Duka dan rasa

2.1K 305 20
                                    

Jisoo memasuki rumahnya dengan pipinya yang masih bersemu. Masih terekam jelas pada ingatannya bagaimana perhatian Taeyong padanya. Begitu hangat melebihi Minho suaminya sendiri, salahkah ia berpikir seperti ini?.

Statusnya saat ini masih menjadi istri sah Minho namun, pria itu bahkan tidak pernah menyentuhnya selama bertahun-tahun. Wajar saja kalau dia bisa merona hanya dengan kehangatan dan kelembutan Taeyong padanya.

"Bahkan aroma tubuh Taeyong masih kuingat." Gumam Jisoo dan tentu saja ia segera menepuk pipinya untuk membuatnya sadar akan siapa  dirinya.

"Sadar Jisoo, ini sudah malam dan jangan memikirkan hal-hal kotor tentang Taeyong." Dia memperingatkan dirinya akan pemikirannya yang sudah melayang entah kemana.

Jisoo memasuki kamarnya lalu mengganti pakaiannya, malam semakin larut dan saatnya untuk beristirahat. Jisoo sebenarnya selalu menanti kepulangan Minho tapi semenjak pria itu jadi pemabuk dan penggila judi ia berhenti melakukannya.

Bayangkan saja, Minho selalu pulang pukul 4 pagi Sedangkan  dirinya butuh waktu tidur yang cukup untuk menjalani aktivitas besok harinya. Sebelum tidur, tak lupa Jisoo mengeluarkan  uang yang ia sembunyikan dibalik Bra-nya. Ini cara lain yang terpikir olehnya  agar terhindar dari razia rutin Minho.

Jisoo pun meletakkan lembaran uangnya didalam kasurnya yang sedikit berlubang. Indra penciuman Minho tidak akan mengira kalau dia menyimpan uangnya didalam kasur.

"Untungnya masih ada sisa uang untuk kerja besok. Waktunya tidur!." Ujar Jisoo menyemangati dirinya sendiri, semoga saja ia bisa tidur dengan semua kejadian yang menimpanya malam ini.

--

Suara gaduh memenuhi ruangan tidur Jisoo, siapa yang tega menganggunya sepagi ini. Ia Mengerjapkan matanya, dan mencoba mengumpulkan tenaga untuk bangun dari tidurnya. Tidak bisakah dia istirahat setelah kemarin seharian bekerja membanting tulang.

" Hei Pemalas! Dimana kau sembunyikan uangmu! Cepat katakan!" teriak Minho dan menendang Jisoo sekuat tenaga hingga  tubuhnya maju beberapa centi kedepan.

"Aku sudah menyerahkan uangku semua padamu semalam Minho, apa kau lupa?." Jisoo mencoba membela diri sembari memegangi bagian bawah perutnya yang terasa sakit.

"Jumlah segitu kau sebut UANG!! Itu saja tidak cukup untuk taruhan judiku, cepat katakan! Kau pasti menyembunyikan sisa uangmu kan! CEPAT KATAKAN!!" Amarah Minho memuncak dengan suaranya yang semakin melengking. Ia pun  kembali mendaratkan tendangannya pada perut Jisoo. Dia tidak perduli melihat Jisoo yang meringis menahan sakit asalkan ia mendapatkan apa yang diinginkannya.

"Kumohon Minho, berhentilah menyiksaku, uang semalam sudah aku berikan semua padamu. Aku tidak pernah menyimpan uang sepeser pun." isak Jisoo yang merayap mendekati kaki Minho lalu memeluk kakinya.

"Cih!, apa yang kau lakukan, cepat lepaskan sialan!" Bentaknya  dan menendang Jisoo hingga ia terlempar jauh. Minho terus mengacak-ngacak isi kamar Jisoo, semua benda dilemparnya sembarang. Bahkan foto pernikahan mereka juga ia lempar, Minho sudah tidak memperdulikannya lagi selain uang.

Minho yang frustasi karena tidak menemukan selembar uang pun lalu mendekati Jisoo. Ia menarik kerah piayama Jisoo lalu menampar pipi itu berulang kali.

"Katakan dimana kau sembunyikan uangnya?."

"Tidak ada... tidak ada uang lagi.." Jisoo menjawab pelan, ia sudah tidak memiliki tenaga untuk melawan Minho.

"Kau pikir aku akan mempercayaimu begitu saja? Cepat katakan sialan!" Ia mencengkram bibir Jisoo setelah meneriaki wajah Jisoo. Jisoo kalah, ia menggerakkan jarinya menunjuk kearah kasurnya. Minho tersenyum penuh kelicikan dan melempar begitu saja tubuh Jisoo hingga menabrak dinding.

Black Rose | Taeyong ft Jisoo ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang