Taeyong berjalan dengan langkah yang tergesa pada lorong yang menghubungkan ruang tamu dan dapur. Para pelayan yang sedang menjalani rutininasnya membungkuk hormat padanya namun, Taeyong tidak merespon mereka.
Mereka saling menatap bertanya dalam keheningan. Lalu ketika mereka ingin membuka suara untuk saling berbisik, mereka melihat perubahan warna rambut Taeyong. Mereka bungkam seribu bahasa tidak mau mendapat masalah apapun.
Tuan Shin yang sedang mempersiapkan hidangan untuk Taeyong tampak sadar akan kehadiran Taeyong. Ia segera menghentikan kegiatannya untuk menemui Taeyong yang sudah berdiri tegap pada ambang pintu dapur.
Tuan Shin melihat sekilas warna rambut Taeyong, ia pun membungkuk hormat pada Taeyong meskipun Taeyong tidak menatapnya langsung. Taeyong hanya berjalan dengan Tuan Shin yang mengekor dibelakangnya.
Kembali para penghuni disana bertanya dalam keheningan. Masalah apa yang sudah dilakukan oleh Tuan Shin hingga sang tuan rumah sampai menjemputnya ke dapur?. Tak ada yang berani bertanya apalagi menghalangi langkah mereka.
Hanya Yeri yang memahami situasi ini dengan Mark yang merangkul pundaknya sekedar untuk menenangkannya. Yeri menyentuh punggung tangan itu lalu tersenyum menatap Mark mengucapkan terima kasih. Atas kebaikan hati Taeyong, Yeri telah terlepas dari kendali Tuan Shin yang memaksanya untuk diam.
Mereka berdua berada dalam ruangan Taeyong, dengan kekuatannya ia membuat pembatas yang tidak bisa dimasuki oleh penghuni lainnya. Taeyong tidak ingin ada yang mendengar pembicaraan serius mereka.Tuan Shin masih diam dengan wajah yang tertekuk dalam, Taeyong dihadapannya menatapnya lekat.
"Kedua bawahanmu sudah kulenyapkan." Taeyong membuka suara dan disambut dengan keterkejutan Tuan Shin."Mereka mengkhianati kepercayaanku dan menginjak kemurahan hatiku. Apa ada yang ingin kau sampaikan padaku Tuan Shin?." Tanya Taeyong dengan alis kanannya yang terangkat.
Alih-alih membungkukkan tubuhnya, Tuan Shin memilih untuk bersujud dihadapan Taeyong. Pria paruh baya itu mengakui kesalahan dengan mengkhianati Taeyong. Ia sudah pasrah dengan nasib yang akan diterimanya, dimusnahkan secara langsung atau dibakar paksa dibawah sinar matahari.
"Meskipun kesalahan saya tidak bisa dimaafkan, saya mohon maafkan saya Master. Saya tidak akan membuat pembelaan diri dan saya akan menerima hukuman yang akan Master berikan." Jelas Tuan Shin.
"Kenapa kau melakukan itu? Kau orang kepercayaanku, kau sudah menemaniku selama ratusan tahun. Apa kau sudah bosan denganku atau dengan kehidupanmu?." Tanya Taeyong dengan raut wajah yang tidak menunjukkan belas kasihan.
"Keinginan saya hanya satu Master, Manusia dan vampire tidak bisa bersatu. Perasaan Master pada nona jisoo hanya rasa kasihan, seperti Yeri kala itu."
Taeyong tertawa mendengar perkataan Tuan Shin, dia tidak habis pikir dengan Kepala pelayannya itu. Padahal mereka sudah hidup selama ratusan tahun tapi Tuan Shin ternyata tidak begitu memahami Taeyong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Rose | Taeyong ft Jisoo ✔
Fanfiction[ Warned! Mature content, Harap para pembaca bijak menyikapinya ] "Mawar Hitam dia akan menjadi pengganti diriku untuk menemanimu." "Taeyong apa maksudmu?." "Tinggalkan dia, maka aku akan memberikanmu kebahagiaan." ucapnya lembut dan mencium punggu...