Graha Wisuda nampak ramai. Para wisudawanyang memakai toga lengkap dengan topi wisuda berwarna hitam nampak mendominasi. Sebagian lain adalahkeluarga para wisudawan yang berpakaian rapi. Canda, tawa dan senyum nampakmenghiasi mereka. Papa, Mama, Bayu dan Lintang yang dalam keadaan hamil tua beradadiantaranya. Mereka terlihat senang dan bahagia, terutama Mama. Papa sempatemosi dan langsung ditenangkan oleh Bayu dan Lintang ketika Mama menyebut Badaiyang tidak bisa datang pada wisuda adiknya, padahal kebahagiaan Taufan akansemakin lengkap dengan kehadirannya. Sekar datang setelah upacara wisudaselesai. Dia menyambut Taufan di pintu gedung graha wisuda. Papa, Mama, Bayu dan Lintang nampaksenang melihatnya. Taufan sendiri sudah menduga kedatangan gadis cantik itu.
"Selamat Fan, akhirnya kamu diwisuda," ucap Sekar sambil menjabat tangan Taufan.
"Terima kasih," jawab Taufan tersenyum, kemudian dia memandang ke sekeliling. Lintang memperhatikannya.
"Sebenarnya kamu mencari siapa sih, Fan? Mbak perhatikan dari mulai masuk ruangan, di ruangan, sampai keluar ruangan, kamu seperti gelisah mencari-cari seseorang. Bukankah Sekar sudah datang?" goda Lintang sambil mengelus-elus perutnya yang besar. Mama dan Bayu tersenyum mendengar perkataannya, sedangkan Sekar tersipu, wajahnya merona.
"Iya! Siapa yang kamu cari Fan!" tukas Papa dengan nada curiga.
Taufan terdiam. Tiba-tiba wajahnya berubah dan tersenyum. "Wulan!" teriaknya ketika melihat seorang gadis yang berjalan seorang diri memakai tunik berwarna toska muda dan celana panjang hitam dan sepatu teplek berwarna hitam. Dia nampak kebingunan. "Wulan!" teriak Taufan kembali. Gadis itu menoleh. Taufan berlari ke arahnya.
"Taufan! Kamu mau kemana!" teriak Papa. Taufan tidak memperdulikannya.
"Taufan!" sambut Wulan tersenyum ketika melihat Taufan berlari kearahnya. Tanpa basa-basi Taufan langsung memeluknya dengan erat hingga membuat gadis manis itu terkejut.
"Aku kira kamu tidak datang! Kamu tahu, aku sangat gelisah ketika tidak melihatmu tadi. Cukup Baruna yang tidak datang saat wisudaku. Aku tidak mau ketidakbahagianku semakin lengkap dengan ketidakhadiranmu."
Wulan tersenyum sambil menepuk-nepuk punggung Taufan. "Jangan bicara seperti itu. Masih ada keluargamu."
"Apa-apaan anak itu! Main peluk perempuan di tempat umum!" teriak Papa. "Apa dia tidak lihat di sini ada Sekar!"
"Sabar Pa! Dia itu temannya Taufan," kata Bayu menenangkan.
"Kamu mengenalnya!"
"Aku dan Sekar pernah bertemu dengannya." Bayu mencoba membuat Papa tenang.
"Benar begitu Sekar?" tanya Mama. Sekar yang sedang memperhatikan Taufan dan Wulan mengangguk pelan, kemudian menggigit bibirnya.
"Dengan siapa kamu ke sini?" tanya Taufan setelah melepaskan pelukannya pada Wulan.
"Aku sendirian naik motor." Wulan memperhatikan Taufan dari kepala hingga kaki. "Kamu kelihatan jelek memakai toga!" tukasnya sambil tertawa.
"Oh yah! Kalau begitu aku akan membukanya!" Taufan melepas topi wisudanya.
"Tidak usah! Becanda! Lagipula kapan lagi kamu akan memakai toga seperti ini!"
"Taufan!" teriak Papa.
"Mereka keluargaku," kata Taufan kepada Wulan, lalu menarik tangan gadis itu dan mengajaknya menemui keluarganya. Taufan memperkenalkan Wulan kepada keluarganya, juga Sekar. Saat berjabatan tangan dengan Wulan, Sekar menatapnya penuh tanda tanya.
YOU ARE READING
DAN LAUT PUN MENJADI SUNYI
Fiksi Remaja"Taufan! Kamu mau ke mana!" teriak Papa. Taufan yang memakai jaket biru, kaos putih dan bercelana jeans biru tidak menghiraukannya, terus berjalan ke tempat sepeda motor sport yang terparkir di samping mobil sedan dan langsung menaikinya. "Taufan...