[10] membuka kasus lama

4.1K 977 189
                                    

"lo kenapa dah dari tadi bengong aja?" wonjin bertanya pada jihyun.

sekarang mereka sudah berada di kantin bersama dengan yang lain.

"eh? engga kok," jawab jihyun seadanya.

"masih kepikiran soal omongan mereka?" tanya wonjin lagi yang kemudian dibalas gelengan oleh gadis itu.

jihyun memang bukan sedang memikirkan gosip-gosip para siswa soal dirinyaㅡia bahkan tidak terlalu memusingkan hal ituㅡtapi ia masih berpikir soal surat tadi.

gadis itu sudah bertanya ke beberapa orang di kelasnya tapi tidak ada yang tahu siapa yang menaruh surat itu di kolong mejanya.

"sepi ya nggak ada dongpyo." jinwoo membuka suara. pemuda itu hanya mengaduk-aduk kuah baso di hadapannya dengan lesu.

"hm. kalo tuh bocah masih ada pasti sekarang dia udah bawain bahan gosipan baru," timpal yuvin.


"vin, lo seneng ya dongpyo udah nggak ada?" tanya yohan tiba-tiba.

"hah, kok lo ngomong gitu?"

"abisnya muka lo nggak keliatan sedih sama sekali, bang," sahut junho.

"ya emang kalo gue sedih, gue harus tunjukkin ke kalian?" protes yuvin.

"kalo dipikir-pikir, terakhir kali lo masih berantem sama dongpyo 'kan, bang?" tanya minkyu.

"jadi lo nuduh gue, kyu?!"

reaksi berlebihan yang ditunjukkan oleh yuvin membuat minkyu mendengus. "gue cuma nanya kok."

"kalo lo emang nggak bersalah harusnya nggak usah panik." kali ini eunsang yang berbicara.

"apaan sih?! kok lo ikut-ikutan nuduh gue? jangan-jangan elo lagi pelakunya!"

wonjin menghela napasnya kasar mendengar perdebatan di antara mereka. "udah woy udah! dikira maen tuduh-tuduhan kayak gini bisa nyelesain masalah apa?!"





















minhyun mengetuk-ngetukkan jarinya di meja sambil memandang entah ke mana. walaupun begitu, otaknya sedang berputar memikirkan satu hal.

"lo belom pulang, hyun?" tanya seongwoo sambil menunjuk ke luar jendela yang tampak sudah mulai gelap.

"iya, bentar lagi," jawab pemuda itu seadanya.

seongwoo hendak membereskan mejanya dan bersiap untuk pulang, tapi ada satu hal yang masih mengganjal pikirannya.

"hyun, lo yakin shin jihyun pelakunya?" tanya seongwoo tiba-tiba.

"bukti kuat mengarah padanya," jawab minhyun.

"tapi menurut gue bukan dia," ucap seongwoo yakin.

"berdasarkan apa?"

"firasat."

minhyun langsung memutar bola matanya mendengar jawaban rekannya itu.

"kayak firasat lo pernah bener aja," sarkas minhyun. "detektif kayak kita kerjanya bukan mengandalkan firasat, tapi berdasarkan bukti."

"tapi kali ini gue yakin bener! bukan dia pelakunya," kata seongwoo lagi, masih berpegang teguh kalau firasatnya tidak salah.

"udah deh. mending lo cari buktinya daripada cuma asal ngomong."

seongwoo berdecak. ia mengambil beberapa lembar kertas di mejanya lalu ditunjukkannya pada temannya itu. "gue gak asal ngomong. tuh, lo liat sendiri hasil laporan dari tim forensik."

minhyun terdiam. sebenernya, di dalam hatinya, ia juga meragukan kalau gadis itu benar-benar pelakunya, tapi ia bukan tipe orang yang akan mengutarakan pendapatnya sebelum ada bukti kuat.

"kasus ini mirip seperti kasus di kamar 13. jumlah dan letak sayatan di tubuh korban terbilang identik. tanda '67' di belakang leher juga persis sama," jelas seongwoo berdasarkan laporan tim forensik yang telah mengautopsi tubuh korban.

"senjata pembunuhan yang diduga bayonet tidak pernah ditemukan. rekaman cctv dan riwayat panggilan hasilnya nihil. jejak di tkp juga semuanya bersih." seongwoo mengambil jeda sejenak sebelum melanjutkan kalimatnya.

"... dia berhasil membunuh shin ryujin dan son dongpyo tanpa meninggalkan jejak sedikit pun. jadi menurut gue, pelakunya nggak mungkin sebodoh itu ninggalin sidik jarinya di tubuh koo jungmo. dan lagi, dalam jumlah sebanyak itu."

"terus gimana dengan jepitan itu? menurut lo pelakunya sengaja ninggalin jepitan di situ buat ngejebak shin jihyun?" tanya minhyun.

"bisa jadi."

"ah iya, tentang alibi shin jihyun," ucap minhyun sambil memijat kepalanya yang terasa pening. "lo udah ngecek cctv minimarket dari jam 10.15 sampe 10.45 semalem?"

"udah, tapi yang jam segitu nggak ada. kayaknya ada yang sengaja ngehapus," jawab seongwoo.

"besok gue bakal nemuin jihyun sekali lagi," ujar minhyun.

"jangan, kali ini biar gue yang nemuin dia," potong seongwoo cepat. "sebaliknya lo perlu ngecek alibi mereka satu-satu."

"siapa?"


"mereka bertujuh."



















seorang pemuda berpakaian serba hitam berdiri di depan salah satu pintu kamar rawat yang berada di ujung lorong ini.

matanya memandang lurus ke arah papan nama yang tertempel di pintu itu. tertulis nama 'song hyeongjun' di sana.

srett

suara pintu digeser terdengar mendominasi suasana rumah sakit yang hening itu. wajar, matahari bahkan belum nampak seluruhnya.

"halo, jun," sapa pemuda itu sambil berjalan mendekat ke ranjang hyeongjun.

"kapan lo bangun, hm?" tangannya terulur menyentuh pipi mungil yang terlihat pucat itu.







"gue kan udah nggak sabar buat bermain sama lo."

orang itu tersenyum miring sambil memainkan pisau lipat yang barusan ia keluarkan dari sakunya.

room no. 13 | pdx101 [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang