ㅡ✨09 회

4.7K 739 75
                                    

Meneguk ludah kasar, Jaehyun menoleh pada pria mungil disampingnya. Menyikut lengan si empu pelan dan mencoba melakukan komunikasi non verbal. Namun sayangnya, proses komunikasi yang ia berikan tak mendapat feedback dari sosok itu.

Ia menghela nafas pelan, "A-aku bertemu dengan Taeyong saat ia ke Seoul tahun lalu Paman." Jaehyun berujar setenang mungkin.

Menatap takut takut pada sosok berwajah tegas dihadapannyaㅡAyah Taeyong. Alis tebal pria paruh baya itu semakin memperkuat aura calon mertua banyak titah dimata Jaehyun. Sejak datang dirumah Taeyong 15 menit lalu, sekiranya sudah ada berpuluh puluh pertanyaan yang dilayangkan oleh Tuan Lee.

Taeyong menautkan jari jari. Firasatnya semakin buruk saat satu persatu kebohongan diutarakan Jaehyun. Ia benar benar tak bisa berkutik, meski hatinya terus berteriak untuk memberitahu kebenaran yang ada. Jika Ibu dan Ayahnya tahu Jaehyun berbohong, mungkin atlet itu tak akan lagi diizinkan muncul dihadapannya.

Bahkan, ia yang notabenenya adalah fans dari sosok Jung Jaehyun pasti akan ditentang untuk mengidolakan pria pembohong itu. Taeyong kalut, apa yang harus ia lakukan? Fikirnya.

"Apa kau tidak kuliah?"

Tuan Lee menatap langsung pada mata Jaehyun. Seakan tak membiarkan netra kecoklatan itu memusatkan atensi pada objek selain dirinya. "Apa kau hanya ingin menjadi atlet seumur hidupmu?" tambahnya lagi.

"T-Tidak Paman, tahun ini aku akan masuk Universitas,"

Jaehyun menoleh pada Taeyong "Jadi aku akan seangkatan dengan Taeyong nanti."

Mengangguk faham, Tuan Lee kembali mengeluarkan suara. "Kau ingin mengambil jurusan apa?"

"Appa!" Taeyong mendengus, "Kau akan membuat Jaehyun merasa tidak nyaman."

Pria paruh baya yang duduk dihadapan keduanya menyipitkan mata. Melipat lengan didepan dada sembari melirik Jaehyun dan Taeyong bergantian. "Kau merasa tidak nyaman Jaehyun?"

"T-Tidak Paman," ia menentralkan nafas "aku baik baik saja, sungguh." Jaehyun tersenyum tulus pada Tuan Lee dan Taeyong disampingnya.

Mengangguk, Tuan Lee beranjak dari sofa "Jika kau tidak bermain-main dengan anakku, tak perlu sungkan untuk datang kembali kesini bersama orang tuamu."

Ia mengangkat bahu "Tapi jika hubungan kalian hanya sebatas ingin merasakan cinta dimasa remaja saja, lebih baik akhiri sekarang." Tuan Lee menatap Taeyong lamat "Dia anakku satu-satunya, aku tak ingin ia bersanding dengan orang yang tidak tepat." jelasnya lalu kembali menatap Jaehyun.

"Kuharap kau bukan pria seperti itu, Jaehyun."

Ikut bangkit dari sofa, Jaehyun membungkuk hormat pada pria dihadapannya. "Aku tak akan mengecewakan anda, Paman."

"Aku akan menjemput Ibu Taeyong, kalian tunggulah disini." Tuan Lee berjalan pelan meninggalkan ruang tamu. "Jangan melakukan hal memalukan selama aku pergi." timpalnya lalu menoleh sekilas pada dua pria yang masih mematung disana.

Memutar bola mata, Taeyong bangkit dari posisinya. Menarik lengan Jaehyun saat melihat pria paruh baya itu telah hilang dibalik pintu. Ya, Ibunya sedang berkunjung ke rumah saudara mereka yang sakit. Sebuah keuntungan kecil karena sosok itu tak merecoki sesi wawancara Ayahnya dengan Jaehyun.

"Kenapa kau melakukan ini?" Taeyong memijat kening.

Mendesis pelan lalu menatap nyalang pria tinggi dihadapannya. "Kumohon, jangan membuat kebohongan lagi Jaehyun. Ini...tidak benar, kau dan aku hanya sebatas idola dan fans ingat?"

Jaehyun tersenyum simpul, "Kau memanggilku Jaehyun lagi." katanya lalu mengecup pipi Taeyong "Satu kecupan setiap kau tak melakukan sanksimu."

"Aku bisa gila." Taeyong bergumam diikuti desahan pasrah, menghentakkan kaki dan berjalan kearah ruangan menuju balkonnya. Tak memerdulikan sang idola yang lagi lagi membuatnya kesal namun berdebar dan gugup secara bersamaan.

Distance | Jaeyong ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang