Masa itu

2.2K 303 16
                                    

Beberapa hari setelah kepulangan Jisoo, Taeyong masih terlelap dalam tidurnya. Tuan Shin yang bertugas untuk melayani Taeyong tampak mengganti  bunga mawar Hitam   yang berguguran pada Vas bunga. Ia juga mejaga agar sinar mentari tidak masuk melalui celah-celah tirai.

Yeri diambang pintu membawa senampan minuman yang menjadi konsumsi rutin Taeyong. Dia meletakkannya dengan perlahan seolah tak ingin membuat sedikit kebisingan.

Tuan Shin menggerakkan jemarinya mengucapkan terima kasih, Yeri membungkuk dan masih berdiri disana. Tuan Shin seolah mengerti bahwa Yeri ingin menanyakan sesuatu padanya. Dia pun menggiring Yeri untuk keluar dari ruangan Taeyong.

"Bagaimana latihanmu?." Tanya Tua  Shin yang berjalan lebih dahulu didepan Yeri.

"Masih seperti biasa, saya mempelajari kembali Ilmu ramuan, Tuan." Jawab Yeri yang berusaha mengejar langkah jenjang Tuan Shin.

"Teruslah berlatih jika tidak ingin mengecewakan Master Taeyong." Jelas Tuan Shin dengan tegas. Yeri mengangguk paham sebelum dia melontarkan pertanyaan lain.

"Tuan, berapa lama lagi Master Taeyong tertidur?."

"Tidak lama, beliau hanya tidur untuk memulihkan tenaganya." Jawab Tuan Shin singkat dan kini mereka telah berada di dapur untuk melatih ilmu meramu milik Yeri.

"Bukankah Master tidak turut andil dalam proses penyembuhan nona Jisoo?." Tanya Yeri asal hingga membuat Tuan Shin meletakkan kembali lembaran dedaunan yang ia hirup aromanya.

"Beruntung hanya aku yang mendengar perkataan kasarmu Yeri, Master Taeyong memang tidak andil dalam penyembuhan nona Jisoo tapi beliau telah memulihkanku. Aku kehabisan banyak tenaga saat proses penetralan, bagaimana mungkin aku masih bisa berdiri disini kalau bukan karena Master?. Bijaklah dalam memilih kata sebelum berucap, Yeri."

Bibir Yeri terkatup tak mampu melawan perkataan Tuan Shin selaku gurunya. Mulutnya memang pantas dihukum atas kelancangan dalam berucap. Mereka berlatih dalam keheningan, hanya sesekali Yeri bertanya saat ada tumbuhan herbal yang tidak dia pahami.

Keheningan terpecah ketika derap langkah kaki ringan Taeyong menggema di lorong. Tuan Shin membersihkan dirinya, begitupun Yeri. Semua para pelayan menyambut kedatangan Taeyong yang memantau kegiatan mereka. Mereka berbaris, membungkuk memberi salam kepada Taeyong.

Taeyong memperhatikan sekitar seolah mencari seseorang. Dia mendekati salah satu pelayannya, seorang pria bertubuh tinggi tegap.

"Apakah Jisoo sampai dengan selamat?."

Pria itu tak berani menatap, nada suara Taeyong seperti mengintimidasinya. Dia sedikit gugup sebelum menjawab pertanyaan Taeyong.

"Nona Jisoo sampai dengan selamat, beliau meminta saya untuk menghentikan mobil dipertigaan, Master."

"Pertigaan?." Taeyong menatapnya tajam.

"Maafkan saya Master, Nona Jisoo tidak ingin saya mengantarnya sampai di depan rumah. Beliau beralasan kalau jalan menuju rumahnya tidak bisa dilalui oleh mobil." Pria itu berucap dengan nada gemetar, dia sangat takut ketika Taeyong menatapnya seperti itu.

Taeyong menekan tengkuk lehernya mencoba meredakan emosinya. Tuan Shin yang melihat kegelisahan Taeyong segera menyuruh pria itu untuk kembali keposisinya.

"Master, anda tidak perlu khawatir tentang keadaan Nona Jisoo. Beberapa orang yang saya kirim untuk memantau suami Nona Jisoo mengatakan kalau suami Nona Jisoo masih bersikap normal." Jelas Tuan Shin dan berhasil saja meredam amarah Taeyong.

"Begitu ya." Jawab Taeyong menggantung, Tuan Shin yang paham akan karakter Taeyong pun meminta para pelayan lainnya untuk meninggalkan mereka.

"Master, Nona Jisoo saya yakin baik-baik saja. Selama Master memulihkan tenaga, orang-orangku selalu memberi laporan yang akurat."

Black Rose | Taeyong ft Jisoo ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang