Rasa Sakit

4.3K 445 9
                                    

"HEI!! BANGUN KAU GADIS PEMALAS!!" teriak seorang pria bertubuh kekar dan tinggi, kakinya menendang-nendang tubuh seorang gadis yang terbaring dilantai. Gadis itu meringis menahan tendangan demi tendangan dari pria tinggi itu.

"MASIH TIDAK MAU BANGUN!! CEPAT BANGUN PEMALAS!! " teriaknya semakin kuat, dia menarik rambut gadis lemah itu. Gadis itu tidak membalas kekasarannya, dia hanya diam karena melawan pria ini tidak akan ada gunanya.

"Minho, aku sedang tidak enak badan, ijinkan aku beristirahat hari ini...." pintanya dengan memelas dan berusaha melepaskan tarikan Minho yang teramat sakit pada rambutnya.

"Hei Jisoo, bukankah kau berjanji padaku, setelah menikah kau akan melakukan apapun untukku? DAN SEKARANG SUDAH WAKTUNYA KAU BEKERJA BODOH!!" teriaknya sekeras mungkin pada ditelinga Jisoo lalu melepaskan tarikan rambutnya dan mendorong tubuh itu hingga tersungkur pada tikar yang dipakainya untuk tidur tadi.

Jisoo meringris menahan rasa sakit disekujur tubuhnya, luka lebam yang mulai memudar kini bertambah lagi. Minho, suaminya menatap Jisoo dengan sinis, dia tidak perduli dengan isak tangis yang keluar dari bibir mungil itu.

"Jangan berpura-pura sakit, cepat sana kerja, cari uang yang banyak untukku. Aku tidak mau mati kelaparan karenamu." ucapnya dan meninggalkan Jisoo yang masih menunduk menyembunyikan wajahnya yang sudah penuh dengan linangan air mata.

Dia tidak ingin terus menangis, dia tidak ingin terlihat lemah dimata Minho, dia akan buktikan pada Minho kalau dia mampu bertahan untuk hidup. Jisoo pun menghusap sisa air mata dengan kedua ibu jarinya, dia berusaha bangkit dengan rasa sakit pada tulang rusuknya.

Dia berjalan dengan tertatih menuju kamar mandi untuk membersihkan diri, tubuhnya memang sangat lemah,bahkan dengan menyentuh dahinya saja semua orang bisa tahu kalau dia sedang sakit. Meskipun begitu dia harus menunaikan kewajibannya yang diberikan oleh Minho. Kalau dia tidak bekerja dan tidak mendapatkan uang, Minho akan murka dan kembali menyiksanya berpuluh kali lipat dari yang dia lakukan tadi.

Sapuan air yang mengalir membasahi tubuhnya begitu menyegarkan, meskipun luka pada kulitnya masi terlihat dan terasa perih, dia masih menikmati waktu mandinya . Selesai mandi, dia merapikan juntaian rambut panjang sepunggung merah kecoklatannya, rambutnya mulai menipis. Bukan menipis karena penyakit, namun karena tarikan demi tarikan yang dilakukan Minho pada rambutnya setiap hari membuat rambut itu rontok. Bahkan ada satu waktu dimana kemarahan Minho hampir memotong rambutnya.

Luka lebam pada bibir dan pipinya ia tutupi dengan foundation seadanya, selama berpisah kamar dengan Minho dia hampir tidak memiliki semua alat riasnya. Minho membuangnya, beruntung dia masih bisa menyelamatkan foundation ini.

"Minho aku berangkat..." ucapnya pelan, namun pria berstatus suaminya itu tidak menatapnya sedikitpun. Minho mengibaskan tangannya seakan mengusirnya seperti seekor binatang yang mengganggu ketenangannya.

"Cari uang yang banyak! Aku harus membayar hutangku pada tuan Park hari ini." ucapnya sebelum Jisoo melangkahkan kakinya keluar rumah. Jisoo mengangguk paham, karena hobi judi suaminya itu, dia kerja siang dan malam hanya untuk membayar hutang suaminya. Sedangkan suaminya hanya duduk diam dirumah tanpa melakukan apa-apa, bukankah itu tidak adil , seharusnya suamilah yang menafkahi keluarganya, bukan sebaliknya.

Jisoo menggigit bibir bawahnya, dan keluar dengan perlahan. Langkahnya terhenti, wajahnya menghadap kelangit biru yang cerah tapi tidak secerah hatinya hari ini, bulir air mata mengalir disudut matanya.Sampai kapan ini akan berakhir, sampai kapan dia akan terus begini, apakah takdirnya memang seperti ini, disiksa oleh suaminya sendiri.

Menggeleng kuat dan menghapus bulir air matanya, ini pilihannya untuk hidup bersama Minho. Dia yang dulu bersikeras memohon kepada orang tuanya untuk merestui hubungannya dengan Minho.

Orang tuanya sangat tidak setuju akan hubungan Minho dengan Jisoo, mereka tahu kalau Minho akan membawa petaka bukan kebahagiaan. Tapi Jisoo bersikeras dengan pilihannya, dia yakin bahwa Minho tidak seperti yang diduga oleh orangtuanya. Dia yakin bahwa Minho mencintainya dan berjanji akan membahagiakannya.

Tapi semua Janji Minho hanya omong kosong belaka, sifat aslinya muncul saat menikah dengan Jisoo. Minho lebih senang berjudi, mabuk-mabukan, memukulnya dan meminjam uang disana-sini.

Rasanya ingin sekali dia mengakhiri pernikahannya dengan Minho yang baru berjalan 3 tahun. Tapi kalau dia lakukan itu, dia harus pergi kemana? Dia berasal dari perdesaan dan tidak mempunyai sanak saudara disini. Mau pulang kekampung halamannya? Tidak mungkin, orang tuanya sudah mengusirnya dan sudah mengklaimnya kalau dia bukan anak mereka lagi. Begitu juga keluarga orang tuanya, mereka semua sudah menganggap Jisoo tidak ada di dunia ini.

Dia tidak tahu harus berbuat apa sekarang, hanya dengan menerima tiap siksaan Minho-lah dia bisa bertahan hingga saat ini. Hidupnya hanya sebatang kara, tak ada tempat mengadu, tak ada tempat untuk menangis, takkan ada lagi yang mau menemaninya.

"Kenapa hidupkuseperti ini..." keluhnya sembari menatap langit malam yang tampak kemerahan.

☆☆☆☆

Black Rose | Taeyong ft Jisoo ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang