PART 17

3.6K 49 3
                                    

"Para penumpang yang terhormat, selamat datang di Manado, kita telah mendarat di Bandar Udara internasional Sam Ratulangi, kami persilahkan kepada anda untuk tetap duduk sampai pesawat ini benar-benar berhenti dengan sempurna pada tempatnya dan lampu tanda kenakan sabuk pengaman dipadamkan. Berakhirlah sudah penerbangan kita pada hari ini. Atas nama Garuda Indonesia, kapten Paidikage dan seluruh awak pesawat yang bertugas mengucapkan selamat berpisah dan semoga dapat berjumpa lagi di dalam penerbangan Garuda Indonesia lain waktu. Sebelum meninggalkan pesawat, kami ingatkan kembali kepada anda untuk memeriksa kembali bagasi kabin anda agar tidak ada barang yang tertinggal. Para penumpang dengan lanjutan penerbangan silahkan melapor pada bagian layanan pindah pesawat di ruang penerbangan. Terima kasih." Terdengar suara awak kabin saat pesawat baru saja mendarat di bandara Sam Ratulang Manado.

Ajie terlihat turun dari pesawat sambil menarik sebuah travel bag di tangan kanannya.

Akhirnya pria itu tiba di Manado dengan selamat. 

Beberapa saat kemudian Ajie sudah mendorong sebuah troli yang sudah lengkap dengan beberapa koli barang bawaannya melangkah keluar dari pintu kedatangan.

Dari kejauhan, terlihat seseorang yang beberapa bulan yang lalu Ajie kenal. Saat acara ASS Meeting di Makassar.

Pak Nando, eks ASS Manado yang melihat Ajie keluar dari pintu keberangkatan langsung mengangkat tangannya. "Pak Ajie..."

"Eh..." Ajie pun akhirnya keluar menghampiri Nando.

"Wah... Welcome to Manado Pak Ajie." Ujar Nando berjabat tangan dengan Ajie.

"Siap Pak... waduh kok repot-repot harus jemput Ajie Pak. Kan bisa naik taksi aja."

"Kebetulan Pak Putu minta tolong ke saya Pak untuk jemput Pak Ajie."

"Hmm, Thanks banget yah Pak." Kata Ajie tersenyum.

"Jadi, nginap dimana nih malam?"

"Kebetulan ibu Mitha udah bookingkan di SwissBell Hotel Pak." Jawab Ajie.

"Ok, kita langsung aja atau?" Tanya Nando.

"Mungkin kita check in dulu kali... terus setelah itu terserah bapak aja." Jawab Ajie.

"Mau ngopi?" Tanya Nando.

"Boleh deh kalo bapak gak sibuk."

"Ok sipp."

Akhirnya Nando mengambil mobil diparkiran dan menyuruh Ajie untuk menunggu di depan kedatangan karena mengingat barang yang Ajie bawa lumayan banyak.

Saat dalam perjalanan, sepanjang jalan A.A Maramis - Kairagi. Terlihat Ajie memperhatikan dari dalam mobil suasana dikota Manado.

Kota Manado, sebuah kota seluas 15.726 ha yang terletak di bagian utara Pulau Sulawesi. Kota yang dikenal akan keramah-tamahan penduduknya merupakan salah satu tujuan wisata dibagian timur Indonesia, terlebih wisata bahari.

Kota Manado merupakan kota terbesar di Sulawesi Utara sekaligus juga sebagai ibukota Provinsi. Secara geografis terletak di antara 10 25′ 88″ – 10 39′ 50″ LU dan 1240 47′ 00″ – 1240 56′ 00″ BT.

Kota Manado di diami oleh beberapa etnis besar dari Sulawesi Utara diantaranya Minahasa, Bolaang Mongondow dan Sangihe-Talaud dan berbagai golongan agama dengan mayoritas penduduk Kota Manado beragama Kristen.

Terlihat jelas sepanjang jalanan yang mereka lalui, Ajie belum melihat sama sekali ada Mesjid. Namun, yang terlihat sangat banyak adalah Gereja yang berdiri kokoh hanya berjarak beberapa ratus meter antara satu sama lain..

Meskipun Kota Manado di diami oleh berbagai etnis dan berbagai golongan agama namun masyarakat Kota Manado selalu hidup rukun dan damai. Slogan Torang Samua Basudara seolah semakin memperkuat kerukunan hidup masyarakat di Kota Manado. Tak heran jika beberapa tokoh bangsa mengatakan bahwa Manado merupakan miniatur Indonesia.

Tak lama, mereka-pun tiba di SwissBell Hotel yang terletak di jalan Jendral Sudirman daerah Tikala.

Ajie dibantu oleh salah satu pegawai hotel mengangkat beberapa barangnya dari mobil.

Setelah menanyakan ke salah satu resepsionis tentang kamar yang telah di booking atas namanya. Akhirnya ia dipersilahkan untuk naik ke lantai 4.


Beberapa saat kemudian...


Kafe atau Cafe, biasanya kita mengenal sebagai tempat tongkrongan yang asik. Dibanyak kota, keberadaan kafe memang terkesan sebagai tempat hang-out yang bisa menguras kocek, akan tetapi beda halnya dengan sebuah tempat tongkrongan ngopi di kota Manado, dikenal dengan sebutan Kafe Jarod.

Pemiliknya bernama Jarod? Bukan...

Jarod hanyalah kependekan dari "Jalan Roda", ya memang ini berawal dari sebuah jalan kecil di tengah kota Manado bernama Jalan Roda.

Di sepanjang jalan ini dipenuhi warung kopi, mie rebus, dan makanan lainnya. Bentuknya bukan seperti kafe-kafe mewah dan mahal, melainkan hanya jejeran warung kopi yang hangat, akrab, dan murah meriah.

Berbeda pula dengan kafe-kafe mahal, warung kopi di Jalan Roda ini tidak buka sampai larut malam, karena jam 19.00-an warung-warung ini sudah tutup.

Terlihat Ajie dan Nando memilih salah satu meja yang berada di tengah-tengah kawasan Jarod.

"Rame yah..." Ujar Ajie yang masih melihat-lihat seputaran Jarod.

"Iya Pak... disini mah tempat ngumpulnya para makelar dari segala penjuru... dan juga tempat ngumpulnya para salesman. Jadi pintar-pintarnya bapak kalo mau nge-check salah satu salesman yang mangkir saat jam kerja." Ujar Nando membuat Ajie menggelengkan kepalanya.

"Siang Pak... mo minum apa dunk?" (Mau minum apaan?) Salah satu pelayan warung menghampiri mereka dengan memakai logat Manado

"Kopsus (Kopi Susu) 2 Jo neh Ci." Jawab Nando.

'Jo' itu embel-embel logat/bahasa Manado. 

DON'T GIVE UP - Tj44 √ [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang