah tak tahu diri seperti itu. Dan sepertinya... aku harus lebih kejam lagi padanya.
.
.
Aku tertawa renyah ketika seorang kepala Chef di restauran yang ku pimpin melemparkan lelucon padaku. Kami sedang melakukan meeting ngomong-ngomong, meeting yang tidak terlalu serius dan beralur menyenangkan karena tak ada kekakuan dalam komunikasi.
Kini kami sedang membahas menu baru yang akan ku tambahkan di restauran ini, dan setelah diskusi panjang yang memakan waktu akhirnya kami memutuskan untuk menambahkan tiga menu baru yang ku prediksi akan menjadi salah satu menu favorit para customers.
"Baiklah Chef, kerja keraslah ketika memasak tiga menu baru itu agar para customers terkesan ketika memakannya"
"Tentu, aku akan memasaknya dengan keringat, darah, dan air mata"
"Chef, kenapa bernada?"
"Ah, mian.. aku malah bernyanyi Nae pi ttam nunmul"
"Lagi-lagi bernada"
Kami berdua tertawa, umur Chef yang bernama Jaehyun itu memang tiga tahun lebih tua dariku, tapi ia bergaul denganku begitu baik walaupun aku baru menjadi pemimpin di restauran ini. Sifatnya humble dan ceria, juga humoris. Aku... a-aku malah jadi teringat Changmin.
"Kau tak apa-apa bapak pemimpin? Kenapa wajahmu jadi murung seperti itu?"
Alisku menukik kesal ketika Chef Jaehyun mengataiku bapak. Rasanya telinga dan hatiku terluka mendengarnya. "Sekali lagi chef mengataiku bapak, aku tak akan segan-segan memotong gajimu"
"Ah mian.. jangan potong gajiku Sajangnim?"
"Tidak, jangan panggil aku Sajangnim"
"Tuan?"
"Jangan"
"Sir?"
"Nope"
"My destiny?"
"Yes. U-ugh... apa?"
Chef Jaehyun tertawa. "Baiklah, aku akan memanggilmu My destiny mulai sekarang"
Kepalaku menggeleng panik. "Jangan chef, jangan panggil aku seperti itu"
"Tadi katanya yes ketika aku panggil My destiny?"
"Ng.. itu, aku, a-ku keceplosan" ujarku sedikit malu. "Panggil aku Jungkook saja. Arrachi?"
"Kkk... arraseo, Jungkook, arraseo." Chef Jaehyun berdiri lalu membungkukan badanya padaku. "Aku akan kembali ke dapur untuk meneruskan kerjaku. Tattah~ Jungkook..."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband and His Girlfriend 2 [BXB]
FanficBerputar, lalu berkesinambungan menjadi satu. Inilah kisah cintaku. Warning! Boyslove Story!