JENNY WOROTIKAN
Keadaan dalam kamar itu terasa menyiksa dan waktu yang berjalan terasa begitu lambat. Tubuh Jenny yang berdiri menatapnya, yang hanya tersisa CD tipis berwarna putih membuat jantung Ajie berdetak tak beraturan.
Sedangkan beberapa kali, ponselnya berdering di atas meja kerjanya. Sesaat Ajie menoleh lagi ke arah meja, kemudian ia memandang wanita itu kembali. Ternyata Jenny masih saja menatapnya lalu menggelengkan kepala seperti memohon kepada Ajie untuk tidak menjawab telpon itu.
Ajie, masih sangat berusaha melawan logikanya yang setiap detiknya menyuruhnya untuk melaksanakan apa yang di inginkan oleh gadis itu. Hingga ponselnya berhenti berdering. Dan sepertinya, penelfon itu mulai putus asa karena Ajie tak menjawab telponnya.
"Pak..." Ajie masih terdiam, ia masih berusaha menenangkan jantungnya yang berdebar keras, campur aduk antara rasa takut dan ingin melaksanakan perintah di otaknya. "Bagaimana? Pilih nolongin Jenny ini malam, atau... besok pagi, Jenny akan resign!"
Jikalau wanita itu beneran resign, kenapa Ajie yang harus pusing?
Tapi, kasihan... karena wanita itu masih membutuhkan pekerjaan.
Benak Ajie masih saja berkecamuk.
Lagian-kan, ini bukan kemauan dia...
Dan, keinginan wanita itu hanya sekedar menancapkannya. Setelah itu ia akan segera melepaskannya...
Wanita itu masih menatapnya penuh harap. Ada seberkas senyuman di wajah wanita itu. Entah, apakah ia memang sengaja atau tidak. "Pak... Please!!!" Desahan penuh gairah terdengar Indah ditelinga Ajie.
Ajie kembali memandangnya. Kemudian, entah kenapa kedua matanya bergerak dan menatap dua bukit gairah dihadapannya yang sedang bergerak lembut mengikuti nafas pemiliknya yang sedang tak karuan. Dua puting kecil menghiasi bukti itu, membuat sekujur tubuh Ajie merinding.
"Pak... hanya sebentar kok." Kembali, suara Jenny berserak. Dan memohon, kepada Ajie.
Ajie menatapnya tajam.
Kilasan-kilasan ingatan berkelebat di benak Ajie, mengingat kembali kejadian saat di Bandung. Jelas saja, membuat sesuatu di bawahnya makin terasa sesak. Jenny memandangnya pasrah, lalu Ajie menundukkan kepalanya. Menarik nafas panjang, kemudian kembali memandang wanita itu dengan penuh pertanyaan. "Kamu, yakin dengan semua ini Jen?"
Jenny tak menjawab. Ia makin mendekat, lalu memegang lengan kanan Ajie dengan lembut. Ajie hanya bisa menahan nafasnya, dan masih menatapnya dengan penuh tanya.
"Ba-bapak... duduk jo neh." Sebuah kalimat beserta gerakan menarik lengan Ajie oleh wanita itu. Ia membimbingnya.
Ajie... kenapa, tidak kamu tuntaskan saja semuanya?
KAMU SEDANG MEMBACA
DON'T GIVE UP - Tj44 √ [Completed]
RomanceCerita ini khusus untuk 18+ Jika belum cukup umur di sarankan segera tinggalkan cerita ini. Jangan lupa kritik & saran sangat di harapkan Jangan Lupa Bahagia Tj44