🦋26. Welcome Home

1.2K 106 6
                                    

Seoyeon

"Udah semua, kan?"

"Udaaah ya ampun. Kamu udah nanya tiga kali loh?" ucapnya sambil tertawa.

"Ih diitung."

"Iyalah. Btw aku udah mau berangkat ke bandara ini."

"Oke. Kabarin kalo udah nyampe!"

"Pasti lahh. Ngga sabar ketemu kamu lagi."

Aku tidak bisa menahan senyumku. Sekarang aku seperti orang bodoh yang tersenyum pada dirinya sendiri.

"Aku juga, kak. Ini otw ke bandara juga aku."

"Jadi sama Jeno?"

"Hmm. Dia nganggur katanya. Tumben banget, kan? Padahal biasanya sibuk ngga karuan tuh anak."

"Alright then."

"Safe flight, kak."

Akhirnya, setelah sekian lamanya kak Doyoung pulang ke Jakarta dan tentu saja aku sangat - sangat menunggu hari ini. Beruntungnya masalah kami beberapa minggu yang lalu dapat diselesaikan dengan baik, semua berkat Jeno yang membantuku. Kalau dihitung - hitung, sepertinya aku memang sudah berhutang nyawa padanya karena selalu memberikanku support hampir seumur hidupku.

Tepat saat aku akan keluar dari apartemenku, handphone-ku berdering yang kutebak adalah telepon dari Jeno.

"Iyaa ini turun."

"Te Eyoon!"

"Loh, Jiho?"

"Pipis."

"Hmm?"

"Jiho mau numpang pipis dulu, Yeon. Bisa, kan?" terdengar suara Jeno yang agak jauh. Sepertinya karena handphone-nya dipegang oleh Jiho sembari dia menyetir.

Aku otomatis tertawa, "Boleh lah. Yaudah aku tunggu di sini ya."

"Macih Eyon. Muah." aku tertawa geli mendengar celotehan Jiho. Siapa coba yang mengajari dia seperti itu? Sudah pasti Jeno sih.

Setelah drama kecil perkara Jiho yang tiba - tiba kebelet pipis, kami bertiga langsung meluncur ke bandara untuk menjemput kak Doyoung. Aku menyuruh Jeno untuk menyetir lebih cepat karena aku takut nanti kak Doyoung sampai lebih dulu dari pada kami.

"Drive thru bentar."

"Jeno! Ntar telaaat."

"Laper, Yeon."

"Beli di bandara aja ih."

"Bandara masih jauh astaga. Keburu mati kelaperan aku."

"Jeno ih nanti aja lah."

"Jiho mau makan?"

"Mauuu!" sahut Jiho dari kursi belakang.

Jeno langsung melirikku sambil mengedikkan bahunya dengan ekspresi sok tidak bersalah. Ugh menyebalkan. Tentu saja aku tidak bisa melarang kalau Jiho yang mau makan dan Jeno tahu itu makanya dia sengaja bertanya pada Jiho.

"Ngga nyampe 10 menit kok." ucap Jeno meyakinkanku yang berujung 10 menit kemudian dia hanya ketawa meringis sambil menggaruk tengkuknya karena sialnya, drive thru-nya macet oleh banyaknya pembeli yang mengantri.

"Tau gitu kan parkir aja beli sendiri. Malah lamaan drive thru." omelku.

"Ya kan tapi ngga tau?"

Benar juga sih, tapi tidak mengubah fakta kalau kami malah terjebak di sini entah sampai kapan dilihat dari banyaknya mobil yang mengantri di depan kami. Entah apa yang membuatnya lama, bahkan kami tidak bergerak sama sekali dari tadi. Mau mundur terlanjur ada mobil lain yang mengantri di belakang, jadi kami hanya bisa menunggu.

autour • lee jenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang