Kalah-11

1.1K 121 14
                                    

Di ruangan serba putih, dengan aroma khas obat-obatan inilah mereka berada. Dengan Dirga yang masih betah dengan tidurnya, dan Yessa yang setia menemaninya. Sesekali Yessa menarik napas panjang, rasa penasaran tentang siapa Dirga masih memenuhi pikirannya. Namun, selain rasa penasaran, Yessa juga merasa iba melihat kondisi Dirga. Luka sobek di pelipisnya, sudut bibir yang lebam, dan yang paling parah adalah tulang rusuknya yang retak akibat benturan yang keras. Pantas saja, tadi Dirga begitu kesakitan dengan napas yang sangat susah payah.

Saat pikiran Yessa sedang berkelana, tiba-tiba suara lirih Dirga terdengar. Dengan cepat Yessa menghampiri Dirga yang hendak bangun.

“Jangan banyak gerak dulu. Luka dalam kamu cukup parah,” jelas Yessa secara singkat, Dirga menatap bingung Yessa. Bagaimana dia bisa berada di sini? Bukankah tadi dia di kampus?

“Ke .…”

“Tadi kamu pingsan, setelah memberikan jurnal ilmiah yang saya butuhkan. Tadinya saya mau mengantarkan kamu pulang, tapi tidak jadi melihat kondisi kamu yang sangat memprihatinkan. Jadi ya sudah, saya bawa kamu ke sini,” jelas Yessa mendetail.

“Maaf, jadi merepotkan Ibu” lirih Dirga, entah kenapa untuk berbicara pun rasanya sakit sekali

“Istirahatlah dulu, saya mau memanggil dokter untuk mengecek kondisi kamu. Dan ingat, jangan banyak bergerak!” titah Yessa dan beranjak pergi.

***

Rumah ini sangat sepi. Hanya isakan pilu yang terus terdengar dari salah satu kamarnya. Membuat siapapun yang mendengarkan seakan ikut teriris. Isakan itu tak juga mereda. Masih terdengar, bahkan kian menyesakkan.

“Tanda tangani surat itu, maka semuanya selesai! Saya tidak akan mengganggu kamu dan kedua anakmu itu,” suara seorang pria terdengar sangat angkuh.

“Aku tidak akan menandatanganinya! Dian butuh kamu Mas! Dirga juga!” teriak Dira parau.

“Butuh? Apa yang mereka butuhkan dari saya? Dan apa yang bisa saya banggakan dari mereka? Sadar Dira, sadar! Dian itu gila, dan Dirga itu liar. Saya malu punya anak seperti mereka!” hardik Gani.

Plak

“Tutup mulutmu Mas! Mereka anak kamu! Darah daging kita! Gak sepantasnya kamu bicara seperti itu mas!” Semakin kalut Dira mendengar ucapan suaminya itu. Bagaimana bisa, seorang ayah berbicara semenyakitkan itu?

“Itu kenyataan Dira! Dian itu gila, dan Dirga? Dia gak lebih dari sampah, yang hanya bisa menghambur-hamburkan uang! Dia tidak berguna bagi saya! Sama sekali tidak berguna dan tidak ada harganya!” Gani pun berlalu, meninggalkan Dira yang semakin terisak.

Dian tidak gila, dan Dirga tidak seburuk itu. Dirga hanya tengah melindungi keluarganya yang cacat. Dirga hanya ingin melindungi dirinya dan Dian. Dirga berguna. Sangat berguna. Tapi kenapa? Kenapa Gani setega itu? Berbicara dengan lantang, mengatakan bahwa Dirga hanyalah sampah? Dan apa tadi? Gani pun dengan lantang mengatakan bahwa Dian gila! Sungguh, hati Ibu mana yang tidak sakit mendengar anak-anaknya di hina sedemikian rupa?

***

“Saudara Dirga sudah boleh pulang, tapi tolong perbanyak istirahat. Karena luka dalamnya cukup parah. Keretakkan di tulang rusuk saya kira bukan hal sederhana yang bisa disepelekan. Jika terkena benturan sedikit saja, bisa jadi tulang rusuk itu akan patah, dan akan lebih parah lagi jika tulang rusuk yang patah itu akan merusak organ dalam lainya.” Sejak tadi Dirga hanya mendengarkan tanpa minat, entah kenapa ia sangat ingin segera pulang. Firasatnya tidak enak sejak tadi.

“Ayo saya antar pulang.” Yessa menyentuh bahu Dirga, sentuhan lembut yang mampu membuat Dirga terkejut

“Eh?” tanya Dirga linglung

“Ayo pulang. Saya antar,” ucap Yessa lagi

“Tidak perlu Bu, saya bisa pulang sendiri,” tolak Dirga lembut, bagaimanapun juga Dirga gengsi, jika harus diantar pulang oleh seorang wanita

“Tidak apa-apa. Lagi pula ada hal lain yang ingin saya tanyakan.” Yessa menatap Dirga dalam. Entah kenapa, Yessa merasa ada luka yang sangat dalam dari sorot mata Dirga. Sorot mata teduh yang menyimpan banyak luka, banyak kesedihan dan banyak beban yang tak bisa ia ungkapkan.

Dirga menatap Yessa bingung. Mungkinkah ini bersangkutan tentang jurnalnya?

“Ada apa?” tanya Dirga to the poin

“Sebaiknya kita ke taman rumah sakit dulu, kita berbicara sebentar. Setelah itu saya akan mengantarmu pulang,” ajak Yessa, Dirga hanya mengangguk

Tak perlu waktu lama untuk tiba di taman rumah sakit, karena memang jarak tempat Dirga ditangani tadi tidak terlalu jauh dari taman.

“Jadi, siapa kamu sebenarnya? Dan kenapa kamu memberikan saya jurnal itu? Tahu darimana kamu jika saya membutuhkan jurnal itu?” Tanpa bisa di tahan lagi, Yessa pun langsung menodong Dirga dengan banyak pertanyaan, Dirga menghela napas sejenak

“Saya Dirga, mahasiswa tingkat akhir Fakultas Tehnik. Saya hanya ingin membantu Ibu, dan saya tahu mengenai jurnal itu dari Lina. Salah satu mahasiswi Ibu,” jelas Dirga susah payah

“Tapi, kenapa kamu menolong saya?”

“Saya menolong Ibu tidak secara cuma-cuma. Ada harga yang harus ibu bayar untuk jurnal-jurnal yang telah saya kumpulkan,” ucap Dirga tegas, Yessa menatap tidak percaya Dirga. Memang, jurnal yang diberikan Dirga sangat membantunya. Mengingat isi dari jurnal-jurnal itu berasal dari sumber-sumber terpercaya yang data-datanya pun akurat. Tapi, bukankah dia tidak memintanya? Sungguh, Yessa merasa ditodong saat ini.

“Ta .…”

“Saya permisi pulang dulu, Ibu tidak perlu repot mengantar saya pulang. Karena bayaran yang saya inginkan bukan hal ini, tapi hal lain. Ah ya, saya juga berterimakasih atas bantuan Ibu yang membawa saya kesini.” Dirga mengambil napas sejenak “Bisa saya pinjam HP Ibu?” Yessa menatap Dirga bingung, namun tak membuatnya mengabaikan permintaan Dirga. Dengan ragu Yessa memberikan HP berlogo apel digigit itu kepada Dirga. Tak lama, Dirga mengembalikan HP itu pada pemiliknya.

Yessa bingung. Baru beberapa detik yang lalu HP itu dikembalikan pada dirinya, namun sudah masuk nomor tak dikenal terpampang dilayarnya.

“Itu nomor saya Bu. Ibu bisa mengirimkan nomor rekening Ibu kepada saya. Agar saya bisa mengembalikan uang Ibu yang telah saya pakai untuk biaya rumah sakit. Saya permisi.” Dirga bergegas pergi tanpa menunggu jawaban Yessa. Sedangkan Yessa masih dirundung kebingungan akan sosok Dirga yang sangat misterius baginya.

Bersambung...
12.07.19
Anjar-Habi🐘

KALAH ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang