Sesuai dengan petunjuk Yeri, Jisoo berjalan menuruni anak tangga menuju bagian terbawah kediaman Taeyong. Begitu gelap dan begitu dingin, beruntung sekali dia berinisiatif membawa lentera bersamanya. Dia menuruni anak tangga dengan sangat hati-hati bahkan dia sedikit berpegangan pada dinding yang dingin itu.
Semakin jauh ia berjalan menuruni anak tangga, hawa dingin semakin menusuk kulitnya. Untuk apa Taeyong bersembunyi ditempat gelap dan tidak nyaman seperti ini. Satu pertanyaan bodoh terpikirkan oleh Jisoo, ia lupa kalau Taeyong makhluk yang berbeda dengan dirinya.
Jisoo menarik napas sangat dalam ketika langkahnya terhenti dipenghujung anak tangga. Ada sebuah pintu kayu yang tampak tua disana, Taeyong pasti berada didalam sana menenangkan diri. Pergelangan tangannya terangkat mengepal ingin mengetuk pintu namun ia sungkan.
Sudah beberapa hari semenjak pertemuannya yang Taeyong, bahkan waktu itu Taeyong hanya mengatakan hal yang membingungkan lalu meninggalkannya. Rasa gugup jelas terasa, bukan gugup dengan rasa takut. Perasaan ini seolah tak siap ingin kembali untuk bertatapan langsung dengan Taeyong.
"Taeyong, kau didalam?." Jisoo memanggil nama pria itu namun tidak ada jawaban dari dalam sana.
Jisoo mencoba mengetuk pintunya kembali.
"Taeyong ini aku Jisoo, bisakah kita bertemu dan bicara sebentar?." Jisoo berucap dengan kegugupan menyelimutinya, ia harus bereaksi seperti apa ketika Taeyong membukakan pintunya.
Masih hening, Taeyong belum merespon panggilannya. Jisoo pun menyentuh gagang pintu itu dan ia tahu kalau pintu itu tidak dikunci.
"Taeyong, aku ma-"
Grep
Bam!
Seseorang menarik pundak Jisoo, menepis tangannya yang memegang gagang pintu lalu segera menutup pintu itu kembali. Jisoo memejamkan matanya karena terkejut dan takut akan sosok yang menarik tubuhnya itu.
"Jisoo."
Jisoo segera membuka matanya saat ia kenal dengan suara lembut itu. Taeyong disana dengan kemeja hitamnya berdiri memegang pundak Jisoo yang tampak gemetar.
"Itu bukan ruanganku, Jisoo." Ucap Taeyong dengan sedikit melirik pada pintu itu apakah sudah tertutup rapat atau tidak.
"Ayo ikut aku." Ajak Taeyong dengan saling mengaitkan jemari mereka. Jisoo tersipu namun juga merasa tenang akan kemunculan Lee Taeyong.
Taeyong menggiring Jisoo menuju ruangannya yang hanya berjarak beberapa meter dari ruangan yang Jisoo ingin masuki. Dengan sopan ia mempersilahkan Jisoo terlebih dahulu memasuki ruangannya, Jisoo terkesima akan apa yang ia lihat. Ruangan yang berbeda dengan seluruh ruangan di kediaman ini. Disini dinding menggunakan wallpaper berwarna merah maroon dengan motif dedaunan, hanya ada hiasan dinding, sebuah meja, cermin dan lainnya. Ruangan yang kecil namun Taeyong menyediakan sofa kecil untuk tamu atau mungkin saja Taeyong tidur diatas sofa itu.
Jisoo dan kebiasaannya selalu meneliti dan melihat-lihat setiap lokasi baru yang ia kunjungi. Ia bahkan sempat terkesima dengan warna yang ada pada ruangan itu. Taeyong hanya duduk disofa melihat pergerakan Jisoo yang begitu memanjakan penglihatannya. Beberapa hari mereka tidak bertemu, Jisoo menjadi semakin menggoda terutama kulit mulus itu.
Taeyong mengerjapkan matanya mengalihkan pikirannya ke hal lain selain Jisoo.Selesai melakukan tour ruangannya, Jisoo pun menghampiri Taeyong yang duduk di sofa. Mereka duduk berdampingan dengan sikap canggung karena lama tidak bertemu.
"Taeyong."
Jisoo memanggil Taeyong refleks menolehkan kepalanya. Ia menanti apa yang akan diucapkan oleh Jisoo. Lengannya disandarakannya pada tangan sofa dengan sisi kepalanya yang bersender pada kepalan tangannya. Lirikan tajam yang dimiliki oleh Taeyong semakin buat Jisoo bingung ingin mengatakan apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Rose | Taeyong ft Jisoo ✔
Fanfiction[ Warned! Mature content, Harap para pembaca bijak menyikapinya ] "Mawar Hitam dia akan menjadi pengganti diriku untuk menemanimu." "Taeyong apa maksudmu?." "Tinggalkan dia, maka aku akan memberikanmu kebahagiaan." ucapnya lembut dan mencium punggu...