Di Jepang, ada sebuah mitos yang di sebut Unmei No Akai Ito alias Benang Merah Takdir. Mitos ini sendiri sebenarnya berasal dari daratan China. Konon, di jari kelingking setiap orang ada benang merah yang tak kasat mata, yang akan terhubung dengan jodohnya. Menurut legenda, dewa mengaitkan benang merah di setiap jari para kekasih sejati agar mereka suatu saat nanti dapat bertemu dan saling jatuh cinta.
Benarkah itu?
Ya. Dia pernah mendengarnya. Tapi bukankah hal seperti itu hanya sekedar dongeng? Sebuah kisah dan kepercayaan picisan untuk orang-orang yang mempercayai adanya cinta sejati. Nyatanya, masih ada beberapa orang yang percaya tahayul tersebut di salah satu negara maju abad ini, Jepang. Tempat dimana kepercayaan Unmei No Akai Ito populer.
Lelaki itu membidik satu lagi foto objek yang menarik perhatian. Sebuah permainan yaitu menangkap ikan dengan jaring kertas. Dia mengangkat kamera lagi, membidik orang yang menjajakan permainan tersebut. Unik. Baru pertama kali ini dia datang ke sebuah pasar malam yang setiap tamu memakai topeng.
Penduduk sekitar bilang, kalau malam ini akan terjadi pasar malam untuk para makhluk halus di gunung itu. Makanya, dia datang dan menuruti saran kepala desa untuk mengenakan topeng jika ingin berkunjung. Dia tidak boleh membuka topengnya hingga sampai di penginapan lagi.
Namanya adalah Nicko Narendra, sering di panggil Koko oleh orang-orang disekitarnya. Dia mahasiswa Bisnis tahun ketiga di Tokyo University, tapi mengabdikan diri pada hobinya yaitu fotografi. Koko punya rambut cokelat berantakan, agak lebih panjang dari pria bersetelan jas pada umumnya.
Dia adalah keturunan Korea-Indonesia yang belum mau menambatkan hati untuk satu perempuan. Dia masih suka berpetualang, baik dalam hal hidup maupun percintaan. Karena punya masa depan cerah di perusahaan keluarga, Koko merasa tidak perlu serius dalam melakukan sesuatu yang tidak dia sukai. Dia tidak perlu berjuang, apapun akan datang sendiri padanya.
Lelaki itu berjalan lagi, berusaha menerobos kerumunan yang mengelilingi pusat pasar malam. Tapi, dia tidak berhasil. Koko terdorong mundur hingga kakinya tidak sengaja menendang dagangan seseorang.
"Ah, sumimasen." Koko bergegas membantu orang tersebut membenahi dagangannya yang tercecer ditanah. *maaf
"Bukan salahmu. Kerumunannya ramai sekali! Terimakasih sudah membantu," sahut pedagang yang Koko taksir adalah seorang kakek tua jika dinilai dari suaranya.
"Sekali lagi, maafkan saya." Koko menunduk sekali lagi karena merasa bersalah. Kakek yang memakai topeng harimau itu tertawa.
"Bisakah kau membantuku menjual pernak-pernik ini? Supaya kau tidak merasa bersalah lagi?" tawar kakek itu.
"Ah, tentu saja!" Koko menyanggupi.
Dia kemudian membawa dagangan kakek asing itu berkeliling dan menjajakannya pada setiap orang yang dia temui. Ternyata cukup mudah dilakukan karena pernak-pernik berupa gantungan kunci, kalung, gelang dan cincin yang dijual kakek tadi sangat diminati pembeli.
"Kek, semua sudah terjual. Hanya tersisa... apa ini? Gelang? Cincin?" Koko mengangkat sebuah plastik yang berisi benang merah dan mengamatinya dengan kening mengerut bingung.
"Oh, itu adalah Benang Takdir. Kau boleh mengambilnya jika kau mau," jawab kakek itu.
"Benang Takdir?" ulang Koko, mendengus geli. Kakek yang tidak Koko ketahui namanya itu mengambil plastik yang lelaki itu bawa kemudian membukanya.
"Begini cara pakainya," ucap si Kakek, meraih tangan kiri Koko. "Kau hanya harus mengikatkan salah satu ujung benang ini ke kelingkingmu. Kemudian, ujung lainnya akan menemukan siapa jodoh sejatimu."

KAMU SEDANG MEMBACA
Unmei No Akai Ito (Rate M) {Fin}
Chick-LitMature content!!! Apa kamu percaya mitos?