🦋20. Heartbeat

1K 105 10
                                    

Seoyeon

Astaga. Aku hampir saja lupa kalau lusa adalah ulang tahun pernikahan ayah dan bunda. Tiba - tiba saja aku teringat akan hal itu saat aku sedang membaca berkas - berkas pasienku selama minggu ini.

Pikiranku yang dipenuhi dengan pekerjaan ini sampai - sampai tidak bisa kepikiran untuk membelikan mereka kado apa untuk tahun ini. Jam? Sudah pernah. Tas? Sudah pernah juga. Sepatu? Sudah juga. Aku bingung harus membelikan apa lagi setelah ini. Mana waktunya tinggal 2 hari lagi, aku tidak yakin akan sempat membeli kado di tengah - tengah kesibukanku ini.

Huft, coba saja aku punya saudara, mungkin akan lebih mudah untuk berdiskusi tentang hal ini.

Sekarang aku bingung setengah mati, belum ditambah memikirkan pekerjaanku yang seperti tidak ada habisnya ini. Seakan - akan energi yang dibutuhkan otakku untuk berpikir telah terkuras semua karena pekerjaanku.

Aku butuh bantuan tapi aku harus minta tolong siapa? Biasanya kalau dalam keadaan seperti ini kak Doyoung selalu punya ide - ide bagus yang dapat ku pertimbangkan, tapi tidak mungkin juga aku menelponnya sekarang. Malam yang sudah semakin larut membuatku urung untuk melakukannya. Aku tidak ingin mengganggu waktu istirahat kak Doyoung yang sudah 2 minggu berada di Kalimantan itu.

Kalau tanya pada Yeji dia juga pasti sedang sama sibuknya sepertiku. Siapa lagi sih temanku? Ah, Lee Jeno. Pilhan yang buruk. Dia mana tahu tentang urusan seperti ini? Yang ada malah biasanya dia yang bertanya padaku.

Ya sudah lah. Kupikirkan lagi saja besok, yang penting sekarang aku menyelesaikan pekerjaanku dulu.

Dering teleponku mencuri perhatianku, siapa lagi yang menelponku malam - malam begini? Oke, ternyata si curut yang barusan saja aku bicarakan, Lee Jeno.

"Oit."

"Sibuk?"

"Agak."

"Pms ya? Kayaknya jutek banget."

"Engga kok. Kenapa nelpon, Jen?"

"Gapapa, bosen aja. Aku lagi lembur, pengen rehat bentar terus ngga tau mau ngapain."

"Jam segini kamu masih di kantor?"

Memangnya dia Cinderella apa? Sudah hampir tengah malam masih saja belum pulang.

"Hmm. Kamu sendiri juga kayaknya masih seger tuh. Ngga tidur apa?"

"Masih ngecekin berkas pasien, bentar lagi juga paling kelar."

"Oh."

"Hmm."

"Oke."

"Apanya yang oke?"

"Hah? Gatau."

"Lah? Apaan sih nih orang." aku terkekeh kecil karena ketidak jelasannya.

"Ngga ngerti, kan aku juga ngga tau mau ngapain makanya iseng nelpon kamu. Jadi ngga tau mau ngomong apa juga."

"Yaudah, aku ajak mikir bentar mau ngga?"

"Aduh, Yeon, aku kan mau rehat bentar masa masih diajak mikir lagi, sih?"

"Ih yaudah aku ganti kata - katanya, aku mintain tolong mau ngga?"

"Duh, yaudah apaan?"

"Mmm, lusa ayah sama bunda kan anniv tuh, enaknya dibeliin kado apa ya?"

"Wah gila ini mah namanya mikir keras. Tau sendiri aku ngga jago mikir ginian."

"Udah tau sih, tapi ya siapa tau kan ada ide apa gitu kek."

autour • lee jenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang