Sore hari, di salah satu café daerah selatan kota Makassar terlihat cukup ramai. Café Numerica29 yang terletak di jalan Bontolempangan, Reni dan ke-tiga sahabatnya baru saja tiba lalu memilih untuk nongkrong di lantai 2.
Salah satu pelayan café yang melihat ke-empat gadis itu tiba, segera menghampiri mereka.
"Selamat sore, Mau pesan apa?" Tanya pelayan itu sembari memberikan 2 buku menu kepada mereka.
Reni terlihat masih memilih-milih menu dan kebetulan duduk berdampingan disofa yang sama dengan Sinta.
Sedangkan Geby dan Lyla duduk berhadapan dengan Reni dan Sinta. "Nek... lo mesen apaan?" Tanya Geby menoleh ke dua gadis di depannya.
"Apa yah... bingung." Ujar Reni tersenyum tapi matanya masih melihat-lihat menu di buku tersebut.
"Kalo lo Sin?" Tanya Reni selanjutnya sambil menoleh ke Sinta.
"Mas... pesen Americano Coffee yah." Ujar Sinta sambil melihat pelayan yang masih berdiri menunggu pesanan mereka.
"Eh... serius lo, mau minum kopi?" Tanya Reni.
"Kenapa? Ada yang salah... hehehehe," Jawab Sinta.
"Ya udah, mas... kalo gue Green tea latte aja yah." Reni menyebutkan pesanannya. Lalu tak lama Geby dan Lyla pun menyebutkan pesanan mereka.
Saat pelayan itu beranjak dari tempatnya, mereka mengobrol santai sambil menikmati lantunan lagu-lagu terbaru yang di bawakan oleh Home band di atas panggung kecil di café itu.
Sudah beberapa hari ini, Reni mulai menghilangkan pikirannya tentang Ajie.
Mungkin memang pria itu tak pernah serius dengannya. Terbukti, sampai detik ini nomor HPnya sudah tidak pernah aktif lagi.
Reni pun sebetulnya ingin mencaritahu tentang apa yang terjadi, namun ia bingung mau menanyakan ke siapa.
Sempat terfikir ia ingin bertanya ke Papahnya, namun karena beberapa hari ini Papahnya sedang sibuk dan terlihat jarang dirumah. Maka, ia urungkan niatnya untuk bertanya.
Sehingga mau tak mau ia harus menghilangkan pikirannya tentang pria itu.
Sempat ia bingung sendiri akan tingkahnya. Kenapa ia mesti sakit hati? Padahal hubungan mereka sebetulnya berawal dari sebuah candaan.
Kenapa ia mesti sedih? Padahal Ajie tak pernah menyakitinya.
Mengenai telpon Ajie yang susah di hubungi? Kenapa ia mesti marah? Apakah ia sudah berusaha mencari tau tentang hal itu?
Minimnya informasi tentang Ajie, dan juga memang pertemuan mereka bisa di katakan sangat singkat. Membuat Reni tak tau harus bagaimana.
Apakah ia harus melakukan seperti di pilem-pilem mencari tau tentang Ajie?
Sedangkan ia sendiri tak yakin akan semua ini. Ia tak yakin apakah memang dia benar-benar mencintai Ajie? Atas dasar apa ia mencintai Ajie?
Setiap hari, Reni mencoba menganalisa semuanya. Memikirkan hubungan mereka yang aneh. Memikirkan pria yang mungkin saja tidak pernah memikirkannya.
Makanya dari pada dia menderita sendiri, ia berusaha menghibur dirinya dengan seringnya mengajak nongkrong para sahabatnya setelah lepas jam kampus.
"Hei... lo kenapa nek?" Tanya Sinta yang sejak tadi memperhatikan Reni yang sedang melamun dan menatap kosong band penghibur di café itu.
"Silahkan Mba..." Tiba-tiba pelayan mengantarkan pesanan para gadis itu.
"Makasih yah mas." Ujar mereka yang hampir bersamaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DON'T GIVE UP - Tj44 √ [Completed]
RomanceCerita ini khusus untuk 18+ Jika belum cukup umur di sarankan segera tinggalkan cerita ini. Jangan lupa kritik & saran sangat di harapkan Jangan Lupa Bahagia Tj44