KALAH-14

1.1K 114 10
                                    

Tengah malam menjelang fajar, Dirga terbangun oleh nyeri luar biasa pada dadanya. Dia lupa minum pil pereda nyeri. Terlalu lelah menangisi kemalangan sampai-sampai jatuh tertidur di samping Yessa.

Yessa, perempuan bersuami  yang baru dia kenal tiga hari ini. Dan sekarang tertidur nyaman di sampingnya. Dirga membuang napasnya berat. Butiran obat yang semula rampung dia racik, dia buang begitu saja ke tempat sampah kecil sebelah sofa. Dirga urung meminumnya.

Dirga yakin, rasa sakit yang menyiksanya sekarang adalah satu dari banyak hukuman untuk dirinya. Karena tidak sengaja telah menginginkan Yessa.

Mata tajam Dirga tidak lepas dari wajah tenang Yessa yang tertidur tidak nyaman di sofa. Baru kali ini Dirga menginginkan seorang perempuan. Dan Yessa adalah orangnya.

Fakta bahwa Yessa memiliki suami entah bagaimana tidak mengganggu Dirga. Yang Dirga tahu, dia menginginkan Yessa, dan Yessa harus jadi miliknya. Terlepas dari salah atau benar perbuatannya, Dirga tidak peduli. Karena apa yang selama ini Dirga lakukan adalah bentuk pembenaran dari hidupnya yang sudah salah sejak awal.

Dirga berdiri, melangkah perlahan, menjauh dari Yessa. Dia duduk di kursi dapur, menuangkan air putih ke gelas beningnya sambil mengetik pesan singkat untuk Novi.

Dirga
Besok bantu mutusin Nisa sama Lina, ya

Novi
Weh, ada apaan? Kode mau nembak gue nih kayaknya.

Dirga
Jangan mulai!

Novi
Berharap aja gak boleh, putusin sendiri sana!

Dirga berdecak sebal, tapi bibirnya tersenyum samar. Novi memang selalu bisa membuatnya tersenyum. Alasan sepele saja, asal Novi yang mengutarakannya, pasti terdengar lucu di telinga Dirga.

Kali ini, Dirga memang membutuhkan bantuan Novi. Dia belum memiliki alasan yang tepat untuk melepaskan Nisa dan Lina dari kungkung cinta palsunya. Dulu, kala Dirga mematahkan hati Mella padahal baru seminggu mereka merangkainya, adalah karena pada hari sebelumnya, Dirga melihat Mella dan ibunya bercanda sambil sesekali melontarkan gurauan, kemudian mereka tertawa bersama. Desing tawa mereka entah bagaimana melukai perasaan Dirga. Dirga terluka sebab bayang-bayang ibu dan adiknya yang menangis melintas begitu saja di angannya.

Kenapa Mella bisa tertawa lepas bersama ibunya, sementara Dira dan Dian ….

Dirga lepas kendali saat itu, dia membuang tumbler frappuccino-nya, menyeret Novi yang terseok coba mengimbangi langkah lebarnya. Mereka meninggalkan pusat perbelanjaan siang itu, dan malam harinya, dengan kejamnya Dirga mencabik-cabik hati Mella.

Namun, kali ini, Dirga hanya ingin melepas Nisa dan Lina, karena sudah ada Yessa yang saat ini benar-benar dia inginkan.

Dirga kembali membuang napasnya, memutar akal, mencari celah andai saja nanti Novi benar-benar tidak bersedia membantunya. Hingga getar ponsel yang beradu dengan meja makan memaksa Dirga terjaga dari lamunan.

Sebuah surel Dirga terima, begitu melihat pengirimnya, Dirga langsung membukanya cepat. Tidak sabar. Di dalamnya tertulis ….

“Aku menemukannya, hanya beberapa bocah ingusan bego. Tapi Dir, dalangnya … wah … lo harusnya gak main-main sama cewek modelan dia!”

Dirga melewatkan isi surelnya, berpindah pada lembaran lampiran. Membacanya satu persatu, menghafal wajah dalam foto itu satu persatu, hingga dia berakhir pada sebuah foto perempuan yang begitu dia kenal.

“Kayla?”

Dirga mengerang tertahan. Tidak menyangka jika Kayla lah dalang dibalik tragedi yang menimpa Dian.

Jari Dirga lincah mencari nomor telepon seseorang, matanya berembun, dan menetes dalam deraian pada sekon berikutnya.

Halo?

“Hmm, gue butuh bantuan lo.”

Gue pensiun, Bro. Sorry!”

“KTM RC gue bisa buat modal pensiun lo besok, ini yang terakhir dan lo bisa pensiun dengan kantong tebal!”

Kirim foto targetnya, Boss!

Air mata Dirga kembali menetes saat sambungan teleponnya terputus. Masih sulit percaya jika Diandra yang harus menuai benih yang Dirga tabur.

Bersambung ….
02.08.19
Habi 🐘-Anjar

KALAH ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang