[9] surat

4.5K 895 425
                                    

"hah? k-kenapa saya, pak?" tanya jihyun tidak mengerti.

bagaimana tidak bingung? gadis itu baru saja datang ke sekolah lalu tiba-tiba sudah dituduh menjadi tersangka pembunuhan.

"kami akan menjelaskannya nanti. sekarang tolong ikut kami ke kantor polisi." minhyun menarik lengan jihyun dan menyuruhnya masuk ke mobil polisi.

jihyun masih berusaha melepaskan diri karena merasa adanya kesalahpahaman. "tapi, pakㅡ"

"sudah, tidak usah banyak protes. anda bisa melakukan pembelaan nanti di kantor polisi," potong seongwoo.

jihyun mengedarkan pandangannya pada kerumunan siswa-siswi sekolahnyaㅡberharap ada seseorang yang mau menolongnya, namun nihil.

semuanya memandangnya dengan tatapan acuh tak acuh.

pandangan jihyun kemudian teralih pada ketujuh orang itu. mungkin hanya mereka yang bisa jihyun harapkan untuk saat ini.

"guys, tolongin gue ...," ucap jihyun lirih. "bukan gue pelakunya."

yohan akhirnya maju ke hadapan kedua detektif itu. "pak, sepertinya ada kesalahpahaman di sini."

"iya, pak. mana mungkin temen kami pelakunya," timpal junho.

jinwoo mengangguk-angguk sambil sesegukan.

eunsang dan minkyu hanya diam.

wonjin juga. udah males dia tuh berurusan dengan para detektif. apalagi sama yang namanya ong seongwoo.

"pak ... bapak yakin nggak salah nangkep orang nih?" tanya yuvin sambil sok-sokan merangkul minhyun. ini namanya cara mengakrabkan diri ala yuvin.

"diam atau kalian saya bawa juga ke kantor polisi!" ancam seongwoo.

tuh kan. baru juga dibilangin.




















"baiklah nona jihyun, sekarang saya akan menjelaskan semuanya."

saat ini jihyun sedang duduk berhadapan dengan minhyun di ruang interogasi.

"pertama, hanya sidik jarimu yang kami temukan di tubuh koo jungmo."

demi apa pun, jihyun sangat menyesali tindakan cerobohnya waktu ituㅡmembalikkan tubuh jungmo dengan tangan kosong. padahal ia hanya ingin mengaitkan kasus ini dengan kasus di kamar 13.

tapi siapa sangka, hal itu malah menjadi boomerang bagi dirinya?

"begini pak, gimana bapak bisa memutuskan seenaknya kalo saya yang membunuh hanya karena sidik jari saya tertinggal di tubuh korban?" jihyun berusaha untuk tetap bersikap tenang walaupun hatinya sangat gusar sekarang.

"jadi maksudnya, anda menyentuhnya dengan tidak sengaja, begitu?" minhyun bertanya balik.

jihyun mengangguk membenarkan. "saya terlalu panik waktu melihat teman saya dalam keadaan seperti itu, pak."

room no. 13 | pdx101 [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang