Jisoo menyembulkan kepalanya dari sela-sela pintu, tidak ada siapapun disini. Kamar yang ditempatinya terasa sangat sepi bila hanya ia seorang yang berada disana. Dikuatkan tekadnya untuk keluar dari kamar itu meskipun Yeri sudah memperingatkannya untuk menunggu Taeyong disana.
Rasa bosannya pun membimbingnya untuk menyusuri Lorong yang menjadi penghubung dengan ruangan lainnya. Lorong yang panjang dengan karpet berwarna merah baldu sebagai alasnya. Dinding lorong pun dihiasi dengan berbagai pernak-pernik khas era Victorian, bahkan ada beberapa foto Taeyong dengan figura emas menggantung manis disana.
Jisoo menatap lama foto Taeyong, mungkin ia sedikit terpesona dengan rambut keemasan yang dimiliki pria rupawan itu. Namun, rambut hitam pekat Taeyong sekarang juga cukup menarik perhatian. Jisoo terkekeh geli dengan segala perdebatan manis yang ada dalam pikirannya.
Jisoo kembali melangkahkan kakinya menyusuri dinding lorong yang berhiaskan wallpaper hitam- keemasan itu. Sampai langkah kakinya terhenti pada jendela besar yang tepat ada disampingnya. Perlahan ia berjalan mendekat, jari-jarinya menyentuh permukaan kaca yang berembun itu.
"Dingin."
Jisoo menengadahkan kepalanya menatap keluar jendela, netranya segera menangkap keindahan bulan purnama yang bersinar begitu terang malam ini.
Keredupan sinar pada lorong itu semakin memperkuat cahaya rembulan yang mengintip masuk dari celah-celah jendela bermotifkan mozaik itu. Jisoo bergumam penuh kekaguman, malam ini lebih indah dari malam-malam berat yang ia lalui.
"Indah bukan?." Sapaan suara nan lembut menyapa rungunya, Jisoo segera menoleh lalu tersenyum ketika tahu sosok siapa dibelakangnya itu.
"Lebih indah dari malam-malam sebelumnya, Taeyong."
Taeyong yang sedari tadi mengamati setiap pergerakan Jisoo mulai menyapa wanita itu. Jisoo begitu penuru, bahkan gaun putih yang sudah dipersiapkan oleh Yeri dikenakan tanpa keluhan. Jisoo juga memakai hiasan tiara pada rambutnya padahal Taeyong hanya mencoba-coba.
"Apa karena kau sudah bebas?." Tanya Taeyong yang kini berdiri disebelah Jisoo dengan kedua tangannya bersembunyi dibalik punggungnya.
Jisoo melirik Taeyong lalu menjawab dengan anggukan kecil. Dia sudah bebas dari rasa sakit yang diterimanya selama ini. Mereka berdua berdiri menatap rembulan yang begitu indah, tak ada kata dan tak ada pergerakan. Hanya deruan napas yang saling bersambutan turut menemani keheningan mereka.
Taeyong melirik Jisoo, menikmati keindahan lekukan wajah yang dimiliki Jisoo serta leher jenjangnya yang begitu menggoda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Rose | Taeyong ft Jisoo ✔
Fanfiction[ Warned! Mature content, Harap para pembaca bijak menyikapinya ] "Mawar Hitam dia akan menjadi pengganti diriku untuk menemanimu." "Taeyong apa maksudmu?." "Tinggalkan dia, maka aku akan memberikanmu kebahagiaan." ucapnya lembut dan mencium punggu...