SAYANG PAPA

2.3K 283 22
                                    

Hal yang paling menyenangkan di dunia ini adalah, bermain perosotan.

Sooha paling suka bermain perosotan di manapun perosotan itu berada. Contohnya di taman komplek, halaman belakang rumah, dan di rumah Kakak Mika. Hari ini, Sooha dan Mama Wendy malah harus mengunjungi kantor Papa Suga. Kata Mama, Sooha ikut. Padahal, Sooha tidak mau karena kemarin dia sudah berjanji untuk bermain di taman komplek dengan Jeonseok.

"Nda Mama, da mau!"

"Ayok, sayang. Ke Papanya bakalan lama, kalau sebentar Mama bolehin adek ditinggal main sama Jeonseok" bujuk Wendy.

Wanita yang merupakan istri dari Min Suga tersebut menghela napas sabar, dia masih berusaha membujuk putranya untuk segera pulang dan bersiap. Sebenarnya mereka sekarang sedang ada di taman bermain komplek, baru saja sampai. Tetapi mendadak Suga menelphon dan pria itu merengek ingin dibawakan bekal makan siang ke kantornya.

Sudah dari 5 menit yang lalu Wendy membujuk Sooha. Tetapi anak laki-lakinya ini masih keras kepala, sama persis seperti Papanya.

"Nanti Mama telphon Ibunya Jeonseok bilang adek gak bisa main sama dia." Wendy lalu mengeluarkan phonsel dari kantung celananya.

"No!" Namun gelengan menolak tetap Sooha berikan untuk Mamanya.

Wendy melihat Sooha yang mulai menempelkan bibir pada punggung tangannya, yang artinya anak itu sedang ngambek dan bersiap untuk merengek. Memang sudah kebiasaan Min Sooha.

Wanita dalam balutan pakaian santai itu kemudian sengaja merekam putranya, takut-takut nanti Suga-nya ngambek karena istri dan anaknya lama sekali sampai di kantornya, rekaman ini bisa dijadikan bukti kalau buah tidak jatuh jauh dari pohonnya.

"Yuk, sayang. Mama juga harus masak dulu buat Papa"

Sooha benar-benar tidak mau ikut, Sooha ingin bermain saja bersama Jeonseok. Lagipula, di kantor Papa tidak seru karena disana tidak ada apa-apa. Cuma ada Papa yang duduk di kursi sambil membaca dan menggambar di atas kertas.

"Sayang, anak baiknya Mama Wendy..."

Karena tidak kunjung membuahkan hasil. Akhirnya, jurus terakhir untuk membuat Min Sooha menurut Wendy keluarkan. Suara memelas kemudian diiringi mata yang mulai berkaca-kaca Wendy perlihatkan pada Sooha.

1,

2,

Oh! Tidak.

Yang dari tadi memasang ekpresi datar dan terkesan dingin berubah perlahan-lahan. Sooha sangat ingat. Kata Kakak Mika, untuk menjadi anak yang baik dan juga tampan itu tidak boleh membuat Mama menangis. Dan Sooha ingin disebut sebagai anak baik dan juga tampan oleh kakak Mika, maka dari itu Sooha tidak boleh membuat Mama sampai menangis.

Kemudian, Sooha berjalan mendahului Mamanya. Hal tersebut tentu berhasil menerbitkan senyum manis di wajah cantik Min Wendy, hehe jurusnya berhasil.

***

"Kenapa?" Suga yang baru saja membuka bekal makan siang yang dibawakan istrinya, bertanya sebab ia merasa aneh sekarang.

Biasanya, kalau Wendy dan Sooha datang berkunjung tidak akan sesepi ini. Karena biasanya Sooha akan berceloteh bila sedang bersama kedua orang tuanya. Beda cerita bila bersama orang asing, anak itu akan diam tidak peduli dengan sekitarnya. Seperti sekarang, Suga keheranan pada Sooha padahal mereka cuma bertiga di sana.

"Ngambek" jawab Wendy sambil menata bekal makan siang mereka.

Sebelah alis Suga terangkat, "ngambek kenapa dia?"

"Gara-gara ke sini, adek gak jadi main sama Jeonseok padahal udah janji. Tapi aku juga udah ngabarin Ibunya Jeonseok," Wendy menjawab seadanya.

"Dih. Ngambekan gitu kamu, dek. Jelek tau." Ucapan Suga justru diabaikan Sooha yang sekarang sibuk dengan phonsel Mamanya sambil menonton We Bare Bears.

Wendy menggelengkan kepala maklum, Sooha ngambek berarti tunggu sampai dia ribut dengan Papanya kemudian menangis dan setelah itu selesai.

Dan benar saja. Sambil makan siang, Suga dan Sooha malah ribut. Yang satu berceloteh tanpa henti, yang satu menyahuti sambil disuapi. Haduh, ada-ada saja memang pasangan Papa dan anak ini.

"Laki-laki enggak suka ngambek tau."

"Bial"

"Gak boleh nanti kayak perempuan."

"Gak tau, pelempuan lambut panjang."

"Kata siapa? Perempuan juga ada tau yang rambutnya pendek, kayak adek."

"Papa banci."

"Heh! Tau darimana banci??"

"Esbel Papa jelek."

"Papa jelek berarti adek juga jelek, adek kan anaknya Papa jelek."

"No! Aku anak Mamaaa!"

Terus saja begitu, sampai kemudian seperti yang Wendy bilang kalau Sooha menangis setelah kalah ribut dengan Papanya.

"Huuuh, cengeng." Ledek Suga yang malah tertawa kesenangan sebab Sooha berhasil menangis karena dirinya.

Sedangkan objek yang tengah menangis sesegukan, berada di pelukan hangat Mama Wendy.

"Udah, kak. Adeknya jangan diledek terus, bengkak nanti matanya kalo kelamaan nangis." Ujar Wendy.

Suga hanya terkikik menanggapi perkataan istrinya. "Ya udah, kamu lap dulu muka adek di toilet." Titah pria sipit tersebut, "cepetan." Sambungnya lagi.

Wendy menurut, kemudian dia memangku Sooha menuju toilet yang ada di ruangan suaminya.

Selepas kepergian Wendy, Suga menerbitkan senyum lebar sampai kedua matanya menghilang. Dia merasa sangat bahagia setiap hari, sebab bisa berinteraksi dengan Wendy yang cantik dan juga Sooha yang menggemaskan.

Apalagi, melihat Sooha yang sudah semakin besar. Suga jadi ingat hal yang dulu, dia menyesalkan sikap bodohnya yang tidak benar-benar mensyukuri kehadiran Sooha saat pertama kali mengetahuinya. Memang bodoh, Suga tidak akan mengulangi kesalahan yang sama.

Maka dari itu, Suga sudah menyiapkan kejutan kecil untuk putra pertamanya yang cengeng dan ngambekan.

4 menit kemudian, Wendy keluar dari toilet dengan Sooha yang menenggelamkan wajahnya diperpotongan leher Mamanya, sengaja tidak ingin melihat Papanya.

"Adek liaaat. Itu apa, sayang???"

Pekikkan girang Wendy berbarengan dengan Suga yang memeluk dia dan Sooha dari samping, "kesukaan adek, maafin Papa ya sayang. Love you."

Sooha menoleh melihat apa yang Mamanya maksud. Seketika, ekspresi wajahnya nampak berbinar dan buru-buru Sooha minta turun dari gendongan Mamanya.

Putra dari Min Suga itu berlari kegirangan karena di ruangan Papa yang luas, secara tiba-tiba sekarang jadi ada mainan rumah balon yang sangat besar dan memiliki perosotan.

"Papanya tau apa yang dia suka, makasih." Wendy berujar dalam pelukan suaminya dengan menghadiahi Suga kecupan manis di pipi.

Sebelah lengan besar Suga mengeratkan pelukannya, dengan sebelah lagi yang bertengger manis di atas perut rata istrinya. "Semoga dia gak kayak kakak sama Papanya, biar kayak Mamanya aja."

Baru akan menanggapi penuturan Suga, suara Sooha menghentikan niatan Wendy.

"Papaaaaaa, love you toooo."

Sooha sayang Papa, sayang Papa yang peka dan juga kayak raya.

Hoho hoho.

*
*
*
***

LOVE ME TRUE [SHORT Vers.] - suga x wendyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang