ㅡ✨01 회

9K 1.2K 77
                                    

Suara riuh dari stadion itu menggema. Membuat sosok pria mungil yang baru saja sampai dan hendak duduk di kursi penonton tersentak. "Astaga, telingaku hampir terlepas." gumamnya yang mendapat kekehan dari sosok yang setia menggandeng tangannya.

"Kau juga akan berteriak seperti itu nantinya, Taeyong-ah." kata Jaejoong, paman si pria mungil yang bernama Lee Taeyong.

Keduanya akhirnya duduk di bangku yang tak jauh dari lapangan. Mereka berada ditengah tengah jejeran bangku itu, karena sebelumnya Taeyong telah berpesan pada sang Paman untuk tidak duduk ditempat yang sangat dekat dengan lapangan. Katanya jika terkena bola ia akan pingsan. Jaejoong tentunya menuruti kemauan sang keponakan, Taeyong tinggal di Daegu dan pria mungil itu hanya sesekali mengunjunginya yang tinggal di Seoulㅡhanya saat liburan sekolah. Jadi, apapun permintaan si mungil akan Jaejoong kabulkan seakan ia adalah Jin dalam botol ajaib.

Saat ini pun Taeyong tak bisa lagi berlama lama di Seoul, ia sudah berada di tingkat akhir sekolah menengah atas. Jadi, tak ada alasan untuknya membolos beberapa hari di kota itu seperti biasa. Namun, mendapat waktu istirahat selama dua minggu membuatnya ingin mengunjungi sang Paman. Menginap di Seoul selama beberapa hari dan menyaksikan lomba basket kesukaannya, seperti sekarang.

Memang bukan pertandingan skala besar, hanya ajang unjuk kebolehan antar club basket yang ada di Korea Selatan. Namun, dari ajang ini beberapa atlet akan diseleksi untuk masuk kedalam tim nasional Korea Selatan sebelum akhirnya dibawa bertanding mewakili negara di berbagai belahan dunia.

Taeyong sangat suka melihat pertandingan basket, sejak kecilpun ia gemar berjam-jam menonton TV ketika olahraga itu ditayangkan disana. Tapi, ia sama sekali tak pandai memainkan basket. Tubuhnya tak cukup tinggi untuk melompat dan memasukkan bola kedalam ring.

Ditambah lagi, ia tak suka berlarian ditengah lapangan sambil mengejar atau mendribble bola. "Aku lebih suka dikejar daripada mengejar." katanya ketika seseorang bertanya mengapa ia tak bermain basket juga.

"Paman, apa club dari Daegu akan bertanding sekarang?" tanya Taeyong pada pria disampingnya.

Jaejoong menggeleng, "Belum Tae, tim yang akan bertanding sekarang adalah Seoul Club melawan Incheon Club."

Pria mungil itu mengangguk paham, tujuannya datang memang untuk mendukung atlet dari daerahnya. Tapi, ia pun tak akan merasa rugi jika harus menonton pertandingan dari tim lain seperti saat ini.

Matanya berkeliaran pada lapangan, memerhatikan pria pria berpakaian olahraga yang mulai masuk bersama dengan wasit. Namun, fokus Taeyong langsung tertuju pada sosok tinggi berbadan atletis, berkulit putih, rambut hitam dan senyum yang sialnya sangat menawan.

Pendengaran Taeyong yang tadinya terusik akibat sorakan orang orang disampingnya seolah kehilangan fungsi. Waktu seakan berhenti dan membeku saat matanya menatap sosok dengan nama Jung Jaehyun pada jerseynya.

"Jung Jaehyun," gumamnya lalu menoleh pada Jaejoong "dia siapa paman?"

Pria disampingnya tersenyum tipis, menatap geli pada Taeyong yang sepertinya tertarik dengan Jaehyun. "Dia pemain muda Club Seoul," ia mengedikkan bahu. "Aku tak yakin permainannya akan bagus atau tidak. Jam terbangnya masih kurang." katanya lalu kembali memusatkan perhatian pada lapangan.

Begitupun dengan Taeyong, suara peluit tanda permainan dimulai telah berbunyi hingga matanya pun langsung fokus pada pertandingan didepannya. Ia tersenyum tipis melihat Jaehyun berlarian dengan semangat ditengah lapangan, sesekali mendesis ketika pria itu kehilangan bola bahkan terjatuh karena didorong oleh pemain tim lawan.

Menit demi menit berlalu, skor dari kedua tim sangat ketat. Club dari Seoul masih unggul 2 poin, namun tak menutup kemungkinan Club Incheon akan menyamai bahkan melampaui skornya.

Distance | Jaeyong ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang