Chapter 1

8.9K 465 3
                                    

Han Li menangis di dalam kamarnya. Besok adalah hari dimana ia akan diangkat sebagai istri Kaisar Jung. Padahal ia belum mau menikah untuk dapat membantu keluarga serta rakyatnya yang menderita. Namun takdir berkata lain, ia harus mengalami penyiksaan yang panjang.

"Yang Mulia Han Li, besok hamba akan membawa para dayang untuk merias anda dan membawakan pakaian yang akan dikenakan besok. Harap Yang Mulia Han Li untuk segera bersiap-siap tidur agar segar di hari esok!" ucap Kepala Dayang Fen Huanran.

"Terimakasih sudah mengingatkan," Han Li menghapus air matanya. Ia menatap wajah Kepala Dayang Fen dengan tatapan sendu. Kepala Dayang Fen merasa iba kepada Han Li. Sudah sepuluh tahun ia bekerja untuk melayani permaisuri Kaisar Jung, tapi baru kali ini dia bertemu dengan seorang Putri yang lembut dan sederhana. Berbeda dengan Putri yang dahulu ia layani, kasar dan sombong, akhirnya mereka kena siksaan dari kaisar dan bunuh diri.

"Hamba izin pamit keluar Yang Mulia," ucapnya sopan. "Pergilah Kepala Dayang Fen, bangunkan aku saat fajar!" Kepala Dayang Fen mengangguk. Ia lalu pergi keluar bergantian dengan salah seorang dayang yang membawa nampan berisi makanan dan minuman untuk Han Li. "Makanan Anda Yang Mulia Han Li," ucapnya. Sinar di matanya terlihat jahat. Namun Han Li tak melihatnya. Han Li mengangguk seraya menyuruh dayang itu agar meninggalkannya seorang diri.

Seringai si dayang tadi sambil menatap tajam ke arah hidangan di nampan yang disediakan untuk Han Li, "Kamu akan rasakan sakitnya setelah menelan itu semua, dasar perempuan bodoh!" gumamnya seraya menutup pintu kamar Han Li.

Han Li berjalan ke arah meja rias. Matanya yang indah terlihat agak bengkak dengan warna kemerahan di sekitarnya. Ia terus-menerus menangis sejak tiga jam lalu.

Han Li mengambil bedak dan mengoleskannya ke daerah sekitar matanya. "Beres!" ucapnya ketika melihat pantulan di cermin. Wajahnya kini sudah normal. Tapi kesedihan ini belum seberapa. Masih ada waktu hari esok dan seterusnya untuk merasakan sakitnya penyiksaan dari Kaisar.

Ingin sekali dia pulang kerumahnya, namun Kaisar Jung tentu tak akan tinggal diam. Apapun yang diinginkannya akan tercapai. Negeri ini sudah dalam kesengsaraan sejak Pangeran kedua yaitu Jung Zilong menjadi Kaisar di negara ini.

Han Li tentu tahu bahwa sebenarnya, Ayah dan Ibunya tak mau Ia diambil oleh Kaisar Jung, tapi mereka berdua tak punya kekuasaan untuk menolak. Jika menolak, mereka akan dibunuh, dan Han Li akan tetap jatuh ke tangan Kaisar Jung.

Perut Han Li tiba-tiba berbunyi. Sudah tiga jam lamanya ia tak makan apapun. Mata Han Li menangkap sebuah nampan berisi hidangan lezat yang tadi dibawakan oleh dayang. Han Li mendekati nampan tersebut. Menyendok nasi dengan lauknya, lalu memasukkannya ke dalam mulut mungilnya.

Mata Han Li membelalak. Rasanya aneh. Mulutnya seperti terbakar. Han Li meneguk minuman di atas nampan. Sekali lagi, matanya membelalak. Tenggorokannya sakit bukan main. Apa lagi ini?! Kenapa tubuhnya sakit begini? Padahal belum apa-apa.

"Tolong! Tabib!!! Kepala Dayang Fen!!" Han Li berteriak sekuat tenaga. Tangannya melambai-lambai ke arah pintu kamarnya yang tertutup. Kakinya bergerak ke sana. Suaranya berteriak mencari pertolongan.

Kakinya terasa lemas dan tak dapat digerakkan. Akhirnya ia jatuh. Tenggorokannya makin terasa panas. Lebih panas dari yang tadi. Perutnya seperti ditusuk berpuluh-puluhan pedang yang menembus ke bagian tubuh yang lain.

Ia menyeret tubuhnya agar mendekati pintu kamar yang tertutup rapat. Mengapa tak ada orang yang datang? Ada apa?! Mengapa?! Mengapa mereka tak datang?!

"Dayang! Tabib!! Ayah! Ibu!!! Siapa saja tolong! Akh!!!" Sungguh perih. Setiap kali ia berteriak, perih rasanya di tenggorokan.

"Uhuk! Uhuk!" batuk disertai darah mulai keluar dari mulut Han Li. Pusing mulai terasa di kepalanya. "Tolong... Siapa saja tolong..." suaranya melemah. Tangan kanannya masih berusaha menggapai gagang pintu. Tapi tak berhasil karena ia pingsan terlebih dahulu. Air mata mengalir saat itu juga. Ini baru awalnya.

💎

Mata Han Li terbuka. Ia mengerjapkan matanya. Pusing masih dapat dirasakannya. Apa yang terjadi?

Ia duduk di kursinya. "Sudah sadar, Yang Mulia?" tanya seorang tabib yang duduk tak jauh darinya.

"Apa yang terjadi?" tanya Han Li. "Kami menemukan Anda tergeletak tak berdaya di depan pintu kamar dengan bersimbah darah di wajah Anda, Apa yang terjadi Yang Mulia? Tabib bilang anda mengalami gangguan pada pencernaan Anda!" jelas Kepala Dayang Fen.

Mata Han Li melotot mengerti. Ia paham apa yang terjadi. Ia ingat semuanya. Detik-detik siksaan pertamanya.

"Hidangan! Hidangan yang dibawakan oleh salah seorang dayang yang meracuni saya!" Han Li berteriak kepada Kepala Dayang Fen. Raut wajahnya yang ketakutan berharap mereka mempercayai apa yang dikatakannya.

"Tapi Yang Mulia, kami belum mengirim hidangan apapun ke kamar ini," ucap Kepala Dayang Fen dengan raut wajah bingung. Mata Han Li kembali melebar.

"Tidak mungkin! Jelas saja setelah kamu keluar dari kamar saya, salah seorang dayang masuk sambil membawa hidangan! Tidak mungkin kamu tidak tahu!" Kali ini Han Li berteriak lebih keras.

"Tapi Yang Mulia, saat salah seorang dayang menemukan Anda terbaring di lantai, kami tak menemukan adanya nampan di ruangan ini," ucap Kepala Dayang Fen.

Han Li menggeleng tak percaya. "Tidak mungkin! Padahal jelas-jelas dayang itu kemari dengan membawa nampan! Tidak mungkin nampannya tidak ada! Pasti disembunyikan di suatu tempat!" Han Li turun dari kasurnya dan menggeledah semua isi kamarnya, mencari-cari nampan yang tadi dibawa oleh salah seorang dayang. Namun nihil. Nampan itu tidak ada di kamarnya.

"Tidak mungkin!!! Kenapa tidak ada?! Kenapa?!" Han Li mulai menggila sambil mengacak-acak rambut coklatnya. Air matanya kembali muncul sambil mengusap pipinya yang putih bersih. Bibir mungilnya kini pucat. Sekujur tubuhnya dingin. Ia terduduk kemah di lantai sambil menangis.

Kepala Dayang Fen mendekati Han Li lalu memeluknya. "Yang sabar Yang Mulia, ini adalah cobaan," ucap Kepala Dayang Fen sambil ikut menitikkan air mata. Tabib hanya bisa melihat mereka iba tanpa berkata-kata.

Kepala Dayang Fen benar, ini masih hari pertama. Hari berikutnya akan terasa sangat mencekam.

💎

"Hamba izin melapor kepada Yang Mulia Xue Jinrang!" ucap seorang dayang yang membungkuk kepada seorang wanita yang duduk di kursi merah panjang di kamarnya.

"Beri tahu aku, bagaiman keadaan Boa Han Li setelah menerima hadiah dariku?" tanyanya dengan nada sinis.

"Han Li telah menelan hidangan yang Yang Mulia berikan, dan perempuan bodoh itu sudah mengalami efeknya. Kini ia dirawat di kamarnya. Tadi dia sempat memuntahkan darah dengan jumlah yang cukup banyak," jelas dayang tersebut.

Xue Jinrang tersenyum. "Bagus! Sudah kau hapus jejak bukti nampan itu?!" "Sudah Yang Mulia! Mereka tak akan bisa menemukan bukti tersebut!"

"Hohoho... Kerja bagus Jun Pyona! Kau tangan kananku yang dapat dipercaya!" ucap Xue Jinrang. "Bukan apa-apa, Yang Mulia! Ini sudah menjadi tugas saya!" sahut Jun Pyona.

"Hohoho... Sekarang, awal dari kemajuan usahaku akan dimulai, sementara gadis itu akan mendapatkan siksaan dari neraka... Kaisar memang sangat mudah dikelabui!!! Hohoho..." ucap Xue Jinrang yang diiringi tawa dari dayang-dayangnya.

Beauty Empress [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang