18 - Remedy

667 105 6
                                    

Kesadarannya belum sepenuhnya terkumpul. Tapi apa daya, setengah jam lagi sekolah akan dimulai. Mau tidak mau, sebagai seorang murid, Jisung tetap harus bangun dan berbenah diri dengan cepat. Karena sekali lagi, bel masuk setengah jam lagi akan berbunyi.

Dengan terburu-buru, Jisung tiba di sekolahnya pagi itu tepat 1 menit sebelum gerbang sekolahnya ditutup. Segera memarkir sepedanya, Jisung lalu berlari di lorong sekolah. Buru-buru menuju kelasnya, sebelum guru di pelajaran pertamanya masuk.

Tidak ada yang berani menegur Jisung mengingat sekarang ia di adalah siswa di kelas 12. Adik-adik kelasnya hanya mampu melirik tidak senang tapi pasrah akan keonaran yang Jisung lakukan di lorong.

"Jisung-oppa! Jangan lari-lari begitu,!"

Ya, hanya satu sosok yang cukup berani menegur Jisung. Siapa lagi kalau bukan Wonyoung, adik kelas yang menempati ruang khusus di hati Jisung, cinta pertamanya yang sayangnya tak terbalas.

"Hehehe, maaf Wonyoung-ah, aku buru- buru," balas Jisunh sekenanya lalu kembali melanjutkan langkah buru-burunya.

Brak!

"Astaga, kenapa pagi-pagi begini ada saja yang memancing amarahku!?" decih suara gadis yang barusan Jisung tabrak secara tak sengaja.

"M-maaf, aku buru-buru," ucap Jisung akan melanjutkan perjalanannya tetapi tas bagian belakanhnya ditarik oleh gadis tadi.

"Ya! Setidaknya bantu aku membereskan buku-buku ini sebelum pergi!" omel gadis itu lagi.

Jisung hanya mendecih sekilas, tetapi ia akhirnya berjongkok merapikan buku-buku gadis itu yang terjatuh tentunya dengan terburu-buru.

"O-h astaga, Yuna! Apa yang kau lakukan!?" Salah seorang teman dari gadis bernama Yuna itu menghampiri tempat dimana Jisung dan Yuna berada.

"Anak ini menabrak diriku, jadi aku memintanya membereskan kekacaua–"

"Jisung sunbae, biar kami saja yang bereskan. Kau pasti buru-buru kan? hahaha," tidak meggubris penjelasan Yuna, temannya justru langsung menghentikan kegiatan Jisung tadi.

Jisung lalu mengembalikan beberapa buku dan lembar kertas yang sudah ia susun pada murid lelaki yang baru saja meminta maaf padanya.

"Maaf, aku sedang terburu-buru, mohon bantuannya ya," setelah berucap seperti itu, Jisung kembali berlari melewati sosok Yuna, si gadis yang baru saja mengomelinya itu.

Yuna masih membuka mulutnya, masih terkejut. Ia baru saja dengan seenaknya mengomeli seniornya. Benar-benar keterlaluan.

"Anak bodoh, untung saja Jisung sunbae baik dan tidak mengomelimu balik. Jangan sembarang memarahi orang, lihat? Senior saja bisa kau ocehi begitu," oceh teman Yuna yang menyadarkan Yuna akan kebodohannya barusan.

"Astaga, kenapa aku bodoh sekali!?" Yuna merutuki dirinya.

"Ya kau memang bodoh! Kalau ia sampai menjadi juri untuk seleksi tim volley putri sekolah kita, kujamin kau takkan dipilih."

"Kok? Memangnya ia siapa?" tanya Yuna masih dengan polosnya

"Bodoh, ia itu kapten tim volley putra sekolah kita!"

"Bodoh, ia itu kapten tim volley putra sekolah kita!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
BYE MY FIRST...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang