"Jangan, kau akan mempermalukan dirimu sendiri Jisung-ah hahaha," saran Chenle mengetahui betapa penakutnya Jisung itu.
"Yah, aku bukanRenjun yang penakut," elak Jisung.
"Yah Renjun-hyung! Jisung baru saja mengataimu penakut tuh!" teriak Chenle seakan sedang mengadu pada Renjun padahal jelas-jelas ia sedang sendiri di kamar. Renjun masih di luar bersama Jeno dan Haechan.
Jisung itu memang sasaran yang paling menyenangkan untuk dikerjai begini.
"HAHAHA, rasakan. Siapa suruh suka sembarang bicara," bukan meminta maaf, Chenle malah menertawai Jisung.
"Kau payah! Eh, Wonyoungmengirimkan chat, sudahdulu ya, nanti aku hubungilagi," pamit Jisung cepat saat mendapati notifikasi di tengah pembicaraan teleponnya dengan Chenle.
Tut!
Sambungan panggilan pun putus seiring dengan senyuman dan tawa Chenle yang menghilang.
Ya, setelah meladeni pertanyaan singkat Jisung seputar Wonyoung dan bersandiwara seakan dia baik-baik saja, mental Chenle rasanya benar-benar terkuras.
Ia seharusnya merasa bahagia. Berkali-kali Chenle meyakinkan dirinya untuk turut merasa senang atas perkembangan hubungan sahabatnya dengan gadis yang ia cintai dalam diam.
Tapi pada akhirnya, ia tidak bisa membohongi perasaannya sendiri.
Rasanya menyakitkan, sangat.
Duri dalam daging itu terasa semakin dalam menusuk hatinya.
Tawa dan canda yang ia berusaha paksakan selama di telepon tadi hanya meninggalkan satu rasa di hatinya.
Rasa perih.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.