Suara berisik dari kerumunan teman yang datang mengunjung rumahnya malam ini membuat Jisoo sulit untuk terlelap. Suara makian, suara tawa yang saling mengejek dan juga suara botol yang saling beradu.
Minho berpesta menggunakan uang gaji miliknya, seharusnya Minho tidak melakukan itu melihat lilitan hutang mereka yang mencekik tenggorokannya. Jisoo ingin mengintip tapi terlalu takut
Brak
Jisoo terbangun begitu mendengar gebrakan keras pada pintu kamarnya, Minho masuk dengan botol minuman keras pada tangan kanannya. Jisoo terdiam, tubuhnya bergetar dengan tangannya meremas kuat selimut yang menyelimuti sebagian tubuhnya.
Minho mendelik, matanya memerah dengan aroma alkohol yang menguar dari tubuhnya. Dia berjalan mendekati Jisoo yang merasa terpojok layaknya singa kelaparan yang akan segera melahap santapannya.
Dia menyibakkan selimut Jisoo, menarik paksa kakinya hingga mendekat kepadanya. Jisoo mencoba melawan mesti percuma, Minho menahan kedua tangan Jisoo dengan satu tangan kekarnya. Jisoo menolak dengan kaki kurusnya yang menendang paha dan perut Minho, melihat itu Minho menarik rambut Jisoo hingga Jisoo berteriak kesakitan.
"Diamlah!" Minho berteriak tepat ditelinga Jisoo.
"Setelah semua ini, kau tidak perlu lagi bekerja siang dan malam untukku," bisikan ucapannya ditelinga Jisoo membuanya kaget.
"A....Apa maksudmu Minho?" bertanya dengan bibi yang gemetar.
Seseorang bertubuh tegap dengan perut yang membuncit berdiri tepat dibelakang Minho. Netranya tidak bisa melihat dengan jelas karena air mata yang merembes pada pelupuk matanya. Sekilas dilihatnya Minho tersenyum merespon 'kode' yang dilakukan oleh sosok itu. Tanpa ragu Minho merobek piyama yang Jisoo kenakan saat ini, Jisoo melonjak mundur kedinding dengan selimut yang menutupi bagian dadanya yang terbuka.
"Minho...M...Min...Minho apa yang..."
Plak
"Diamlah dan turuti kemauan Tuan Park." Minho mundur dengan posisinya yang sudah tergantikan oleh Tuan Park.
Pria tua itu berjongkok dihadapan Jisoo, menarik paksa selimut yang menutupi tubuhnya. Jisoo menjerit, Tuan Park malah menertawakan kesengsaraan yang dialami oleh Jisoo. Tuan Park membuka kancing kemeja bermotif bunganya sembara tertawa mengejek, Jisoo ketakutan dibuatnya. Jisoo mencoba mencari celah untuk melarikan diri namun, saat dia menemukannya Tuan Park menarik rambutnya dan melemparkan tubuhnya hingga terhempas kedinding.
"Kumohon hentikan...." Mohon Jisoo dengan suara paraunya, ia meringis menahan sakit merangkak memohon pengampunan kepada Tuan Park. Tak ada rasa iba, pria tua itu justru sudah melucuti semua pakaiannya. Dia menarik rambut Jisoo hingga wajahnya menatap langsung mata Tuan Park.
"Lakukan." Perintahnya.
Jisoo menolak saat Tuan Park memaksanya untuk melakukan Blowjob pada miliknya.
"Cepat lakukan!" suaranya mengeras, Jisoo menangis tak ingin melakukannya.
Plak
"Suamimu sudah menjualmu padaku demi melunasi hutangnya, jadi lakukan"
Jisoo mendelik, tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Minho menjualnya disaat ia telah berjuang untuk melunasi hutang mereka dengan bekerja pagi dan malam. Suami yang dipatuhinya selama ini ternyata tega melakukan ini demi kepuasannya sendiri. Rasanya ingin mati saja, Jisoo sudah tidak kuat lagi menghadapi semua cobaan hidup yang menerimanya.
Tubuh Jisoo mati rasa dengan tatapannya yang kosong, dia membiarkan Tuan Park melakukan hal tak senonoh pada tubuhnya. Jisoo sudah tidak bisa berpikir lagi saat tangan keriput Tuan Park bermain pada payudaranya yang sintal. Bahkan senyuman mesum pria itu sudah tidak menakutkan lagi bagi Jisoo. Setelah semua ini berakhir, ia akan segera mengakhiri hidupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Rose | Taeyong ft Jisoo ✔
Fanfiction[ Warned! Mature content, Harap para pembaca bijak menyikapinya ] "Mawar Hitam dia akan menjadi pengganti diriku untuk menemanimu." "Taeyong apa maksudmu?." "Tinggalkan dia, maka aku akan memberikanmu kebahagiaan." ucapnya lembut dan mencium punggu...