19 - Remedy

690 98 17
                                    

"Jaemin, ini aku kembalikan padamu. Aku rasa,aku tidak pan–"

"Aku membelikannya untukmu. Itu sudah menjadi milikmu sekarang, mau kau buang atau kau berikan pada orang lain, aku tidak peduli asal jangan mengembalikannya padaku, percuma," tutur Jaemin memotong ucapan Minju, sang mantan kekasihnya yang saat ini sedang berdiri di hadapannya.

Minju menundukan kepalanya, perasaan bersalah masih nampak jelas dari gelagatnya. Sedangkan Jaemin, pandangannya datar. Ia mengakui masih ada perasaan sakit melihat gadis yang masih ia cintai ini dirundung rasa bersalah seperti ini, tapi rasa kecewanya pun masih belum terobati.

"Apa masih ada yang ingin kau bicarakan?" tanya Jaemin bermaksud menyudahi pertemuan canggung mereka.

"Jaemin-ah, maafkan aku," ucap Minju dengan suara yang bergetar menahan tangis.

Hati Jaemin mencelos, ini kali pertama Jaemin melihat Minju serapuh ini. Tapi Jaemin sadar, meski begitu hubungan mereka memang tak bisa diperbaiki lagi.

"Ya, aku juga minta maaf tidak menjadi kekasih yang cukup baik untukmu. Tidak selalu ada saat kau membutuhkanku. Aku pikir aku sudah melakukan semuanya tapi nyatanya aku salah," jelas Jaemin.

"Pergilah dan berbahagialah Minju. Aku rasa memang ini yang terbaik. Melangkahlah bersama pemuda yang dapat memenuhi ekspetasimu itu dan jangan merasa bersalah lagi," lanjut Jaemin.

Minju berlahan mengangkat kepalanya dan mengangguk lemah.

"Tersenyumlah," pinta Jaemin.

Minju pun tersenyum tipis, matanya sudah berkaca-kaca. Terharu melihat Jaemin yang masih begitu baik padanya setelah apa yang ia lakukan di belakang.

Setelah kepergian Minju, Jaemin langsung bersandar pada tembok di belakangnya dan merosot terduduk di lantai koridor kampus yang sepi.

Sakit dan sesaknya masih sangat terasa.

Air mata Jaemin menetes, lelaki itu menangis dalam diam. Bertingkah seakan kau baik-baik saja di depan orang yang jelas-jelas melukai hatimu itu bukanlah hal yang mudah.

Tapi percayalah, apapun yang Jaemin katakan pada Minju adalah tulus dari hati terdalamnya. Alih-alih menyalahkan sepenuhnya pada Minju, Jaemin sadar kalau ia pun juga salah.

Jaemin selalu berpikir Minju bahagia bersamanya dengan terus mengalah dan mengabulkan apa yang Minju inginkan, tapi nyatanya tidak. Minju merasa ditelantarkan, Minju merasa diacuhkan, dan mana pernah Jaemin berpikiran sampai kesana.

Ia hanya melakukan apa yang menurutnya baik tapi tidak memikirkan posisi Minju.

"Permisi, kau baik-baik saja?" tanya seorang gadis berjongkok di depan Jaemin.

Jaemin seketika tersentak dan menghapus jejak air matanya. Membuat si gadis asing itu hanya tersenyum canggung.

"M-maaf, aku tadi hanya sedikit tidak enak badan, hahaha," elak Jaemin.

"Hahaha, kalau mau menangis tidak apa-apa kok. Tapi maaf mengganggu waktumu, apa kau tau dimana letak kantor rektor fakultas Hubungan Internasional?" tanya gadis asing tersebut.

Jaemij terdiam, apa yang mau gadis ini lakukan di kantor rektor fakultasnya?

"Kebetulan aku mau kesana, kau ikut denganku saja," ucap Jaemin sudah beranjak bangkit dari posisinya tadi.

"Oh iya, namamu siapa? Aku belum pernah melihatmu sekitar sini," tanya Jaemin pada gadis itu.

"Ah, aku Nakamura Hina, mahasiswi pertukaran pelajar dari Jepang," ucap gadis bernama Hina itu tersenyum manis.

BYE MY FIRST...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang