Chapter 8

3.9K 236 1
                                    

Han Li mendongakkan kepalanya. Langit nampak biru cerah. Awan-awan tipis menghiasinya. Angin sejuk bertiup, membuat rambut Han Li yang hitam legam itu berayun-ayun. Han Li memejamkan matanya. Ia ingat sensasi ini. Sudah lama tidak merasakannya.

Han Li merebahkan tubuhnya di ladang rumput hijau nan luas itu. Tak ada siapapun di sana yang dapat menggangu apapun kegiatannya. Han Li suka ini.

Han Li memejamkan matanya. Menghirup dalam-dalam udara segar di sekitarnya, lalu menghembuskan nya. Han Li tersenyum. Ia ingin tidur di sini.

Namun, suasana yang nyaman itu berakhir ketika rintik-rintik hujan turun dari langit. Perlahan-lahan mengenai tubuhnya, membuatnya membuka mata.

Pandangan Han Li masih buram. Ia membuka paksa matanya. Tangan kanannya mengucek matanya. Aneh, padahal tadi tidak ada orang, batin Han Li.

"Kau sudah sadar, Selir Han Li?" tanya sebuah suara yang familiar di telinga Han Li.

Han Li segera membelalakkan matanya ketika sadar siapa pria tampan di hadapannya. "Pangeran Zeicheng?!" serunya.

"Bagaimana bisa kau ada di depan kamarku? Apa kau sedang menguntit kegiatan ku?" tuduh Pangeran Zeicheng.

Han Li tak suka tuduhan seperti itu. "Maaf, Anda salah paham! Hamba kemari ingin menyampaikan sebuah pesan, jadi untuk itu hamba perlu pergi dengan mengendap-endap!" Han Li membenarkan kelakuannya.

"Oke. Kalau begitu, pesan apa yang hendak kau sampaikan padaku?"
"Hamba tidak sengaja mendengar Kaisar Jung berbicara dengan Xue Jinrang. Rencananya, mereka ingin menyingkirkan saya dengan pura-pura menghamili saya. Dengan begitu, Xue Jinrang akan mendapatkan kesempatan untuk menjadi permaisuri Kaisar Jung. Karena seharusnya, posisi itu adalah milik saya! Saya ingin meminta bantuan kepada Pangeran Zeicheng untuk membantu saya agar tidak terhempas dari sini!" ucap Han Li langsung pada intinya.

"Biar ku perjelas! Jadi, kau memintaku untuk melindungi mu, dari rencana jahat Xue Jinrang agar kau dapat menduduki posisi permaisuri yang berada di sebelah Kakakku?" Pangeran Zeicheng mengangkat sebelah alisnya.

Han Li menghela nafas gusar. "Ya, dan tidak! Hamba bukan berarti ingin menjadi permaisuri Kaisar Jung. Tapi, jika hamba keluar dari istana, bagaimana jadinya rencana Anda untuk menjatuhkan Kaisar Jung tanpa adanya korban yang diperankan oleh saya?" Han Li menekan pada kata 'korban' yang merujuk pada dirinya.

Pangeran Zeicheng tidak enak hati melihat emosi yang tersirat dalam kalimat Han Li. Ia mengangguk seraya berpikir keras. Akan ku carikan solusinya. Kau hanya perlu berpura-pura tidak tahu saja. Ketika malam itu datang akan kulakukan tugasku untuk melindungi mu, lalu rencana kita akan aktif saat itu juga!" ucap Pangeran Zeicheng.

"Hamba mengerti, kalau begitu hamba izin pamit!" Han Li menunduk hormat, lalu pergi keluar menuju kamarnya. Ia melihat kanan-kiri sebelum kemudian berlari menuju tempat semula dimana dia meloncat dari jendela kamarnya.

Hari sudah semakin gelap. Han Li tidak mau ketahuan oleh para pengawal kerajaan. Ia mengamati dinding luar kamarnya. Mustahil untuk dipanjat, pikir Han Li.

Han Li melangkah ke depan, namun tak sengaja menginjak gaunnya yang panjang, akibatnya ia hampir jatuh jika saja tangannya tak cekatan menarik tuas yang menempel pada dinding. Tiba-tiba, dinding tersebut bergetar, perlahan bergerak membentuk sebuah tangga yang menuju jendela kamar Han Li.

"Wow! Kesengajaan yang membawa keberuntungan!" kata Han Li yang langsung menaiki tangga tersebut. Dan sampailah dia di jendela kamarnya yang masih terbuka. Di dalam sana, ada Kepala Dayang Fen yang mondar-mandir dengan mimik cemas. Han Li merasa bersalah kepadanya.

Han Li masuk ke dalam kamar. Tak sengaja sepatunya mengenai sesuatu seperti tombol yang selama ini berada di bawah jendela bagian luar. Seketika, tangga-tangga itu kembali bersembunyi.

"Benar-benar keberuntungan!" ucap Han Li.

"Yang Mulia! Syukurlah Anda kembali dengan selamat! Hamba khawatir kalau Kaisar Jung akan menemukan Anda!" Kepala Dayang Fen mengusap air matanya. Han Li tersenyum. "Tenanglah. Maaf aku membuatmu cemas," ucap Han Li.

Sekarang Han Li hanya perlu mengkhawatirkan rencana yang akan dijalankan oleh Kaisar Jung dan Xue Jinrang. Han Li tidak tahu kapan rencana jahat mereka akan dimulai. Ia harus waspada.

💎

Pagi hari yang sejuk. Han Li menghela nafas lega karena semalam Kaisar Jung tidak mengunjungi kamarnya. Itu berarti, rencana antara dua komplotan itu belum dimulai.

Walau begitu, Han Li harus tetap waspada tiap malam. Tak akan ia biarkan rencana kedua iblis itu berjalan lancar. Han Li akan menghukum mereka suatu hari nanti.

"Yang Mulia, hamba membawakan Anda sarapan!" ucap Kepala Dayang Fen. "Terimakasih, akan ku makan nanti," ucap Han Li dengan senyuman. Kepala Dayang Fen mengerti lalu keluar dari kamar Han Li.

Beberapa saat kemudian, jendela kamar Han Li berbunyi__ada yang mengetuk jendela dari luar. Han Li menghampiri jendela tersebut dan melihat sosok burung merpati yang bertengger di luar jendela. Kaki kanannya membawa secarik kertas yang digulung rapi oleh pita merah.

Han Li membuka jendela untuk burung itu. Burung itu masuk dan bertengger di lengan Han Li. Han Li mengambil secarik kertas tersebut, dan ternyata sebuah surat dari Pangeran Zeicheng.

Berhati-hatilah... Aku tahu Kakakku tidak akan tinggal diam. Jika itu terjadi, kau hanya perlu memberontak sekuat tenaga sebelum aku datang!

Jung Zeicheng

Benar-benar pesan yang singkat dan bermakna. Pangeran Zeicheng benar! Han Li hanya perlu melawannya jika lelaki tak ada otak itu__Kaisar Jung__berani macam-macam lagi dengannya.

💎

"Yang Mulia Xue Jinrang! Hamba izin melapor!" ucap Jun Pyona yang baru datang dari arah dapur. Xue Jinrang menoleh. "Laporan apa yang hendak kau sampaikan?" tanyanya datar. "Salah seorang prajurit kerajaan kita melihat Han Li mengunjungi kamar Pangeran Zeicheng. Sepertinya, dia berniat membicarakan sesuatu yang penting, sebab dikatakan bahwa Han Li ke sana sendirian dan mengendap-endap. Sepertinya, ia tak ingin ada seorangpun yang mengetahui kalau dia mengunjungi kamar Pangeran Zeicheng."

"Han Li? Wanita itu! Akan kuberi dia pelajaran!" Xue Jinrang menggigit kuku jempolnya.

"Ugh! Perhatikan gerak-gerik wanita itu! Aku tidak tahu apa rencananya, tapi akan ku pastikan malam ini dia menderita!!!" Xue Jinrang berdiri dari kursinya.

"Baik Yang Mulia! Hamba akan selalu mengawasi Han Li dan para Dayang-dayangnya!" ucap Jun Pyona yang segera kembali ke tempatnya.

Beauty Empress [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang