Seoyeon
"Kamu ngga ke kantin?"
"Huh? Kenapa nanya gitu?"
"Ngga makan siang?"
"Ya... makan lah. Bentar."
"Cepetan turun ih aku capek nunggunya."
"Loh, Kak Doyoung di sini??"
Aku sampai mengecek lagi nama yang tertera di layar handphone-ku untuk memastikan kalau yang menelponku benar - benar kak Doyoung. Masalahnya, tumben sekali kak Doyoung ke rumah sakitku saat jam makan siang begini. Apalagi rumah sakit tempat dia bekerja kan jauh dari sini.
"Iya ini aku di kantin rumah sakit kamu. Kamu mau makan apa? Aku pesenin dulu."
"Eh ngga usah, aku turun sekarang."
"Siapa, Yeon?" tanya Yeji.
"Ini kak Doyoung, tauk deh dia tiba - tiba dateng."
"Oh, yaudah sana buruan."
Aku masih heran apa yang membuat kak Doyoung ke sini di siang bolong begini. Hmm mungkin dia memang kangen denganku? Haha.
"Seoyeon!"
Kak Doyoung melambaikan tangannya dan aku langsung menghampiri mejanya. Dia tersenyum lebar menyambutku di bangkunya.
"Kok tumben ke sini?"
"Emang aku ngga boleh nyamperin pacar aku?"
"Sstt ih malu kalo kedengeran orang."
"Kamu malu punya pacar kayak aku?"
"Ya engga lah, kak. Bukan gitu maksudnya."
"Ya iya lah. Mana ada yang malu kalo punya pacar seganteng aku gini."
Aku terkekeh diikuti kak Doyoung. Tampang sok sombongnya membuatku tertawa geli.
"Ihh serius tapi kenapa ke sini? Tumben banget? Kangen ya?"
Tawa kak Doyoung berubah menjadi senyum simpul. Tangannya meraih tanganku di atas meja, sesekali mengusap punggung tanganku dengan ibu jarinya.
"Pesen makan dulu, yuk."
Aku tidak sebodoh itu untuk tidak menyadari usaha kak Doyoung dalam mengalihkan pembicaraan. Kak Doyoung pun memesankan makan untuk kami berdua sementara aku menjaga meja kami.
Aku memandangi punggungnya yang entah mengapa terlihat lesu. Kak Doyoung biasanya selalu berdiri tegap, namun kali ini dia bertumpu pada satu kaki. Aneh saja melihatnya, dia terlihat tidak semangat, tidak seperti beberapa menit yang lalu.
Namun selama kami berdua makan, ekspresi dan cara bicaranya seperti kak Doyoung pada biasanya. Raut wajahnya sama sekali tidak menunjukkan kalau ada sesuatu yang dia sembunyikan.
Huft... sepertinya akunya saja yang berpikiran aneh.
Waktu makan siang telah berakhir dan aku mengantarkan kak Doyoung ke mobilnya sebelum dia pulang. Dia menatapku sejenak lalu memelukku erat, menenggelamkan wajahnya di tengkukku selama beberapa saat.
"Kenapa, sih?" bisikku.
Kak Doyoung menggeleng.
"Ada sesuatu, ya?" tanyaku saat dia melepas pelukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
autour • lee jeno
Fanfiction[facade sequel] lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. meskipun itu membutuhkan waktu yang lama, semuanya pasti setimpal. 190617