16 - Nakyung

786 103 34
                                    

Pameran lukisan sore hari itu masih nampak ramai. Tidak Renjun sangka, ternyata banyak juga penikmat seni lukis di kampusnya. Padahal anggota club melukis bisa terhitung cukup sedikit.

Di tengah keramaian itu, Renjun mengedarkan pandangannya. Mencari keberadaan sosok perempuan yang menjadi alasan ia datang kemari.

Iya, Renjun memang anggota club melukis yang mengadakan pameran ini. Bahkan di semester depan, ia akan dilantik menjadi ketua. Tapi, seperti yang kita sama-sama tahu, Renjun ini adalah mahasiswa cuek.

Ia tidak akan merepotkan dirinya untuk ikut pameran semacam ini. Ia memiliki prinsip bahwa karya seninya adalah cerita pribadinya. Ia akan membagikannya hanya pada orang yang benar-benar ia percaya.

Berbeda dengan Lee Nakyung, gadis yang sedang ia cari keberadaannya sekarang. Ia mendaftarkan diri untuk mengikuti pameran lukisan ini. Karena berbeda dengan Renjun, Nakyung justru merasa sebuah cerita di balik indahnya sebuah lukisan harus kita bagikan supaya orang lain pun bisa menikmati keindahan dan perasaan yang dituangkan ke dalam karya tersebut.

Di tangan Renjun sudah tergenggam sebuket bunga kecil. Bahkan di dalam ransel besarnya, sudah ada sekotak hadiah yang sebenarnya sudah lama ia siapkan untuk Nakyung. Sama seperti Jaemin yang hari ini memberi hadiah untuk kekasihnya Minju, Renjun juga akan memberi hadiah untuk Nakyung atas pameran yang ia ikuti sekarang.

Walau memang Renjun harus dibujuk berkali-kali dulu oleh Jaemin. Ocehan panjang Jaemin waktu itu masih teringat jelas di pikiran Renjun.

"Tidak ada salahnya memberi hadiah kecil untuknya, kalau kau begini terus bisa-bisa kau didahului oleh orang lain. Tenang saja, kalau ia menyadari perasaanmu bukannya bagus? Ditolak apa tidak itu perkara nanti, lebih baik kecewa tertolak daripada menyesal karena tidak berbuat apa-apa sama sekali tau!"

Ya, Renjun setuju dengan perkataan Jaemin. Ia tak bisa terus menjadi pengecut yang hanya mencintai dalam diam.

"Arigato gozaimatsu," suara perempuan dengan bahasa Jepang yang fasih membuat Renjun segera menoleh ke sumbernya.

Itu Nakyung, sedang membungkuk berterima kasih kepada salah seorang pengunjung yang sepertinya berasal dari Jepang.

Menemukan yang ia cari, Renjun menarik nafasnya sekilas untuk memantapkan mentalnya sebelum menghampiri tempat Nakyung.

"Nakyung," seru Renjun dari kejauhan. Bodoh memang, di tengah keramaian begini mana mungkin Nakyung mendengar panggilannya.

Di tengah keramaian, Renjun bisa melihat betapa bahagianya Nakyung. Sepertinya banyak respon positif yang gadis itu terima atas hasil karyanya. Renjun juga jadi ikut senang, ia tau betapa Nakyung berusaha menginvestasikan waktunya untuk menghasilkan karya-karya di boothnya sekarang ini.

Ya, Renjun yang menjadi saksi usaha Nakyung untuk semua ini. Mulai dari menemaninya membeli peralatan, memberi saran untuk teknik melukisnya, sampai mendengar curahan hati dan keluh kesah Nakyung melalui telepon semalaman.

Langkah demi langkah semakin membawa Renjun mendekat ke tempat Nakyung. Namun, hanya selisih beberapa langkah lagi, seorang pemuda datang mendahului Renjun menuju tempat Nakyung.

BYE MY FIRST...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang