"Appa?" Taeyong yang berniat ingin turun dari tempat tidur menghentikan aktivitasnya. Menatap heran pada sang Ayah yang ia kira telah berangkat ke kantor. "Bukankah hari ini jadwal dinasmu Appa?"
Pria mungil itu semakin mengernyit karena tak mendapat respon sama sekali dari sang Ayah. Firasatnya semakin buruk ketika Tuan Lee menunjuk gelang yang ia letakkan diatas nakas samping ranjang. Apa Jaehyun memberitahu sesuatu pada Appa? Batinnya. Taeyong berusaha tetap tenang, dalam hati terus merapalkan doa agar ia dan mantan kekasihnya tak mendapat imbas daro si pria paruh baya dihadapannya sekarang.
"Kenapa gelangmu ada disitu?" Tanya Tuan Lee lalu mengambil benda berwarna silver itu. Duduk disisi ranjang, ia menatap Taeyong heran. "Bukankah ini pemberian Jaehyun?" Ia kembali melayangkan pertanyaan. Namun sang anak justru mendunduk dan enggan menatapnya. "Apa sesuatu telah terjadi?" Timpalnya lagi.
"A-aku..." Taeyong berdeham. Meredam suaranya yang mendadak parau karena tak sanggup mengatakan yang sebenarnya pada sang Ayah. Sungguh, ia belum siap. "Aku baik-baik saja Appa." Menatap Tuan Lee sembari tersenyum tipis, pria mungil itu berkata "Apa benar Jaehyun datang kesini tadi pagi?" Tanyanya.
Pria paruh baya itu mengangguk pelan. "Benar, bahkan dia menciummu."
"Apa?!"
Taeyong membolakan matanya. Sial, jadi Jaehyun menciumku didepan Ayah? Ia membatin sembari mengusap tengkuknya canggung. "K-kenapa Appa tidak memukulinya? Dia berbuat macam macam saat aku tertidur." Cebiknya kesalㅡlebih tepatnya berpura pura tidak tahu.
Padahal, ia telah mendapat balasan pesan dari Jaehyun beberapa menit yang lalu. Taeyong berharap atlet itu tak menebar kebohongan lagi kepada Ayahnya. Jika hal itu terjadi maka cepat atau lambat sang pria paruh baya yang sangat diseganinya akan mengomelinya habis habisan. Meski selama ini Taeyong lebih sering bermanja manja pada Tuan Lee ketimbang Ibunya, namun untuk urusan seperti ini, ia ia lebih segan bahkan takut pada sang Ayah.
Pria paruh baya itu memang banyak titah jika menyangkut soal anaknya. Namun ketika sedang marah, Tuan Lee akan memberikan ocehan panjang dan setelah itu ia akan diam dan tak memerdulikan Taeyong untuk beberapa saat. Hal itulah yang membuat si pria mungil sangat takut membuat pria itu marah.
Ia lebih senang mendengar Tuan Lee mengoceh ketimbang diabaikan berlama lama. Apa ada manusia dimuka bumi yang senang diacuhkan? Jawabannya tentu tidak.
Tuan Lee menarik pelan lengan anaknya. Memasang gelang perak yang terlihat seperti tali itu pada pergelangan tangan Taeyong lalu menggumam "Aku tak akan memukuli seseorang yang memperjuangkan anakku."
Tersenyum miring, pria mungil dihadapan Tuan Lee menatap sang Ayah sendu. Sepertinya Jaehyun tak memberitahu apa apa pada sosok itu, fikirnya. Ayahnya mungkin masih mengira jika ia dan sang atlet masih bersama. Padahal nyatanya mereka telah mengakhiri hubungan ituㅡmeskipun Jaehyun masih terus mengiriminya pesan.
Taeyong semakin bimbang, apakah saat ini ia harus jujur pada Tuan Lee? Jika terus berbohong seperti ini maka kemarahan sang Ayah nanti pasti akan lebih sulit diatasi. Mendehem, ia menggenggam kedua tangan pria paruh baya itu. "Appa...sebelumnya aku ingin memohon," mengulum bibir sejenak ia tersenyum kecut pada Ayahnya "jangan mengabaikanku atau membenci Jaehyun. Aku akan menjelaskan semua kesalahpahaman ini sejak awal."
Pria mungil itu menghela nafas berat. "Kami berdua tak bermaksud untuk membohongimu juga Eomma, tapi waktu itu keadaannya benar-benar tak terduga. Jaehyun datang kerumah sebelum turnamennya dan malah ingin menginap disini, jadi aku memberitahu Eomma jika kami sudah saling mengenal sejak lama. Tapi..."
![](https://img.wattpad.com/cover/195941700-288-k636129.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Distance | Jaeyong ✓
Fanfiction❝Sometimes it's not just distance between places that makes us feel apart❞ M/M | TEENFIC | HIGH SCHOOL AU | NC-17 Lee Taeyong tidak pernah menyangka jika ia akan berakhir menjadi kekasih dari pemain basket muda dan papan atas bernama Jung Jaehyun. P...