Disebuah resto yang terletak di jalan Lamadukelleng kota Makassar.
Di meja 44, sedang duduk berhadapan dua orang gadis cantik yang berbeda umur. Salah satu dari gadis cantik yang diketahui umurnya lebih tua 14 tahun dari gadis yang satunya, tampak masih berusaha mengatur perasaannya. Yah, Reni baru saja terkejut dengan apa yang ia lihat saat ini.
Di meja yang telah di pesan oleh Ajie. Dea, ternyata berada di situ dan sebelumnya mempersilahkan Reni untuk duduk. Sedangkan Ajie, baru saja tiba setelah dari toilet langsung menyapa Reni dengan suara serak.
"A-ajie?" Gumam Reni. Dengan posisi duduk menoleh kebelakang, Reni menatap dengan tatapan tajam ke Ajie yang selama ini telah mengisi relung hatinya.
"Ayah... kok berdiri aja, hehe..." Dea kembali bersuara, menegur Ajie yang masih berdiri dibelakang Reni. Suara Dea hanya terdengar sayup-sayup di telinga Reni. Pikiran Reni sungguh sangat kacau. Telinganya berdengung, bersamaan dengan nafasnya yang tertahan beberapa detik. Reni masih berusaha mempercayai telinganya setelah mendengar panggilan Dea ke Ajie.
"A-yah?" Reni kembali mengulang satu kata yang di ucapkan oleh Dea di sertai perasaan gugup.
Anggukan kecil dari dari Ajie membuat jantungnya seakan copot. Matanya membelalak, seakan tak percaya dengan semua ini. "Ja-jadi se-selama ini-" Belum sempat Reni menyelesaikan kalimatnya, gelengan kepala dari Ajie membuat jantungnya makin berdebar-debar.
Dunia seakan runtuh dihadapan Reni. Tubuhnya menjadi kaku. Bibirnya gemetar dan kedua matanya masih berusaha menatap mata Ajie seakan meminta jawaban yang pasti dari semua ini. Sedangkan kedua telapak tangan Reni kini telah basah karena keringat dinginnya yang sudah membasahi tubuhnya. Antara marah, bingung, senang dan juga pasrah yang saat ini ia rasakan.
"Boleh aku duduk?" Tanya Ajie, dan tanpa mendapat jawaban dari Reni yang masih terlihat syok dengan kenyataan ini. Segera mengambil posisi duduk di samping Dea.
Reni menatap wajah Ajie dan Dea bergantian dengan jantung berdebar-debar. Hatinya ingin berteriak. Meneriakkan semua perasaan yang menderanya. Akan tetapi, bibirnya masih terasa kaku dan tak bisa berucap dihadapan Ajie.
Sedangkan Ajie saat ini memasang wajah tersenyum, menatap Reni penuh perasaan. Kemudian menoleh sesaat ke Dea. Lengannya bergerak memeluk tubuh Dea dengan lembut. "Dia... yang selama ini aku sembunyiin dari kamu." Gumam Ajie saat kedua matanya menatap wajah Reni. "Dialah malaikat kecil aku."
Reni masih tak bisa berkata apapun. Beberapa saat Reni menatap hampa dan masih terngiang-ngiang dengan kenyataan yang ada saat ini. Dea, yang selama ini sangat dekat dengannya. Ternyata anak Ajie. Dan status Ajie yang sudah mempunyai seorang putri sejujurnya tidak mengganggu pikirannya. Akan tetapi, status Ajie yang baru diketahui oleh Reni adalah seorang pengusaha sukses, membuatnya masih saja tak percaya dengan semua ini.
Haruskah Reni mengikuti egonya, memilih untuk lari dari kenyataan ini? Meninggalkan cintanya dan secara terang-terangan bilang "Loe telah membohongi gue selama ini..." di depan Ajie. Bahkan di depan Dea yang sudah menanam harapan kepadanya?
Harapan bisa menyatukan Reni dengan ayahnya?
Dea mendongak, menatap wajah Ajie dengan penuh tanya. "Yah... Mamah kenapa?" Tanya Dea membuat Ajie menoleh dan tersenyum hangat.
Ajie menggeleng pelan. "Mamah... gak kenapa-kenapa kok sayang." Kata Ajie mengusap lembut kepala Dea. Dan sikap Ajie yang ia tunjukkan dihadapan Reni, membuat luka dihati Reni perlahan-lahan seakan membaik.
"Mah..." Degh!!! Kini Ajie memanggil Reni dengan kata 'Mah' untuk kedua kalinya. Bukan lagi menyebut namanya. Namun dengan panggilan 'Mah' membuat Reni mengernyit tanpa melepaskan tatapannya ke mereka berdua. "Mamah sedih?" Lanjut Ajie bertanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DON'T GIVE UP - Tj44 √ [Completed]
RomantizmCerita ini khusus untuk 18+ Jika belum cukup umur di sarankan segera tinggalkan cerita ini. Jangan lupa kritik & saran sangat di harapkan Jangan Lupa Bahagia Tj44