14 - Yeeun

724 98 7
                                    

Lee Jeno, lelaki tampan dengan sejuta pesonanya sedang mematut dirinya di depan cermin tinggi.  Jujur saja ia bingung kalau harus memilih tuxedo mana yang cocok untuknya. Semua terlihat sama saja di matanya.

"Jeno-ya, sudah menemukan tuxedo yang cocok belum?" tanya Yeeun, wanita yang mengajak Jeno ke tempat ini. Butik khusus pakaian pernikahan dan sebra-serbi lainnya.

Si pemilik nama yang terpanggil tadi menoleh ke arah si pemanggil.

Sungguh pesona seorang Jang Yeeun selalu berhasil membuat Jeno terpana. Terlebih lagi, perempuan itu sekarang sedang memakai gaun pengantinnya.

"Noona, aku bingung. Semua tuxedo nampak sama saja, hahaha," ucap Jeno akhirnya setelah diam sepersekian detik untuk mengagumi kecantikan Yeeun.

Yeeun melangkah mendekat ke arah Jeno, merapikan kerah kemeja Jeno,"Kau memang tampan, jadi pakai apapun juga bagus hahaha."

Jarak mereka yang cukup dekat, lagi-lagi membuat Jeno terpaku menatap wajah Yeeun. Perasaannya masih sama, ia masih secinta itu dengan Yeeun. Bodoh bukan? Padahal sudah jelas Yeeun takkan jadi miliknya.

"Y-ya noona, itu tidak menjawab pertanyaanku," protes Jeno berusaha menyembunyikan rasa tersipunya yang baru saja dipuji Yeeun, wanita yang ia cintai dalam diam.

"Yasudah, ambil yang ini saja ya," balas Yeeun.

"Menurutmu bagaimana gaunku? Cocok kan?" kali ini gantian Yeeun yang bertanya pada Jeno sembari memutar tubuhnya sehingga Jeno bisa melihat gaunnya secara keseluruhan.

Jeno hanya dapat memandangi dengan kagum wanita itu.

"Lelaki itu sungguh beruntung bisa menjadi pendampingmu noona," batin Jeno. Setelah mengetahui tentang pernikahan Yeeun, tiada hari ia tidak membatin tentang betapa irinya ia dengan Choi Byungchan, calon suami Yeeun kelak.

"Semua gaun pernikahan nampak sama semua di mataku, semuanya bagus jadi percuma jika kau tanya pendapatku," sahut Jeno bertolak belakang dengan isi hatinya.

"Payah, tidak ada gunanya bertanya padamu," rajuk Yeeun memanyunkan bibirnya membuat Jeno amat gemas.

"Noona, setelah ini apalagi yang harus dibeli?" tanya Jeno.

"Temani aku mencari souvenir ya," ucap Yeeun sebelum berlalu masuk ke fitting room untuk mengganti bajunya.

Padahal yang akan menikah bukan Jeno, tapi Jeno harus ikut direpotkan. Ya memang Jeno dasarnya tidak bisa menolak juga sih.

Seperti hari ini, ia bersama Yeeun sudah seharian di butik mencari pakaian yang pas layaknya sepasang calon pengantin. Tidak jarang para pegawai juga mengira begitu.

Tapi pahit, nyatanya Jeno ikut bukan karena ia yang menjadi pasangaan Yeeun. Melainkan karena Yeeun meminta tolong padanya untuk mengantikan posisi mendiang ayahnya untuk mengantar Yeeun ke altar nanti di hari pernikahannya.

Makanya Jeno juga dibelikan tuxedo oleh Yeeun hari ini.

"Kau sudah ku anggap adik sendiri, jadi kau bersediakan?"

Jeno ingat betul tatapan Yeeun saat itu. Tatapan penuh kasih sayang seorang kakak pada adiknya. Ya, hanya adik.

Jika sudah seperti itu, Jeno mana mungkin menolak. Meski ia tau, itu akan sangat menyakiti dirinya. Jeno seakan dipaksa untuk menyerahkan langsung sosok yang ia cintai ke tangan pemuda asing.

BYE MY FIRST...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang