Seoyeon
Dengan kak Doyoung yang sudah kembali, kami sudah mulai menyiapkan lagi untuk pertunangan kami. Sisa waktu 2 bulan ini akan aku manfaatkan dengan sebaik - baiknya agar semuanya lancar. Tentu saja, siapa yang tidak mau acaranya berjalan dengan lancar?
Memang, tidak setiap hari kami selalu membahas tentang persiapan kami. Aku dan kak Doyoung hanya membahasnya setiap dua atau tiga hari sekali untuk menghindari hal seperti kemarin terulang kembali. Mungkin dengan adanya istirahat di tengah - tengah hari tersebut pikiran kami bisa lebih segar dan tidak jenuh.
Seperti hari ini, kami berencana untuk makan malam di luar sekalian membahas beberapa desain dekorasi yang kami inginkan nanti. Dengan segala pertimbangan, akhirnya aku menuruti keinginan kak Doyoung untuk mengadakan acaranya di restauran agar kami tidak terlalu repot.
"Kamu mau bunganya warna apa?" tanya kak Doyoung di sela - sela makan malam kami.
"Kuning!"
"Udah kuduga. Harusnya aku ngga perlu tanya." kak Doyoung terkekeh.
"Hehe. Sama biru deh, kak Doyoung kan suka biru."
"Boleh."
Bahkan aku sudah bisa membayangkan dekorasinya nanti. Pasti cantik sekali.
"Kenapa sih senyum - senyum sendiri?"
"Siapa?"
"Kamu lah." ucapnya masih terkekeh dan mencubit pelan pipiku.
"Seneng aja bayanginnya."
"Bener kata Jeno ya, kamu udah pengen?"
"Ih apaan sih kak Doyoung rese banget. Emang cocok deh kalian kalo jadi kakak adek beneran."
"Pengennya sih."
"Untung aja kakaknya Jeno tuh kak Yeeun. Kalo kak Doyoung beneran, rusak udah masa kecilku. Di-bully terus."
Kak Doyoung semakin terbahak karena omonganku. Jangan salah paham, mereka memang orang - orang yang baik, tapi jahilnya itu loh kadang yang membuatku kesal.
"Ngomong - ngomong Jeno, tuh dia nelpon."
Aku melirik handphone-ku yang ada di atas meja dengan layarnya yang menampakkan telepon masuk dari Jeno. Malam - malam begini, tumben dia meneleponku.
"Halo, Jen?"
"Seoyeon gawat. Tolongin aku."
"Jen? Kenapa?" tanyaku terdengar sama paniknya dengan Jeno.
Kak Doyoung menaikkan alisnya padaku sambil menggumamkan "Kenapa?". Aku hanya menggeleng, masih berusaha tenang mendengar Jeno yang tiba - tiba panik dan tidak tahu sebabnya.
Aku sampai berpikiran kalau Jeno diculik, dirampok atau semacamnya. Tapi, sepertinya bukan itu.
Jeno
Gue kaget waktu nyampe rumah, tiba - tiba Jiho nangis - nangis dan ngerengek gitu. Pas gue cek, ternyata badannya Jiho panas terus dia keringetan parah. Yang gue tau dia pasti demam. Dan yang bikin gue panik karena selama ini Jiho ngga pernah demam dan gue ngga tau harus gimana.
KAMU SEDANG MEMBACA
autour • lee jeno
Hayran Kurgu[facade sequel] lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. meskipun itu membutuhkan waktu yang lama, semuanya pasti setimpal. 190617