Jejak keputusan

2K 305 15
                                    

Jisoo bergeming berdiri menatap kedua mayat itu. Pisau yang menancap pada tubuh Rose ditariknya dengan paksa hingga percikan darah segar mengenai wajahnya. Jisoo menatap sebilah pisau itu sebelum kembali menghujamkannya kembali pada tubuh Rose yang sudah tewas berulang kali.

"Mati kau wanita sialan, mati mati mati mati mati ahahahaha." Geram Jisoo diselingi Tawanya yang menakutkan. Dia melampiaskan seluruh rasa benci dan sakitnya pada Rose. Dia ingin wanita itu juga merasakan penderitaannya selama bersama Minho.

Jisoo seperti sosok yang kehilangan kendali, ia tidak bisa berhentik menghujam tubuh Rose dengan pisau ditangannya. Bahkan kini tubuh Minho juga menjadi sasaran amukannya.

"Mati kau, mati mati mati mati! Akan kucincang tubuhmu dan kuberikan pada anjing liar. Hahahaha sialan kau Minho, pengkhianat!" Dia menghujamkan pisau pada setiap bagian tubuh Minho hingga perutnya robek dan memperlihatkan organ dalamnya.

Jisoo puas, sangat puas.

Dia tidak peduli dengan tubuhnya yang berlumuran darah dan berbau anyir. Dia merasa sudah membalaskan dendamnya pada Minho. Jisoo terduduk pada daun pintu sembari menatap dua onggok mayat yang tidak berbentuk lagi. Dia menarik napas dalam-dalam dengan tatapan yang memandang langit-langit kamar itu. Dia sudah bebas dari jeratan Minho.

Air matanya menitik menyambut hari pembebasannya dari perbudakan Minho hingga kepalanya terasa sangat pusing lalu memutuskan untuk tidur sebentar dengan bersandar pada daun pintu.

Kesadarannya mulai kembali setelah beristirahat selama beberapa jam bahkan langit sudah tampak gelap. Jisoo menyipitkan matanya menyapu pandangannya pada kamar Minho hingga ia tersadar dengan tindakan yang dilakukannya.

Tiba-tiba saja, detak jantungnya berdetak cepat dan tubuhnya melemah tak mampu untuk digerakkan. Matanya mendelik tidak percaya bahwa dia sudah menjadi pembunuh. Dia telah membunuh suaminya sendiri dan selingkuhannya. Apa yang harus dilakukannya? Apa dia harus menyerahkan diri ke kantor polisi atau mengakhiri hidupnya juga?

"Datanglah padaku maka kau akan bahagia, Jisoo."

Bisikan itu kembali terdengar, namun kali ini sangat jelas ditelinganya, dia harus kabur dari sini sebelum tetangganya sadar akan tindakan yang dilakukannya. Dia harus menemui Taeyong dan memintanya untuk menepati janjinya.

Jisoo pun berlari dikegelapan malan sekencangnya tanpa memperdulikan bajunya yang dipenuhi bercak darah serta rambutnya yang sudah tidak rapi lagi. Taeyong pasti akan memaklumi perbuatannya dan mempercayai ceritanya. Taeyong tidak akan menindasnya apalagi meninggalkannya. Taeyong adalah satu-satunya tempat dia kembali saat ini.

Dia berlari menuju jalan pertigaan dimana dia selalu bertemu dengan Taeyong. Bulan tidak menampakkan wujudnya dan langit pun tampak cerah dengan gemerlap bintang menyinarinya. Jisoo kesana-kemari mencari sosok Taeyong yang tidak kunjung muncul.

"Taeyong, Taeyong." Jisoo memanggil namanya berulang kali, hanya angib malam yang menyapa rungunya.

Ditaman tempat terakhir kali mereka bertemu, Taeyong tidak disana. Dia menggigit bibir bawahnya, menahan dinginnya malam yang menusuk kulitnya. Kemana Taeyong disaat dia membutuhkannya? bukankah Taeyong berjanji akan memberikannya kebahagiaan. Tapi sekarang sosok itu tidak terlihat sama sekali.

Jisoo menangis, merasa tertipu untuk kedua kalinya, Taeyong tidak akan datang menemuinya lagi. Taeyong tidak ada bedanya dengan pria lainnya, pembohong dan selalu ingkar janji. Ia menggenggam erat bunga mawar hitam yang menjadi temannya malam ini.

"Dia tidak akan datang, Taeyong tidak akan menemuiku lagi." Lirih Jisoo dengan harapan ingin segera bertemu dengan Taeyong.

Dalam bayangan malam tubuh Jisoo melemah dan bersiap untuk ambruk, dia lelah dengan ini semua. Inikah akhirnya, akhir dari kisah hidupnya yang tak menemukan kebahagiaan.

Black Rose | Taeyong ft Jisoo ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang