ㅡ✨11 회

4.4K 643 36
                                    

"Jung Jaehyun."

Suara datar dan dingin menusuk indera pendengaran pria tinggi itu. Padahal, belum sempat ia memutar knop pintu kamar hotel namun keberadaannya sekarang sudah tercium oleh sosok dibelakangnya. Ya, tanpa menoleh kebelakang pun ia sudah tahu jika sang pelatihlah yang memanggil namanya. Meneguk ludah kasar, Jaehyun berbalik sembari tersenyum lebar. "Iya coach? Ada apa?" tanyanya dengan tampang tak berdosa.

"Ada apa katamu?" Pria berkumis tipis didepan Jaehyun mengangkat lengan. Menunjuk jam pada pergelangan tangannya lalu berkata "Sekarang sudah hampir jam setengah sembilan dan kau masih disini Jung Jaehyun!" ia meninggikan suara.

Sedangkan, Jaehyun yang mendengarkan suara penuh amarah dari sang coach hanya bisa menunduk. Menggumamkan kata "Maaf coach," lalu kembali menatap pria itu "aku siap dihukum, maafkan aku."

"Kau darimana saja?" tanya sang coach datar.

"A-aku..." Jaehyun mengusap tengkuk, menatap takut takut pada pria yang tengah memicingkan mata dihadapannya. "tadi, aku mengunjungi temanku coach."

Mendecih, sang coach melipat lengan "Sepertinya dia teman yang sangat spesial bagimu," ia menatap Jaehyun lamat "baru kali ini seorang Jung Jaehyun terlambat datang hanya karena mengunjungi seorang teman."

"Maaf coach." Jaehyun membungkuk sopan.

"Bersiap siaplah, hari ini penyeleksi dari Seoul datang. Kau harus bisa masuk ke tim nasional." ucap sang Coach sebelum berbalik dan meninggalkan si pria tinggi didepan pintu.

***

Sejak berciuman dengan Jaehyun kemarin, senyuman si pria mungil yang berstatus sebagai kekasih atlet basket itu tak pernah luntur. Bahkan, kedua orang tuanya pun heran dengan tingkah sang anak semata wayang. Seperti pagi ini, Taeyong begitu bersemangat membantu Nyonya Lee menyiapkan sarapan sebelum berangkat ke sekolah.

"Ada apa denganmu Taeyong?" wanita paruh baya itu menautkan alis, "apa bibirmu tidak pegal?"tanyanya diikuti kekehan.

"Eomma," Taeyong tiba tiba memeluk sang Ibu dari samping. Menyandarkan kepalanya pada bahu Nyonya Lee masih dengan senyuman lebarnya. Pantas jika wanita itu bertanya tentang pegal tidaknya bibir tipis yang merekah itu.

"Ada apa? Coba ceritakan."

"Semalam Jaehyun mengirimiku pesan." ujar Taeyong malu malu.

Melepaskan tautan tangannya pada pinggang sang Ibu dan beralih menutup wajahnya yang terasa panas. Ah, ia bahkan tak siap untuk memberitahu hal itu pada Nyonya Lee. "Apa yang dia katakan?" wanita disamping Taeyong menyikut lengan kurus anaknya. Tersenyum geli melihat tingkah si mungil yang sangat menggemaskan.

Oh, sepertinya Taeyong lupa jika ia seorang pria, pikir Nyonya Lee.

Mengulum bibir, Taeyong merogoh saku celana seragam sekolahnya. Mengeluarkan ponsel dan membuka pesan yang semalam Jaehyun kirimkan padanya. Pesan yang berhasil membuatnya terbang diatas awan hingga bertingkah aneh seperti sekarang.

Kekasihku
Kau sudah selesai?

"Omo, kekasihku?" Nyonya Lee menggoda sang anak saat melihat sekilas pesan di ponsel Taeyong.

Pria mungil itu mendecakkan lidah. "Aish! Jangan baca yang itu Eomma," ia merengek. Terus menggeser pesan yang jumlahnya tidak sedikit itu. "ah ini!" gumamnya sebelum menyodorkan kembali ponselnya pada Nyonya Lee.

Kekasihku
Setelah lulus kau akan melanjutkan pendidikanmu kemana?

Aku tetap di Daegu

Distance | Jaeyong ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang